°Prolog

15.1K 657 492
                                    

Assalamualaikum

Kuharap kalian suka, Ok lanjut aja!!

Yang belum follow, follow dulu ya
Makasih:)

Yang belum follow, follow dulu ya Makasih:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yah, Bun."

Sinta, dan Arga menoleh saat mendengar ada yang memanggil mereka.

PLAK!!

Tanpa belas kasihan, Arga melayangkan tangannya di pipi Ardan saat sang empu tiba di depan-nya.

"Gara-gara kamu anak saya jadi menderita! belum cukup kamu membuat masalah di keluarga saya hah?! ... Saya menyesal ingin memperbaiki hubungan dengan kamu!"

Ardan mematung mendengar perkataan Ayahnya, bahkan dia mengabaikan rasa perih yang menjalar di pipi.

Apa kata ayahnya tadi? Dia menyesal saat ingin memperbaiki hubungan yang rusak dengannya. Bahkan, dia saja tak tahu kalau Ayahnya ingin memperbaiki hubungan mereka.

"Aku gak tahu, Yah kalau ada mobil yang hendak lewat. Kalau aja bisa milih, biar aku aja yang ketabrak ... jangan kak Argan," ujarnya lirih.

"Iya, kalau aja bisa milih, saya lebih milih kamu yang ketabrak dari pada anak saya. Bahkan, kalau nanti kamu mati pun saya tidak perduli!" sentak Arga.

"Yah!" Sinta tidak terima akan ucapan Arga kepada Ardan.

"APA? benar'kan? kalaupun dia yang mati kita bisa bahagia dengan Argan, Bun!"

"Tapi, Yah. Jangan berbicara kayak gitu. Bagaimanapun Ardan juga putra kita, Yah." Sinta semakin menangis saat suasana menjadi semakin runyam. Bukan jalan seperti ini yang dirinya inginkan di keluarganya.

"Gak peduli, mulai saat ini anak saya cuma Argan!" cetusnya.

Sinta menggelengkan kepalanya tidak percaya, dia tak menyangka akan ucapan suaminya.

Sedangkan Ardan? Entah bagaimana lagi perasaannya saat ini. Anak mana yang tidak kecewa saat Ayahnya dengan lantang berkata seperti itu. Bahkan, sakit yang kali ini lebih berkali-kali lipat dibandingkan dengan sakit jika Ayahnya menghukumnya.

Ardan meneteskan air matanya, pertahan yang ia buat telah hancur. Beribu-ribu pisau tak kasat mata menusuk relung hatinya. Rasanya sangat sakit hingga ia pun tak bisa mendeskripsikan bagaimana rasanya.

Kalau boleh memilih, lebih baik dia tidak usah di takdirkan hidup di keluarga seperti ini.

Ardan mengusap kasar air matanya, dia mencoba tersenyum, dan memberanikan diri menatap Ayahnya. Sekuat tenaga dia menahan dirinya yang sudah terasa lemas. Ardan menyerah, mungkin memang ini jalan takdirnya.

"Ardan punya salah yang sangat fatal ya sama, Ayah? Sampai-sampai Ayah kayak gini sama Ardan. Ardan juga sama kayak Argan, Yah. Kita itu sama, tapi mengapa Ayah tidak bisa berbuat adil pada Ardan?" Runtuh sudah pertahanan dirinya. Ardan menangis di depan Ayahnya yang masih menatapnya nyalang.

"Apa Ardan memang tak seberarti itu ya di mata, Ayah?"

••• Ardan Mahendra ••••

Ardan Mahendra. Sosok remaja yang haus akan kasih sayang. Sosok remaja yang bahkan tak pernah dianggap kehadirannya.

Ardan tidak munafik. Dia sangat iri dengan kakaknya yang mendapatkan semua.
Melihat Ayah, dan Bundanya yang tidak menginginkannya membuatnya terluka.

Ardan ingin menyerah. Bertahun-tahun mengejar apa yang dia inginkan untuk mendapatkan kebahagian.
Namun, seseorang hadir dalam hidupnya.

Seseorang yang mampu membuatnya lupa apa itu rasa sakit. Hari-harinya yang suram, kini mulai bersinar kembali layaknya kehidupan awal.

Demi sosok itu Ardan bertahan. Namun, apakah itu bisa bertahan lama? Apakah Ardan masih mau mengejar apa yang dia impikan?

Apakah Ardan bertahan? Atau justru menyerah meninggalkan semuanya?

🍃

Sampai segini dulu ya :)
Aku berharap sih semoga banyak yang suka 🙂
Oh ya kalau ada kata-kata yang tidak pantas atau salah mohon maaf ya

Jangan lupa vote biar aku semangat bikinya :)

🍃

10'September'2022

ARDAN MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang