Hai, guys! Masih pada kangen sama Ares, kan? Maaf banget aku baru lanjut. Dari kemarin sibuk ngurus naskah "00:00". Yesss, kisah Laras-Bara sudah upgrade jadi Paid Stories ^^
Aku yakin, semua yang baca TTU ini pasti udah baca kisah mereka (kalau belum ya gimana ya, udah berulang kali aku bilang ini berkaitan :")) Tapi tenang, buat yang bandel nggak baca 00:00 dulu, aku nggak bakal bikin kalian benar-benar buta alurnya walaupun nggak detail ya. Aku nggak akan maksa kalian buat "beli koin" untuk baca kisah Bara-Laras.
But one thing that you know, "00:00 (a New Beginning)" sangat worth to read! Kalian nggak akan menyesal ^^
Oke, berhubung udah selesai urus 00:00-nya, aku bisa balik fokus ke SandAres hihi. Pssst! Aku juga bakal rombak DANGER: The Devil Wears High Heels ya. Kemungkinan setelah TTU selesai.
So, here we go! Happy reading~
*
"Oke, mantap! Sekali lagi ya, Res."
Ares hanya manggut-manggut saat laki-laki yang tidak lepas dari kameranya tersebut memberikan instruksi. Tanpa mengubah posisinya yang masih berdiri di depan backdrop, ia membiarkan MUA yang menangani riasan melakukan touch up pada wajahnya.
Ares hanya bisa terdiam saat tepukan lembut puff bedak di beberapa bagian yang mulai mengilap serta olesan disposable lipstick wand di bibirnya. Hal yang membuat bola matanya menari-nari ke segala arah dan berhenti di sosok yang sejak photoshoot dimulai masih senantiasa duduk manis di sudut ruang.
Sudut bibir Ares tertarik samar. Saking samarnya, MUA yang tengah memerhatikan detail wajahnya sama sekali tidak menyadari tindakan tersebut.
Sepanjang sesi pemotretan berlangsung, Sandara tidak sedikit pun "berulah". Segala perintah Ares benar-benar dilakukannya. Mulai dengan tidak keluar sedetik pun dari pandangan sang tuan, hingga tidak menyentuh apa pun yang bukan miliknya. Bahkan sekarang Sandara tampak "menyendiri"saking tidak ingin bermasalah dengan Ares.
Di saat semua orang duduk berkelompok di sofa yang tersedia—sekalipun sudah diajak untuk bergabung walau hanya basa-basi—Sandara memilih duduk di kursi yang terletak di sisi lain. Dan Ares benar, tidak ada yang memaksa apalagi berusaha untuk membuat percakapan dengannya. Entah karena memang tidak ada yang peduli, atau terpaksa tidak peduli demi kenyaman Ares Pramudya...
Aktor kebanggaan HS, sekaligus sepupu bos besar mereka.
"Good. Nice. Great. Perfect!"
Pujian demi pujian dilontarkan. Tidak hanya juru foto, beberapa anggota dari timnya pun tidak jarang berdecak kagum atas tiap pose yang Ares lakukan. Ketampanan bak dewa Adonis membuat segala sisi dalam sosoknya tidak pernah salah. Berbagai angle, selalu mengagumkan. Visual Ares memang tidak tertandingi.
Begitu semua telah selesai, semua orang tampak puas dengan hasilnya, Sandara pun bangkit saat tuannya melangkah menghampiri.
"Bosan?"
Sandara menggeleng. "Nggak sama sekali."
"Oh ya?" Sebelah alis tebal Ares menukik. "Kalau mas Andi yang ada di posisi kamu, dia nggak akan betah."
"Saya suka lihat kamu enjoy di depan kamera. Saya senang lihat orang yang menikmati pekerjaannya," ucap Sandara, dari lubuk hati terdalam.
Karena dirinya tidak pernah berada di tempat yang ia inginkan.
Kalau boleh jujur, Ares merasa tidak berbakat jadi model. Ia merasa gaya dan ekspresinya terlalu kaku walaupun semua orang menyanjungnya. Ia merasa hasil dari foto-fotonya selama ini "tertolong" oleh parasnya yang tampan saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/320355783-288-k831927.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold #4
RomanceBehind The Salim Series Book #4 Memiliki wajah yang mirip dengan masa lalu buruk keluarga Salim, membuat Sandara harus menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak akan pernah bisa melibatkan perasaan pada sosok yang telah mengeluarkannya dari kehidupan...