"Farrel."
Suara lesu Esy terdengar begitu lirih. Tapi, ajaibnya masih bisa menyentuh indra pendengaran Farrel. Cowok itu yang tengah berkutat dengan arit di tangannya, berpaling.
Esy berdiri di pinggir petakan Farrel. Menatap cowok itu dengan lesu pula.
"Aku rasanya lemes banget."
Farrel sontak berdiri. Mengabaikan tanaman kacang hijau yang harus ia cabut dari tanah, ia menghampiri Esy.
"Kamu sakit?"
Esy menggeleng. "Nggak. Badan aku nggak panas," ujarnya seraya memegang dahi. "Tuh kan. Beneran nggak panas."
Farrel mengelap satu tangannya di baju. Menyingkirkan butiran tanah dan kotoran lainnya.
"Coba sini."
Esy maju selangkah. Membiarkan Farrel untuk meraba dahinya dan cowok itu mengangguk.
"Iya. Kamu nggak demam."
Esy manyun. "Kan udah dibilangin."
Namun, dengan wajah selesu itu tentu saja membuat Farrel berpikir sebaliknya. Hingga ia melihat ke atas sana. Pada langit biru yang amat bersih. Tanpa ada awan sedikit pun. Dan matahari bersinar dengan amat cerah. Terkesan terik dan menyengat.
Farrel pun berkesimpulan. "Pasti gara-gara hari ini panas."
"Kayaknya."
"Kamu bawa minum kan? Banyakin minum," kata Farrel. "Kalau kurang, di tas aku ada."
Esy hanya mengangguk. Ia tidak kekurangan air minum. Bahkan demi panen Dasar-Dasar Agronomi hari itu, ia sudah membawa lima botol air minum sekaligus.
"Dan pake terus topinya," tambah Farrel seraya melihat pada topi pantai lebar berpita yang menutupi kepala Esy.
Kembali, Esy hanya mengangguk. Sebelum akhirnya ia menunjuk dengan arit di tangannya.
"Aku pergi dulu. Sebelum Radit ngomel-ngomel."
Kali ini adalah Farrel yang mengangguk. Dan ketika Esy pergi, ia tak langsung melanjutkan pekerjaannya kembali. Alih-alih melihat cewek itu. Perasaannya tak enak.
Dia baik-baik aja kan?
Mempertanyakan hal tersebut di benaknya, Farrel kembali melihat ke langit. Lantas ia merasakan keringatnya melintas di punggung. Sungguh! Hari itu benar-benar amat panas.
"Rel."
Dira menghampiri Farrel. Cowok itu berpaling dengan salah tingkah.
"Sorry," ucap Farrel. "Kita lanjutin panennya sekarang. Biar cepat selesai."
Acara panen pada praktikum Dasar-Dasar Agronomi tentu saja bukan kegiatan panen pada umumnya. Tidak hanya mengambil buah atau bagian konsumtifnya, alih-alih satu tanaman akan dipanen secara keseluruhan hingga ke akar-akarnya. Dikarenakan akan ada pengukuran lengkap yang dilakukan selanjutnya. Entah itu luas daun, panjang akar, atau massa total tanaman.
Maka bisa dikatakan bahwa Farrel dan Dira cukup beruntung. Karena komoditi mereka adalah kacang hijau. Lumayan mudah untuk ditangani ketimbang tanaman jagung. Dan nahasnya, itulah komoditi Esy dan Radit.
"Ya Tuhan. Kapan lagi cowok cakep disuruh blusukan di kebun jagung begini?"
Radit menggerutu seraya melindungi wajahnya ketika ia masuk ke petakan. Ia mengumpat dalam hati. Seharusnya ia membawa kain atau semacamnya untuk menutup muka. Baju lengan panjang saja tidak cukup.
"Mana bareng cewek cantik lagi kan?"
Celetukan itu membuat Radit menoleh ke belakang. Pandangannya sedikit terhalang batang jagung. Tapi, ia masih bisa melihatnya dan ia tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Farrel! "FIN"
Teen FictionNomor Peserta: 095 Tema Yang Dipilih: Campus Universe Blurb: Untuk urusan keteguhan hati, Esy Handayani dan Farrel Anantara memang nggak ada duanya. Mau lihat buktinya? Bukan lagi setahun atau dua tahun, Esy sudah menyukai Farrel bahkan ketika merek...