Farrel nggak merasa posisi dia di hati aku sudah bergeser kan?
Terus berputar-putar di benaknya seharian ini, Esy sungguh merasa dirinya tak tenang. Ia mengirimkan pesan pada Farrel, jaga-jaga agar cowok itu tidak salah paham. Namun, balasan Farrel sama sekali tidak menenangkannya.
[ Farrel ]
[ Kenapa aku marah? Aku justru senang kalau kamu akhirnya ada cita-cita. ]
[ Itu artinya kamu punya tujuan untuk hidup kamu kan? ]
Esy menggigit bibir bawah dan memilih untuk berbaring di kasur. Seharian berkutat dengan tabel t dan tabel z membuat pinggangnya terasa nyeri.
"Farrel jujur atau lagi nyindir aku ya?" tanya Esy pada dirinya sendiri. "Ehm, tapi bukannya Farrel nggak pake sindiran ya? Langsung ngomong kan? Ehm ... ah!"
Esy melempar ponsel ke sembarang arah. Untung mendaratnya di kasur.
"Nggak tau deh. Aku nggak mau mikir soal itu."
Meremas rambut, Esy geleng-geleng kepala berulang kali. Terus bicara pada dirinya sendiri.
"Nggak usah mikirin itu. Farrel itu asli memberikan semangat biar aku bisa menggapai cita-cita aku," lirih Esy. Namun, ia tak yakin. "Dia nggak merasa kalau posisi dia di hati aku udah bergeser kan?"
Memikirkan hal itu, Esy pun buru-buru mengirim pesan lagi pada Farrel. Lantaran ia yang sudah terlalu sering mengungkapkan peraaannya maka ia enteng sekali mengetik pesan seperti ini.
[ Farrel ]
[ Aku masih suka kamu, Rel. ]
[ Sampai kapan pun posisi kamu nggak akan tergantikan atau tergeser. ]
Apa itu cukup menenangkan gundah yang sekarang Esy rasakan? Oh, tidak. Nyatanya Esy makin uring-uringan. Apalagi saat ia mengetahui Farrel tidak membalas pesannya sementara jelas-jelas ia sudah membacanya.
"Argh!" geram Esy bangkit. "Coba aku kerjain tugas Statistika tadi siang aja. Biar otak aku agak sibuk dikit."
Itulah yang Esy lakukan kemudian. Ia membuka buku Statistika dan laptop. Membaca materi dan mempelajarinya pelan-pelan, untuk yang kesekian kali dalam seminggu itu.
Perlahan, tapi pasti. Akhirnya perhatian dan fokus Esy teralihkan. Dari kegalauan memikirkan Farrel beralih pada materi Statistika. Dengan diiringi alunan musik kitaro yang lembut, ia layaknya hanyut dalam soal-soal yang Zidan berikan.
Esy memang sudah bertekad. Ia akan mengupayakan semua yang bisa ia lakukan di percobaan keempat ini. Dan hasil ujian tengah semester yang bagus tidak membuat ia lengah.
"Dulu UTS aku juga lumayan, eh ... nggak taunya aku di-prank sama UAS."
Teringat akan masa lalu yang buruk itu, Esy tidak sedikit pun mengendorkan semangat belajarnya. Alih-alih ia terus menggebu.
Tanpa sadar, hal tersebut membentuk satu kebiasaan baru untuk Esy. Bila ada waktu luang, ia akan pergi ke Perpustakaan. Ia membongkar semua buku Statistika dan mengerjakan setiap soal yang ada.
"Oke. Ini pake tabel t atau tabel z? Ehm."
Esy mengusap dagu. Lalu memainkan rambut ikal femininnya. Terkekeh samar dan mengulum senyum geli.
"Ya pasti tabel z dong. Ah! Gimana sih?"
Lucu dengan dirinya sendiri, Esy kembali belajar. Tanpa menyadari bahwa di balik rak ada sepasang mata yang turut geli melihatnya.
Itu jelas adalah Farrel. Yang dengan cepat menyadari kebiasaan baru Esy. Bila pesan dan teleponnya tidak diangkat maka penyebabnya hanya satu. Yaitu, Esy sedang berada di Perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farrel! "FIN"
Roman pour AdolescentsNomor Peserta: 095 Tema Yang Dipilih: Campus Universe Blurb: Untuk urusan keteguhan hati, Esy Handayani dan Farrel Anantara memang nggak ada duanya. Mau lihat buktinya? Bukan lagi setahun atau dua tahun, Esy sudah menyukai Farrel bahkan ketika merek...