"Ardan!!"
Bayu berlari menghampiri Ardan yang tergeletak pingsan. Segera dia pangku kepala temannya. Wajah kurus itu terlihat menyedihkan. Dia lalu berteriak meminta teman lainnya untuk segera membopong Ardan ke UKS.
Di UKS kini terdapat Bayu, Kenan, Rangga, dan Mita yang sedang menemani Ardan. Setelah diperiksa tadi, Ardan pingsan karena kecapean ditambah dengan suhu tubuhnya yang demam.
"Gak biasanya dia sampai pingsan kayak gini," kata Kenan.
Bayu mengangguk menyetujui. Memang, Ardan dulu sering masuk sekolah meskipun sedang sakit. Namun, tidak pernah pingsan seperti hari ini.
"Apa dia sakit ya?" jawab Bayu.
"Udah, kalian jangan mikir yang aneh-aneh. Dia hanya kecapean," ucap Rangga.
"Tapi lo lihat sekarang wajahnya sangat pucat, Ngga," bantah Bayu.
"Iya, nggak mungkin kalau dia gak sakit." Mita setuju ucapan Bayu. Dia tidak berbohong, dia pun merasa kalau Ardan sedang tidak baik-baik saja saat ini.
Rangga hanya diam, dirinya tidak mau menambah suasana menjadi semakin runyam. Dia lalu pergi duduk di sebelah Kenan, dan memainkan handphonenya.
Di lain tempat, Argan saat ini sedang mengabari Sinta kalau Ardan pingsan di sekolah. Dia tadi diberitahu oleh siswa sekelas Ardan tentang itu.
Sinta yang mendengarnya menjadi khawatir. Sejak pagi dirinya merasa gelisah ternyata akan terjadi sesuatu kepada Ardan.
Segera dia mengambil tas, dan menuju ke sekolah. Dia tidak mengabari Arga soal Ardan.Beberapa menit kemudian Sinta telah tiba di sekolah. Dia lalu berlari menuju UKS untuk melihat Ardan.
Pintu yang tertutup langsung dia buka dengan kasar. Orang yang di dalam kaget akan dobrakan pintu itu.
"Ardan, kamu baik-baik aja kan, Sayang?" Sinta langsung berlari masuk dan duduk di sebelah ranjang Ardan. Dia memegang kening putranya itu. Sungguh dirinya sangat panik saat mendengar, dan melihat kondisi putranya saat ini.
Kemarin saat bertemu dengannya dia masih terlihat sehat, mengapa sekarang seperti ini?
"Aku gak papa kok, Bun. Cuma kecapean sama demam aja," jawab Ardan. Dia sudah sadar sejak dua puluh menit yang lalu.
"Tetap saja kamu lagi gak baik-baik aja sekarang. Pulang yah ke rumah, dan tinggal sama Bunda sampai kamu sembuh dulu," pinta Sinta.
"Ardan nggak bisa, Bun." Ardan menolak karena tidak ingin ayahnya marah kalau melihat dirinya di rumah itu lagi.
"Gakpapa, Lo bisa pulang sekarang. Tadi kita udah minta izin pada guru," sahut Bayu.
Ardan dan Sinta menoleh ke arah Bayu. Sinta lalu tersenyum kepada Bayu yang dijawab senyuman olehnya.
"Tuh kamu dengar sendiri kan? Ayo kita pulang, kamu harus istirahat di rumah," kata Sinta dengan semangat.
"Bunda harus izin dulu sama Papa Bara dan Mama Ayu, mereka juga pasti menghawatirkan aku," jawab Ardan.
Sinta mengangguk, dia lalu mengambil handphonenya untuk menelpon Bara.
Sambungan terhubung langsung. Sinta menjauh agar Ardan ddk tidak mendengar percakapannya dengan Bara.
"Halo," ucap Sinta.
"Iya, ada apa, Sin?" jawab Bara. Dia sedang di rumah dengan Ayu karena urusan di kantornya sudah selesai.
"Aku ingin membicarakan sesuatu tentang Ardan."
"Kenapa sama Ardan?" ucap Bara dengan sedikit panik. Ayu yang mendengar suaminya menyebut nama Ardan pun mendekat untuk mendengar percakapannya.
"Begini-," Sinta menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir.
"Aku minta izin, bolehkan Ardan tinggal denganku sampai sembuh, aku mohon, Bara," ucap Sinta memohon.
Bara diam, dia lalu melihat ke arah istrinya untuk meminta jawaban. Ayu yang mengerti menganggukkan kepalanya. Dia tau betul bagaimana khawatirnya Sinta saat ini. Dia juga seorang perempuan, jadi dia paham akan hal itu.
"Baik, aku dan Ayu memperbolehkan Ardan tinggal denganmu. Tapi dengan syarat ... Ardan jangan sampai pernah disakiti oleh Arga," jawab Bara.
Sinta tersenyum senang mendengarnya, dia memutuskan teleponnya tak lupa juga mengucapkan terima kasih karena telah menyetujuinya.
Dia lalu masuk ke dalam dan mengatakan ke Ardan kalau Bara dan Ayu memperbolehkan dia untuk tinggal dengannya.Setelah itu, mereka pun langsung pulang ke rumah sesuai kata Sinta. Ardan juga merasa senang, karena akhirnya dia bisa kembali pulang ke rumahnya lagi.
°°°°°°
Sesuai kata Sinta, mereka langsung bergegas pulang. Dia tadi berada di kamar Sinta terlebih dahulu karna permintaan bundanya itu. Oleh sebab itu, dia baru bisa memasuki kamarnya saat malam hari tiba. Malam yang indah Ardan memasuki kamarnya dengan perlahan. Kenangan dirinya saat tinggal di sini mulai bermunculan. Dia menatap sekeliling, kamar minimalis miliknya terlihat sangat rapi. Terlihat beberapa bukunya yang masih berjejer rapi di meja.
Dia berjalan mendekat saat mata tajamnya menangkap sesuatu. Sebuah buku dengan sampul hitam dengan tulisan latin 'My Impian' di sampulnya.
Buku harapannya, semua harapan yang dia inginkan tertulis lengkap di buku itu. Dia mengambil buku itu dan membaca kembali tulisan-tulisannya.Di tengah-tengah dia tersenyum simpul. Dia lalu mengambil bolpoin yang ada di meja dan mencoret tulisannya. Dia mencoretnya karena harapannya yang tertulis sudah dia dapatkan saat ini. Tulisan 'Mendapat kasih sayang pelengkap orang tua' sudah tercapai. Meskipun dia mendapatkannya bukan dari Arga dan Sinta, setidaknya itu sudah terpenuhi dengan adanya Bara dan Ayu, bukan?
Setelah puas membaca kata perkata, dia lalu bangkit dan keluar menuju balkon kamarnya. Jangan salah, meskioun kamarnya minimalis, kamarnya ini terletak di lantai dua dengan adanya balkon.
Ardan duduk dan menyenderkan tubuhnya. Menutup matanya untuk menikmati dinginnya malam. Angin berhembus menembus kulitnya tidak membuat Ardan kedinginan. Dia suka itu, karena dia bisa merasakan tenang saat seperti ini.Ardan bangun dari tidurnya. Pikirannya tiba-tiba memikirkan seseorang. Dia sekarang dalam keadaan bimbang antara ingin melakukan sesuatu atau tidak. Apa itu sudah keputusan terbaiknya? Dia ingin beban yang dia pikir menjadi hilang jika dia lakukan sekarang. Tapi, kalau itu salah... Apa dia bisa memulai waktu kembali agar itu tidak terjadi?
"Ini semua yang terbaik, jika gue pendam lebih lama, maka mungkin jika ini tidak akan terjadi," ucapnya.
"Iya gue akan ungkapin semuanya!"
.
.
.To Be Continued
13 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN MAHENDRA
Teen FictionArdan Mahendra Menceritakan kisah seorang remaja penikmat luka yang selalu menemani harinya. Apakah Ardan bisa mendapatkan kebahagian atau sebaliknya? °Start : 10 September'22 °Finish : 10 Juli'23 #Cover by Pinterest! [ Isi masih acakadut + belum r...