(60) 6. Tak Apa Tertatih, Asal Jangan Berhenti 4

432 69 16
                                    

"Farrel!"

Menyerukan nama Farrel penuh semangat seperti biasanya, Esy tak lupa untuk melambai pula. Satu senyum mengembang di wajah seiring dengan kakinya yang melangkah. Berjalan menuju pada Farrel yang memberikan helm.

"Kamu serius, Sy?" tanya Farrel tepat setelah helm berpindah tangan.

Esy mengenakan helm. Tanpa ragu sama sekali, ia mengangguk.

"Iya, aku serius. Lagi pula Pak Zidan nggak masalah sama sekali. Jadi ..."

Sedikit menunduk di depan spion, Esy memastikan rambutnya tetap rapi.

"... aku bakal masuk Statistika sebanyak empat kali dalam seminggu."

Farrel tercengang. Memalukan, tapi ia tidak mengucapkan sepatah kata pun walau mulutnya membuka.

"Kak Sella belajar sampe lima jam sehari," ujar Esy kemudian. "Itu artinya aku harus belajar lebih lama lagi kan? Apalagi kamu sendiri yang ngomong."

Farrel mengerjap. "Aku ngomong apa?"

"Ehm."

Mendeham sejenak dengan penuh irama, Esy berusaha mengingat dengan benar apa saja yang pernah Farrel katakan padanya.

"Sy, jangan mikir aneh-aneh. Sy, kamu lebih baik belajar kalau ada waktu kosong. Sy, lebih baik kamu pikirkan kuliah saja," ujar Esy tersenyum. "Itu kan?"

Farrel jadi sesak napas. Gelagapan.

"Tapi, bukan berarti kamu harus masuk empat kali selama seminggu."

Senyum Esy berubah geli. Ia langsung duduk di belakang Farrel. Memberikan sekilas tepukan di pundak cowok itu, ia bertanya.

"Ayo buruan. Kamu harus kumpul bareng dosen dan asdos lain kan sebelum praktikum siang ini dimulai?"

Itu adalah alasan mengapa Esy dan Farrel pergi ke kampus walau masih pukul sepuluh pagi. Farrel harus menghadiri pertemuan dengan dosen dan asisten dosen praktikum Botani. Vanessa selaku koordinasi praktikum akan memberikan beberapa informasi pada mereka.

Sementara Esy? Oh, tentu saja ia tidak ada hubungannya dengan Botani. Namun, ia tidak akan menyiakan kesempatan ketika ia mengetahui Farrel akan ke kampus. Setidaknya ia bisa meminta Farrel untuk mengantarnya ke Perpustakaan.

"Ntar mau aku jemput dulu?" tanya Farrel ketika Esy melepas helm. "Ke Gedung Kuliah?"

Esy kembali becermin. Merapikan poninya yang sedikit berantakan. Pun dengan jepit kupu-kupunya yang bergeser.

"Nggak usah," ujar Esy. "Aku bisa jalan aja. Nggak jauh kok."

Farrel mengangguk. Lalu Esy kembali bersuara.

"Dadah! Sukses buat praktikum perdananya, Rel!"

Tak langsung beranjak dari sana, Farrel memastikan Esy untuk benar-benar masuk ke Perpustakaan terlebih dahulu. Setelahnya baru ia memacu motornya ke Gedung Jurusan.

Sesampainya di sana, Farrel segera bergabung dengan teman-teman dan dosen yang sudah berkumpul. Acara pun dimulai sekitar lima menit kemudian.

Adalah Vanessa Mariska namanya. Dosen muda yang baru bergabung sekitar dua tahun lalu. Sebelum Farrel mengikuti perkuliahan semester tiga, Vannesa masuk dan mulai mengajar.

Tak butuh waktu lama bagi Vanessa menjadi salah seorang dosen yang disenangi mahasiswa. Bukan hanya karena paras cantik dan tutur lembut yang ia miliki, nyatanya kepribadian hangat Vanessa membuat siapa pun merasa senang.

Farrel dan asisten dosen lainnya menyiapkan buku panduan dan lembar kerja yang akan digunakan oleh praktikan. Mencocokkan absensi dan memastikan tidak ada kekeliruan pada nama pembimbing.

Farrel! "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang