"Farrel!"
Tergopoh-gopoh, Esy membuka pintu pagar rumah Farrel. Segera masuk tanpa memedulikan pintu pagar yang masih terbuka sepeninggal dirinya.
Esy berlari. Melintasi halaman rumah itu dan dengan cepat melepas sepasang sandal jepit yang salah pasangan di kakinya. Saking terburu-burunya ia pergi, ia bahkan tidak sadar bahwa ia keliru mengenakan alas kaki.
"Tante!"
Ketika tiba di ambang pintu, Esy melihat ada Linda. Wanita paruh baya itu tampak kebingungan melihat Esy.
"Esy?"
Linda menghampiri Esy. Meraih tubuh gadis itu dan mengelap butiran keringat yang memercik di dahinya.
"Kamu ngapain lari-lari?"
Esy meneguk ludah. Tenggorokannya terasa kering kerontang. Tubuhnya menjerit meminta cairan tambahan ketika suhu di luar sana sudah menginjak angka 34 derajat Celcius.
"F-Farrel."
Linda mengerutkan dahi. Sebenarnya ia tidak heran sama sekali kalau kedatangan Esy ke rumahnya adalah demi bertemu Farrel. Jujur saja, justru akan menjadi hal aneh bila Esy datang dan malah tidak mencari Farrel.
"F-Farrel di mana, Tan?" tanya Esy seraya memperbaiki laju napasnya. "Ada hal penting yang harus aku tanyakan ke dia."
"Dia ada di kamar."
"Makasih, Tan. Aku mau nemui Farrel dulu."
Linda mengangguk. Tidak melarang dan membiarkan Esy untuk beranjak dari sana. Tapi, baru dua langkah kaki Esy berjalan, ia sontak menghampiri Linda kembali.
"Tante."
Esy meraih kedua tangan Linda. Menggenggamnya dengan erat. Mimik serius itu seketika membuat Linda kebingungan.
"Kenapa, Sy?"
Esy menatap Linda dengan lekat. Tanpa kedip sama sekali.
"Aku mau nanya, Tan," ujar Esy kemudian. "Apa bener Farrel daftar ke Universitas Cakraloka? D-dia ngambil Pertanian?"
Ah!
Seharusnya Linda sudah bisa menebak bahwa pasti itulah penyebab Esy datang ke rumahnya dengan panik. Berlari di bawah terik cahaya matahari dan terlihat gelisah.
"Benar, Tan? Farrel mau masuk Pertanian?"
Meringis tertahan, Linda tidak punya pilihan lain. Pada akhirnya ia membenarkan pertanyaan Esy dengan satu anggukan enggan.
"F-Farrel mau masuk Pertanian?"
Nyatanya satu anggukan belum cukup untuk membungkam rasa tak percaya Esy. Ia menarik napas. Lalu menggeleng.
"Nggak mungkin Farrel masuk Pertanian. Nggak mungkin."
Linda ingin menenangkan Esy. Tapi, cewek yang sudah berusia delapan belas tahun itu keburu berlari. Meninggalkan Linda yang hanya bisa membuang napas panjang. Melihat Esy melesat di tangga dan dalam waktu singkat sudah menghilang dari pandangannya.
Tiba di lantai dua, Esy tidak membuang waktu. Ia segera menuju ke kamar Farrel. Mengetuknya sekali dan tanpa menunggu izin, ia membuka pintu.
"Ya Tuhan!"
Farrel terlonjak dari duduknya. Nyaris saja buku persiapan tes masuk perguruan tinggi yang tengah ia pelajari lepas dari tangannya.
"Esy?"
Dengan sisa-sisa kaget yang masih membuat jantungnya berdetak tidak nyaman, Farrel melirihkan nama itu dengan geram. Sungguh! Farrel pikir jantungnya akan copot karena ulah Esy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farrel! "FIN"
Ficção AdolescenteNomor Peserta: 095 Tema Yang Dipilih: Campus Universe Blurb: Untuk urusan keteguhan hati, Esy Handayani dan Farrel Anantara memang nggak ada duanya. Mau lihat buktinya? Bukan lagi setahun atau dua tahun, Esy sudah menyukai Farrel bahkan ketika merek...