"Farrel."
Tidak seperti hari biasanya di mana akan selalu ada senyum lebar nan penuh semangat yang bertengger di wajah Esy, kali ini Farrel mendapati hal sebaliknya. Ketika ia berbalik dan cewek itu dengan serta merta mendaratkan wajahnya di atas meja. Ia tampak lemas dan wah!
Bola mata Farrel membesar. Tanpa dibuat-buat sama sekali, ia sungguh dibuat ngeri dengan kantung mata Esy.
"Ya Tuhan, Esy," lirih Farrel horor. "Kamu tidur jam berapa?"
Mata Esy berkedip dengan amat perlahan. Lalu ia melirik. Meringis ketika menjawab.
"Tidur? Tidur itu apa? Apa semacam jajanan yang sering kita beli dulu pas hari Minggu? Yang dibuat dari singkong?"
"Itu tiwul," tandas Farrel.
Esy merengek. "Aku mau tiwul, Rel."
"Ckckck."
"Eh, maksudnya mau tidur," ralat Esy kemudian.
Mengabaikan perkara tidur dan tiwul, pada kenyataanya Farrel bisa menebak. Tentu adalah tugas Kimia, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, dan Manajemen Nurseri yang menjadi penyebab membesarnya kantung mata Esy.
"Kenapa hari ini harus ada 3 mata kuliah? Dan kenapa semuanya ada tugas?" tanya Esy dengan ekspresi tersiksa.
Farrel merasa iba. "Kan sudah aku bilangin. 25 SKS itu padat banget, Sy. Dan kamu nggak percaya."
"Ini bukan waktunya buat nyalahin aku, Rel," rengek Esy. "Harusnya kamu ngasih aku semangat."
"Ah. Oke," ujar Farrel seraya mengangguk. "Semangat, Sy."
Tentu saja Esy bisa merasakan ketidakseriusan Farrel ketika menyemangatinya. Maka rengekannya pun semakin menjadi-jadi. Membuat Farrel tersenyum geli hingga kemudian samar terdengar kekehannya.
"Ngomong-ngomong soal tiwul ..."
Rengekan Esy berhenti. Tapi, ia melihat Farrel dengan malas.
"... kamu udah sarapan?" tanya Farrel. "Biasanya kalau begadang, kamu bakal buru-buru ke kampus dan cuma makan roti."
Esy membuang napas panjang seraya mengangkat wajahnya dari meja. Berusaha menegapkan punggungnya dengan sisa-sisa tenaga yang masih ia miliki.
"Sekarang aku udah ada peningkatan, Rel."
Farrel mengerutkan dahi. Menebak. "Apa? Sarapan kamu bukan roti, tapi nasi uduk?"
"Nggak," geleng Esy. "Peningkatan aku adalah aku bisa ke kampus tanpa sarapan."
Farrel melongo ketika pundak Esy jatuh lemas.
"Aku bahkan sekarang nggak tau rasa badan aku kayak gimana. Lapar, capek, dan ngantuk kayaknya bercampur jadi satu."
Mau tak mau, Farrel merasa kasihan juga. Apalagi kalau ia mendengar doa Esy selanjutnya.
"Semoga aja Kimia hari ini nggak belajar. Siapa tau Pak Chozin mendadak diare kan?"
Doa yang tentu saja tidak menjadi kenyataan. Karena Chozin Baharudin justru datang sekitar sepuluh menit kemudian. Harapan Esy untuk mendapatkan kelas kosong hari itu hilang sudah.
Berusaha untuk tetap fokus pada rumus molekul senyawa yang memenuhi papan tulis, Esy berulang kali menyentak kepalanya. Mencoba untuk tetap sadar ketika kantung mata terasa makin memberat.
Diam-diam, Farrel yang duduk di sebelah Esy memperhatikannya. Merasa kasihan. Tapi, ia tidak berbuat apa-apa.
Sebenarnya Farrel ingin menyuruh Esy untuk membuang beberapa mata kuliah. Mengingat masih ada seminggu untuk masa perubahan KRS, seharusnya masalah Esy bisa selesai. Tapi, Farrel tidak akan membuang waktu dan tenaga untuk hal yang percuma.

KAMU SEDANG MEMBACA
Farrel! "FIN"
Teen FictionNomor Peserta: 095 Tema Yang Dipilih: Campus Universe Blurb: Untuk urusan keteguhan hati, Esy Handayani dan Farrel Anantara memang nggak ada duanya. Mau lihat buktinya? Bukan lagi setahun atau dua tahun, Esy sudah menyukai Farrel bahkan ketika merek...