7 bulan kemudian.
Di sebuah acara yang diselenggarakan agency-nya, tampak seorang lelaki yang menyendiri dalam keramaian.
Ares menatap hampa minuman di tangannya. Kalau saja mabuk tidak membuatnya kapok saat pertama kali mencoba, ia pasti sudah mengambil whiskey alih-alih sirup biasa.
Kemudian pandangannya beralih pada para talent yang asyik berdansa dan bermain. Semua orang terlihat berbahagia malam ini, tapi tidak dengan dirinya yang masih terjebak dalam penyesalan.
Dengan sebelah tangan yang terbebas dari gelas, Ares memijit pelan pelipisnya yang mendadak berdenyut. Ia pikir, turut serta dalam party seperti ini bisa membuat benaknya teralihkan dari sosok yang berbulan-bulan masih setia menari di kepalanya. Ternyata, hanya memperburuk suasana hati.
Baru Ares akan berlalu dari posisinya, seorang gadis bertubuh ramping menghampirinya dan membuat lelaki itu mau tidak mau mengurungkan niat untuk kabur.
"Hai, Kak. Boleh kenal nggak?" Kemudian gadis itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum malu-malu. "Aku Katy."
"Saya tahu," balas Ares yang membuat kedua mata Katy berbinar, mengalahkan bintang-bintang di langit malam ini.
"Oh, iya?"
"Kita satu agensi," lanjut lelaki itu, acuh tak acuh. "Ada perlu apa?"
"M-maksudnya?"
"Kamu nyamperin saya mau apa?"
Katy benar-benar dibuat terkejut atas perlakuan dingin Ares. Gadis itu memang masih terbilang aktris baru meskipun muda dan berbakat. Tapi bukan berarti berhak dipandang sebelah mata, bukan?
"Aku ..." Katy menggigit bibir bawahnya sejenak. Tidak ia sangka jika 'momen' bersama Ares Pramudya tidak semenyenangkan yang dibayangkan. "Cuma mau bilang, aku penggemar Kak Ares. Aku suka banget sama Kak Ares, bahkan lebih dari itu. Dan aku harap, kita bisa dekat," akunya. Gadis itu tidak berbohong. Ia memang sudah dibuat tergila-gila oleh Ares Pramudya sejak masih SMA. Sekalipun dirinya masih berusia 21 tahun, ia yakin umur bukanlah halangan.
Sebelah alis lelaki itu pun menukik. "Dekat?"
Sambil mengulum senyum, Katy mengangguk kecil. "Iya."
"Kalau saya nggak mau?"
Sekali lagi, sekalipun penerangan rumah sang pemilik agency—khususnya di area kolam pada halaman belakang—memiliki pencahayaan yang remang, Ares tetap dapat menangkap wajah blasteran Katy yang tiba-tiba memucat.
Menyadari dirinya sedikit keterlaluan, lelaki itu pun mendekat dan berbisik, "Look, Katy. Orang yang benar-benar menyukai saya adalah orang yang mengenal segala kekurangan saya, bukan cuma kebaikannya." Lalu Ares kembali menarik diri untuk melihat ekspresi Katy yang tidak terbaca. "Dan setelah kamu tahu sikap asli saya, apa masih punya perasaan lebih dari suka?"
Mendapati Katy hanya mematung, Ares bergegas mengenakan maskernya sebelum akhirnya berpamitan pada semua orang. Meninggalkan gadis itu sendiri dalam kekecewaan.
***
"Ar, bangun!"
Ares hanya bergumam tanpa berniat membuka mata. "Apa, Mas?" balasnya, tidak jelas.
"Heh, bangun dulu!" Andi terdengar berdecak. "Semalam kamu nangisin anak orang ya? Emang nggak bisa aku ninggalin kamu sendirian kayaknya."
Benar, acara semalam memang khusus untuk para talent agency lelaki itu. Acara tidak penting yang tumben-tumbenan mau Ares datangi tanpa pikir panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold #4
RomanceBehind The Salim Series Book #4 Memiliki wajah yang mirip dengan masa lalu buruk keluarga Salim, membuat Sandara harus menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak akan pernah bisa melibatkan perasaan pada sosok yang telah mengeluarkannya dari kehidupan...