Untold 41

2K 539 31
                                    

Laras tidak bisa tidur sekalipun hari ini tidak menyentuh kopi sedikit pun. Percakapannya dengan Sandara saat perempuan itu mengantarnya pulang ke griya tawang masih senantiasa terngiang-ngiang di benak.

"San?"

"Iya?"

"Lo ke sini pure buat nemuin Daemon doang?"

Sandara mengangguk. "Begitulah. Kenapa emang, Ras?"

"Hmm, nggak apa-apa."

Melihat Laras masih segan untuk terbuka dengannya, Sandara pun memancing, "Ayolah. Omongin aja, kenapa? Lo bilang, mau jadi sahabat gue?"

"Takut menyinggung."

"Nggak akan," tegas Sandara. "Apa?" desaknya, penasaran.

"Soal Ares ..." Laras menyadari bahu Sandara yang tiba-tiba menegang. "Eh, nggak jadi deh."

"Kenapa sama Ares?" Sandara pura-pura tidak terpengaruh oleh nama itu.

"Cuma mau tanya tadi, lo nggak mau nemuin dia juga?" Laras menelan ludah. Membasahi tenggorokannya yang mendadak terasa kering. "Dia nyariin lo, lho."

Laras tidak berbohong. Ares memang sempat datang ke griya tawang untuk mencari Sandara. Saat itulah semua orang menyadari jika sosok yang dimaksud telah "pergi" dari kehidupan lelaki malang tersebut.

Malang? Tentu saja begitu menurut Laras. Bagaimana tidak? Ares mengusir Sandara karena kesalahpahaman 'keluarganya'. Ares hanya tidak ingin berkhianat. Dan—lagi-lagi dalam kacamata Laras—keputusan itu wajar Ares lakukan karena lelaki itu mungkin kecewa berat jika sampai Sandara benar-benar "monster" di masa lalu karena berarti hubungan mereka tidak jujur sejak awal.

Mendengar ucapan Laras, Sandara pun tersentuh karena ternyata "ada" yang mencarinya. Namun, alih-alih mengutarakan perasaan harunya, Sandara justru mengangkat bahu.

"Nggak deh. Gue nggak mau terjebak lagi sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya."

Laras menelengkan kepala. "Ares belum move on dari siapa emangnya?"

"Elo, Ras."

Sontak, Laras berjengit. "Hah?"

Melihat reaksi sosok di sampingnya, Sandara pun menghela napas. "Lo nggak sadar ya?"

Laras menggeleng kecil. Ia selama ini hanya menganggap Ares baik padanya karena memang dasarnya lelaki itu adalah orang baik. Sejak dulu. Bahkan hingga 'penawaran'-nya yang bersedia menjadi ayah bagi Azka di masa lalu, Laras anggap sebagai belas kasih lelaki itu padanya saja.

Fokusnya memang murni untuk Bara. Sampai kapan pun.

Tapi pernyataan Sandara barusan turut membuat Laras mengembuskan napas. Ia paham sekarang mengapa suaminya terkadang melarang ia untuk datang ke lokasi syuting tanpanya. Khusus series yang dibintangi Ares. "Pantas Bara suka cemburu," gumam singkat perempuan itu usai memastikan Azka benar-benar tertidur dengan pulas di belakangnya supaya tidak mendengar percakapan mereka tentang permasalahan rumit orang dewasa ini.

Sandara hanya terkekeh. Tawa yang terdengar memilukan baginya.

Di tempat lain, Candra mengernyit mendapati wajah istrinya memberengut sejak dua jam lalu. "Who hurt you today, My Jannah?"

Yang ditanya pun tampak sewot. "Your ex!"

Kerutan di dahi Candra semakin dalam. "Sandara maksudnya?"

Benar, Jannah telah menceritakan segalanya pada Candra. Perempuan itu memang sempat ragu dan takut jika sang suami mengetahui bahwa "Sandara" merupakan Sabrina yang dulu dikenalnya. Namun, ia ingat prinsip mereka berdua untuk sebisa mungkin terbuka satu sama lain demi membangun pernikahan yang baik.

The Truth Untold #4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang