"Farrel."
Farrel mengerjap. Ia menoleh dan bukan Esy yang memanggilnya. Alih-alih Dira.
Kala itu mereka sudah berada di Lahan Percobaan Terpadu Kampus. Tempat diadakan praktikum Dasar-Dasar Agronomi. Mahasiswa, asisten dosen, dan dosen sudah berkumpul.
Dosen membuka praktikum lapangan tersebut dengan penjelasan singkat. Lalu praktikum pun dimulai. Praktikan dipersilakan untuk segera mengolah tanah dan menanan komoditi yang sudah ditentukan. Di bawah pengawasan asisten dosen, tentunya.
"Ya?" tanya Farrel ketika Dira menghampirinya. Cewek itu tampak mengenakan topi dan ia memegang arit.
Dira menunjuk lahan berukuran 3 x 3 meter yang baru saja ia siangi. Rumput yang tadinya memenuhi lahan itu, tersingkir sudah.
"Segini cukup?" balik bertanya Dira pada Farrel. Ia menunjuk hasil kerjanya.
Farrel mengangguk. "Sudah. Sekarang biar aku yang lanjutin."
"Oke."
Farrel beranjak seraya membawa cangkul. Berniat untuk segera memulai tugasnya, ada celetukan terdengar di sebelahnya.
"Coba kamu kayak Dira. Ini malah jijik megang tanah."
Langkah Farrel terhenti. Ia berpaling dan tidak heran menemukan Radit yang ngomel-ngomel.
"Aku nggak mau kayak Dira. Soalnya cantikan aku," balas Esy. "Ih! Ini kok tanahnya bau ya?"
Farrel geleng-geleng kepala melihat Esy beranjak keluar dari lahan kelompoknya. Tidak berniat untuk melihat keributan kelompok 8 itu, ia justru mendapati beberapa orang temannya menimpali pertengkaran Esy dan Radit.
"Nasib kamu dapat kelompok, Dit," tukas Deni tergelak.
"Tapi, bukannya kalian cocok ya? Satu tukang ngaku ganteng, satu lagi tukang ngaku cantik," tambah Ica.
Esy cemberut. "Aku nggak tukang ngaku cantik, tapi emang cantik."
Tawa pun meledak. Apalagi ketika Esy menuding Radit.
"Kalau dia emang tukang ngaku-ngaku. Ganteng aja nggak."
Radit melepas cangkul yang ia pegang sedari tadi. Cowok itu melangkah menuju Esy. Tampak menyugar rambutnya dengan satu tangan ketika tangan lainnya justru berkacak di pinggang.
"Wah! Kamu bilang aku tukang ngaku-ngaku?"
Radit berdecak sekali. Lalu ia menatap Esy. Sedikit menundukkan wajah seolah ingin menunjukkan ketampanan yang ia miliki.
"Kamu nggak lihat aku cakep gini?"
Esy mengerjap. Tersentak dan spontan melangkah mundur ketika wajah Radit tepat berada di depan wajahnya. Satu tangannya yang kotor naik.
"Nggak. Tapi, kalau pake tanah ini mungkin kamu bisa kelihatan cakep."
Radit buru-buru menarik wajahnya sebelum tanah itu benar-benar mendarat di wajahnya. Cukup saja sepatu tabung yang membuat penampilannya kacau sore itu. Tidak perlu dengan tambahan yang lain.
"Intinya ..."
Radit kembali bicara. Sekali, ia mengamati penampilan Esy. Yang bisa dibilang nyaris sama dengan dirinya.
"... aku nggak mau kerja sendirian," ujar Radit seraya meraih tangan Esy. "Sini."
Esy melotot kaget ketika Radit menggenggam tangannya. Ingin melepaskan diri, tapi cowok itu sudah menariknya.
"Sini kamu sini. Bersihin ini."
Radit membawa Esy kembali ke lahannya. Pun menyerahkan kembali arit ke tangan cewek. Memastikan Esy untuk memegangnya dengan benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Farrel! "FIN"
Teen FictionNomor Peserta: 095 Tema Yang Dipilih: Campus Universe Blurb: Untuk urusan keteguhan hati, Esy Handayani dan Farrel Anantara memang nggak ada duanya. Mau lihat buktinya? Bukan lagi setahun atau dua tahun, Esy sudah menyukai Farrel bahkan ketika merek...