Guys, ada typo fatal di bab sebelumnya :") Harusnya "You're safe now." BUKAN "SAVE". Kenapa sih kalau nulisnya nyampur dari laptop ke HP gitu suka auto correct ya ._. dulu pas HoC juga pernah "point of view" malah jadi POINT OF YOU! Ga paham lagi.
Tapi udah kuedit sih. Semoga di kalian udah berubah ya. Capek banget akan keerorran ini T..T
Sekian.
🌖
"Kamu apa kabar, San?" Kemudian Laras berdeham saat menyadari perempuan di sampingnya ini sepantaran dengan Jannah. "Ng ... maksudnya, Kak San."
Sandara terkekeh mendengarnya. "Sandara aja juga nggak apa-apa. Ngobrol pakai 'lo-gue' juga nggak masalah."
Laras mengerjap. "Serius?"
Perempuan berambut pendek itu mengangguk. "Biar lebih nyaman dan nggak kaku."
Laras pun manggut-manggut. "Jadi, apa kabar? Rambutnya nggak panjang-panjang ya."
Sandara tersenyum geli. "Lebih senang rambut segini. Selain ngehemat sampo, nggak lagi kebayang-bayang sama masa lalu." Lalu ia mencolek lengan Laras yang tiba-tiba menunduk dengan tangan yang terbebas dari roda kemudi. "Bercanda. Gue milih gini karena nyaman aja. Lebih 'gue banget' yang sekarang. Dan soal kabar, gue baik-baik aja."
Mau tidak mau, Laras ikut tersenyum mendengar Sandara yang berbicara santai panjang lebar padanya.
Sejak pengakuan Sandara di griya tawang, Laras tidak pernah lagi melihatnya. Dan selama jangka waktu tersebut, ternyata cukup banyak perubahan yang sosok tersebut miliki.
Laras memerhatikan profil Sandara. Perempuan itu semakin cantik dengan penampilan yang lebih modis dan boyish. Pembawaannya lebih tenang, tidak sedikit pun tersisa sikap kikuk yang sering muncul dulu. Auranya terkesan dingin tapi hangat ketika didekati. Intonasinya yang rendah tiap berbicara menjadikan suaranya kian terdengar rendah untuk ukuran wanita.
Mungkinkah dalam waktu beberapa bulan saja, seseorang bisa berubah sebaik ini? Apa pun alasannya, Laras senang melihatnya. Sandara berhak menentukan kehidupannya setelah orang tidak bertanggung jawab memorak-porandakan image-nya di masa lalu.
Yang Laras tidak tahu, perubahan tersebut Sandara lakukan karena satu hal. Tepatnya satu orang.
Kesan perempuan manis, baik, dan terkadang lugu sudah menempel erat dengan sosok Larasati Ayunda. Sifat-sifat yang mungkin membuat Ares keliru dengan perasaannya sendiri. Menganggap Sandara "sama" dengan Laras. Menganggap Sandara adalah Laras dalam penampilan lain.
Dan Sandara tidak lagi seperti itu.
Bukan hal mudah baginya berubah menjadi seperti ini. Tapi demi menghilangkan bayang-bayang Sabrina maupun Sandara yang dulu, ia rela menghabiskan waktu bersama orang-orang yang "terbuka" akan dunia luar, belajar tentang fashion agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan...
Serta menemui Daemon secara diam-diam untuk menuntut ilmu bela diri.
Di sinilah dirinya sekarang. Muncul di hadapan Laras usai membantu perempuan itu. Kalau saja Sandara belum "berubah" seperti saat ini, mungkin Laras sudah celaka.
Sandara melirik sekilas sosok Laras yang tertangkap dari sudut mata sedang mengamatinya. Sontak, ia menjentikkan jemari di depan wajah perempuan itu dan mengenyahkan lamunannya. "Sadar, Bunda."
Laras meringis kecil. "Sori. Lagi takjub lihat lo yang sekarang."
Sudut bibir Sandara tertarik melihat respons Laras yang mengingatkannya akan dirinya yang dulu. "Berasa bestie ya kedengarannya kalau kita ngomong 'lo-gue' gini."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold #4
RomanceBehind The Salim Series Book #4 Memiliki wajah yang mirip dengan masa lalu buruk keluarga Salim, membuat Sandara harus menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak akan pernah bisa melibatkan perasaan pada sosok yang telah mengeluarkannya dari kehidupan...