"Farrel!"
Esy celingak-celinguk. Melihat sekeliling kelas, tapi ia tidak mendapati keberadaan Farrel.
"Farrel!"
Tidak memedulikan murid di kelas itu, Esy masuk. Mencoba mencari Farrel dengan lebih saksama. Tapi, nyatanya cowok yang sudah berusia tiga belas tahun seminggu yang lalu itu benar-benar tidak ada di kelasnya.
"Kamu nyari Farrel?"
Esy menoleh. Ada seorang teman Farrel menghampirinya. Ia tidak mengenal cowok itu, tapi untungnya ada nama dada di seragamnya.
"Iya," angguk Esy. "Kamu tau Farrel ke mana, Bob?"
Namanya adalah Bobby Setiawan. Salah satu siswa dari kelas 8.1 dan merupakan teman Farrel yang sudah hapal dengan kebiasaan Esy.
"Tadi ada Nadia ke sini. Terus mereka ngobrol bentar. Sekarang kayaknya ...."
Esy mengerutkan dahinya. Kakinya melangkah. Mengikis jarak antara dirinya dan Bobby dengan mata yang menyipit. Menatap Bobby dengan sorot penasaran.
"Kayaknya?"
Bobby tampak berpikir sejenak. Ada sekilas keraguan di wajahnya. Tapi, pada akhirnya ia menjawab.
"Kayaknya Nadia ngajak Farrel ke taman belakang."
Wajah Esy seketika berubah. Ia diam. Tapi, Bobby berani bersumpah. Mata Esy seperti mengeluarkan laser yang bisa mengiris tubuhnya.
Bobby meneguk ludah. "K-kamu dengar gosip itu?"
Sekarang wajah Esy mengeras. Mulutnya mengatup rapat dengan geraman yang menggema di tenggorokannya.
"Dia mau nembak Farrel?"
Bobby mengerjap. Berusaha untuk tetap bernapas ketika aura mencekam serasa menguar dari tubuh Esy.
"Berani-beraninya dia mau nembak Farrel," geram Esy sambil mengepalkan kedua tangannya dengan erat di sisi tubuh. "Nggak akan aku biarkan."
Bobby tersentak. Tiba-tiba Esy langsung beranjak. Berjalan dengan buru-buru hingga menyenggol tubuhnya. Nyaris membuat Bobby terjatuh.
"Wah!"
Bobby geleng-geleng kepala. Mengusap dadanya yang mendadak berdebar parah. Perpaduan antara takut dan syok.
"Pasti bakal ada perang dunia ketiga ini mah."
Kekhawatiran Bobby tentu saja bukan kekhawatiran tanpa dasar. Karena bila melihat ekspresi wajah Esy, perang dunia ketiga sebenarnya masih tergolong remeh. Mungkin sebenarnya kiamat yang sebentar lagi akan terjadi.
"Farrel!"
Persis seperti bunyi terompet sangkakala. Yang ketika pecah di udara maka dua pasang mata itu langsung beralih pada si pemilik suara.
Farrel kaget. "Esy?"
Esy mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Berang ketika melihat ekspresi malu-malu yang sempat tercetak di wajah Nadia. Tepat sebelum ia menyerukan nama Farrel dan sekarang bukan lagi ekspresi malu-malu yang ada di sana. Alih-alih sebaliknya.
Nadia memucat. Sorot tajam mata Esy membuat ia gemetaran.
"Kamu ngapain di sini?"
Esy mendekati Farrel dengan langkah cepat. Ia langsung menyambar tangan Farrel. Memegangnya dengan kuat.
"Kamu nggak tau kalau di sini banyak nyamuk? Nanti kalau kamu kena malaria gimana?"
Farrel membuang napas panjang. Sekilas, bola matanya berputar dengan malas. Ia berusaha melepaskan genggaman Esy, tapi cewek itu bersikeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farrel! "FIN"
Подростковая литератураNomor Peserta: 095 Tema Yang Dipilih: Campus Universe Blurb: Untuk urusan keteguhan hati, Esy Handayani dan Farrel Anantara memang nggak ada duanya. Mau lihat buktinya? Bukan lagi setahun atau dua tahun, Esy sudah menyukai Farrel bahkan ketika merek...