"Farrel."
Suara lesu Esy membuat Farrel tertegun. Tangannya yang semula ingin menarik ritsleting koper, berhenti seketika.
Farrel menoleh. Melihat pada Esy yang melihat padanya dengan tatapan sedih.
Kala itu Esy datang ke kos Farrel. Hanya demi memastikan bahwa Farrel benar-benar sedang berkemas. Farrel akan pulang ke Bengkulu tanpa dirinya. Ia akan menikmati libur dua bulan dengan liburan yang sesungguhnya. Sementara Esy? Ia akan berjuang demi menaklukkan Statistika.
"Kamu beneran mau balik?" tanya Esy dengan suara yang semakin lesu. "Balik beneran?"
Farrel menarik ritsleting kopernya. Bangkit berdiri dan ia mengangguk.
"Iya."
Mata Esy tampak sedih. "Kamu nggak mau tinggal di sini aja?"
"Ngapain?" tanya Farrel. "Selama dua bulan di sini, aku mau ngapain? Masa aku bengong aja di kos?"
Esy memutar otak. Berpikir dengan cepat. Hanya demi menemukan satu alasan saja.
"Kamu bisa ngajarin aku Statistika, Rel. Atau kamu bisa nemenin aku belanja."
Farrel memejamkan mata dengan dramatis. "Ya Tuhan, Sy. Seenggaknya cari alasan yang berbobot coba."
Mulut Esy terkatup. Kali ini ia tidak bisa mengatakan apa-apa. Hanya bisa membuang napas panjang.
Farrel meninggalkan kopernya. Ia beranjak dan duduk. Melihat Esy seperti itu, mau tak mau ia pun merasa iba pula.
"Ya udah sih, Sy. Ikuti aja omongan aku. Kamu pulang bareng aku. Nggak usah ambil KAS."
Kali ini mulut Esy bukan hanya mengatup. Alih-alih cemberut.
"Kamu beneran nggak mau sekelas sama aku ya? Senang kalau lihat aku nggak bisa ambil Rancangan Percobaan semester depan?"
"Nggak gitu, Sy. Tapi ...."
Farrel tidak meneruskan perkataannya. Alih-alih berdecak sekilas.
"Terserah deh kamu mau ngapain. Mau ambil KAS, mau liburan, atau mau apa, semuanya di tangan kamu."
Esy makin manyun. "Tapi, kamu mau pulang."
"Ya iyalah. Kan liburan dibuat biar mahasiswa bisa pulang."
Lama-lama membahas topik yang sama untuk kesekian kalinya, Farrel merasa kesal juga. Sudah seminggu lamanya dan setiap ia bertemu Esy, maka hal itulah yang menjadi pembicaraan mereka. Dan hasilnya tetap sama. Esy bersikeras tetap mengambil KAS dengan harapan Farrel pun tidak pulang liburan.
"Jadi gimana?"
Esy mengerjap sekali. Samar, tapi tatapannya terangkat. Terarah pada Farrel dengan sorot putus asa.
"Kamu beneran mau ambil KAS?" tanya Farrel dengan irama hasutan. "Atau mau pulang dengan aku?"
*
Itu jelas adalah pilihan yang amat berat. Hingga membuat Esy tak berdaya. Ia berguling-guling di kasur dan menyadari sesuatu. Bahwa seumur hidup, baru kali ini ia dihadapkan pada pilihan yang amat membingungkan.
Ambil KAS atau pulang?
Pulang atau ambil KAS?
Esy meremas rambutnya. Stres dan frustrasi.
"Aaargh!"
Di satu sisi, tentu saja Esy ingin menikmati liburan. Setelah menghadapi kehidupan perkuliahan selama dua semester, libur tentu adalah godaan yang tak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih lagi kalau liburannya dengan Farrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farrel! "FIN"
Teen FictionNomor Peserta: 095 Tema Yang Dipilih: Campus Universe Blurb: Untuk urusan keteguhan hati, Esy Handayani dan Farrel Anantara memang nggak ada duanya. Mau lihat buktinya? Bukan lagi setahun atau dua tahun, Esy sudah menyukai Farrel bahkan ketika merek...