⚠️
WARNING
This chapter contains adult scenes. Be wise!____
"Bagus! Disuruh cek handphone malah asyik mesra-mesraan."
Sandara sontak menarik diri dari kuasa Ares saat Andi sudah berdiri di dapur. Malu, perempuan itu langsung membalikkan badan dan kembali meneruskan pekerjaan yang sempat tertunda.
Berbeda dari Sandara, Ares sama sekali tidak merasa tertangkap basah. Dengan tenang lelaki itu melangkah menghampiri Andi yang membuka maskernya hanya demi memperlihatkan ekspresi kesal. "Iya, iya. Aku salah. Udah jangan ngambek gitu."
Andi berdecak pelan. "Aku sampai pamit sebelum acara selesai cuma karena kalian lagi ciuman lho! Gimana nggak keki?!"
"Jangan salahin Sandara. Ini salah aku."
"Oh, jelas! Tanpa kamu bilang pun, aku udah bisa nebak siapa yang nyosor duluan." Andi menyilangkan kedua lengannya di atas perut. "Ar, jangan salah paham. Aku senang lihat kamu bahagia, tapi jangan bikin aku kebingungan juga."
"Bingung kenapa sih?" tanya Ares, lembut. "Coba sini duduk. Bilang sama aku, ada apa?"
Andi pun mengikuti Ares yang telah menempati salah satu kursi meja makannya. Tidak memerlukan ruangan lain untuk berbicara empat mata karena ini hanya tentang pekerjaan. "Kamu ditawarin main series lagi, Ar. Lumayan gede nih project-nya. Barusan Joshua ngomong ke aku jadinya, minta sampaiin ke kamu."
"Harusnya tolak aja. Mas Andi, kan, tahu kalau sebelumnya aku udah tertarik sama tawaran film yang kemarin kita omongin," ucap Ares.
"Tapi Ar ..." Andi mencondongkan badannya dan sedikit mengecilkan suara. "Ini series dijamin bakal booming dibanding film itu. Valid!"
Ares mengembuskan napas. Ia pikir alasan Andi bicara demikian tidak lain karena sang manajer tidak begitu menyukai PH dari film tersebut. Namun, penjelasan selanjutnya membuat lelaki itu sanggup terdiam. Pun dengan Sandara yang sontak mematung sejenak.
"Ini seriesnya Lavandel June, Ar. Kamu tahu, kan, seberapa melesatnya karier kamu sejak berperan sebagai Bima? Aku punya feeling yang satu ini nggak akan kalah dari Promise You." Andi menaikturunkan alisnya. "Gimana? Tawaran menarik, kan? Mana katanya, ini bisa dibilang series terspesial karena bukunya aja belum terbit."
Mendengarnya, Ares pun merasa aneh. "Belum terbit? Kok bisa jadi series."
"Lavandel June, kan, istrinya sepupu kamu. Tanyain aja langsung." Andi mengangkat bahu. "Aku nggak paham soal itu, tapi yang penting series ini sangat-sangat potensial. Mau ya?"
Selama beberapa saat Ares sibuk dengan pikirannya. Andi memang tidak tahu-menahu tentang hubungannya dengan penulis kesayangan Salim satu itu karena sang manajer baru bekerja dengannya beberapa bulan sebelum series Promise You tayang. Ares juga tidak berniat menceritakan apa pun tentang Laras...
Tunggu! Apa barusan ia bilang akan "hubungan"?
Ares menggigit pipi bagian dalamnya. Laras pasti akan tertawa mendengarnya mengatakan demikian. Hubungan macam apa? Perempuan itu hanya menganggapnya sebagai kesatria berhati mulia yang telah membantunya, bukan sang pangeran.
"Ar? Mikirnya jangan kelamaan," suara Andi menginterupsi lamunannya.
"Terus, filmnya gimana?"
Andi mengibaskan tangan. "Itu urusanku. Yang penting kamu oke dulu sama project ini, jangan sampai kita kehilangan dua-duanya." Kemudian Andi menyipitkan sebelah matanya. "Kamu belum tanda tanganin kontrak filmnya, kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold #4
RomanceBehind The Salim Series Book #4 Memiliki wajah yang mirip dengan masa lalu buruk keluarga Salim, membuat Sandara harus menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak akan pernah bisa melibatkan perasaan pada sosok yang telah mengeluarkannya dari kehidupan...