02°Awal Mula

5K 398 197
                                    

Awali dengan BISMILLAH:)

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

Oh ya , kalau ada yang belum follow ,tolong follow akunya dulu hehe

🍃 HAPPY READING 🍃

🍃 HAPPY READING 🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam telah tiba. Argan menuruni tangga menuju ke ruang makan untuk makan malam. Matanya menelisik saat mendapati Adeknya tidak ada.

Dia berjalan mendekat, dan duduk di kursinya. Terlihat bundanya yang menata makanan di meja, juga ayahnya yang terlihat diam di pojok.

"Ardan di mana?" tanyanya mengundang perhatian keduanya.

Sinta, bundanya menoleh ke arahnya. Argan mengangkat alisnya kala melihat Sinta tidak berbicara.

Sinta mengode ke arah Arga. Argan beralih menatap Arga. Dia lalu menghela napasnya pelan saat paham apa yang terjadi kali ini.

"Ayah menghukumnya lagi?" tanyanya pelan.

"Sudah pantas dia mendapatkan itu!" jawab Arga.

"Kali ini karena apa? Jangan sampai karena masalah sepele Ayah seenaknya menghukum adek aku!" Argan tadi memang pulang terlambat. Jadi dia tidak tau apa yang terjadi terhadap Ardan.

"Dia mendapat nilai ujian 80!"

Argan membolakan matanya terkejut. Karena mendapat nilai 80 Ardan harus sampai dihukum? Dia geleng-geleng kepala heran  dengan jalan pikir sang Ayah. Mengapa sangat tega menghukum putranya sendiri?

"Ayah menghukumnya hanya karena itu? Ayah sadar gak sih itu terlalu berlebihan!" Teriaknya.

"Jaga bicaramu, Argan!" sentak Sinta.

Argan menoleh menatap tidak percaya kepada Sinta.
"Bunda juga biarin Ardan dihukum sama ayah? Kenapa, Bun? KENAPA KALIAN SEPERTI ITU PADANYA?!"

Argan tidak percaya. Keluarganya seakan-akan terpercah menjadi dua bagian. Kenapa Adeknya dibenci? Apa salahnya hingga semua  menjadi seperti ini?

Arga maupun Sinta hanya diam. Mereka tidak menjawab apapun pertanyaan Argan.
Sedangkan Argan yang melihat keduanya diam pun beranjak pergi tanpa mencicipi makanan sedikitpun.

Argan menuju kearah di mana Ardan dikurung. Setelah mencari kunci cadangan, dia segera membukakan pintunya.

Gelap. Hanya kegelapan yang terlihat. Argan memasuki gudang, mendekati sosok yang meringkuk di pojok.
Menepuk pundak Ardan untuk menyadarkannya.

ARDAN MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang