35°

1.9K 140 123
                                    

Bara melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruangan. Ruangan yang bertulisan CEO di depan pintu.
Terlihat sosok pria saat dia membuka pintu. Meskipun sosok itu memunggunginya, mata tajam Bara masih bisa mengenalinya.

"Ada apa?" ucapnya langsung.

Sesosok pria yang dimaksud itu memutar badannya menghadap Bara. Raut wajahnya terlihat jelas tersirat kemarahan, dan juga binggung menjadi satu.

"Jauhkan anak itu dari keluargaku!" tegasnya.

Rahang Bara mengetat saat tau apa yang dimaksudnya. Tangannya sudah terkepal, dan siap meninju wajah di depannya ini jika saja tidak dia tahan.

"Tutup mulutmu, Arga. Sudah beberapa kali aku peringati, Ardan sekarang anakku, dan jangan pernah menyentuhnya bahkan secuil pun," sarkas Bara dengan menatap tajam Arga.

Terlihat Arga yang berdecih seakan mengejek, entah mengapa dia bisa mendatangi kantor Bara tadi. Sejak pagi hatinya merasa tidak nyaman, seakan sesuatu akan terjadi. Di rumah ... dia menemui Argan, tapi anaknya itu terlihat baik-baik saja.

Jadi, perasaan apa yang dia rasa saat ini? Dengan insting yang entah datang dari mana, Arga mengendarai mobil dan menuju ke sebuah rumah mewah berlantai dua. Di sana hanya ada pembantu rumah tangga saja, orang yang dia cari tidak ada. Mendapati itu tetap membuat hatinya resah, dengan pasti dia menjalankan lagi mobilnya menuju ke tujuan terakhir. Kantor Bara.

"Terserah, bawa anak itu kemanapun kau mau, aku tidak peduli, Bara. Dia telah membuat Argan jatuh dari tangga. Aku muak dengan wajahnya!" ucap Arga.

Bara memejamkan matanya sekuat tenaga menahan emosi sekarang, dia lalu melangkah lebih mendekat ke Arga.

"Lalu? Apa urusanmu sekarang? Kurasa tidak ada apapun hingga kau dengan tak diundang mendatangi kantorku ini," ujarnya.

Arga hanya diam, dia tidak tau harus menjawab dengan bagaimana. Dia sendiri heran dengan sikapnya sendiri. Yang mencari Ardan. Namun, juga ingin membuat Ardan menghilang dari hidupnya.

Egois sekali.

Bara menyergit heran melihat respon Arga. Apa ada sesuatu yang terjadi sekarang? Entah mengapa perasaannya ikut tidak tenang?
Dirinya terkejut akan dering telpon di saku jasnya, terlihat nama istrinya yang membuatnya langsung mengangkat telpon itu.

"Ada ap--,"

"Ke rumah sakit, Ardan kambuh!"

Setelah mengucapkan itu dengan cepat, Ayu lalu memutuskan panggilan sepihak.
Bara menegang mendengar itu. Apa ini yang dia maksud? Apa ini alasan mengapa perasaannya mendadak tidak enak?

Dengan tergesa-gesa Bara meninggalkan Arga sendirian. Kakinya berlari menuju parkiran tanpa memperdulikan panggilan karyawan-karyawan-nya. Tujuannya hanya Ardan, putranya yang sedang berada di titik lemah saat ini.
Dia berjanji, akan melakukan apapun untuk menyembuhkan penyakit yang diderita Ardan.

Sedangkan Arga? Dia juga terdiam dengan pandangan sulit diartikan. Telinganya masih berfungsi hingga mendengar jelas ucapan Ayu di telpon tadi. Bagaimana tidak, karna posisi Bara tadi tepat di depannya.

Mendengar kata rumah sakit, kambuh, dan apa tadi Ardan? Ardan kambuh? Memangnya ada apa dengan anak itu? Kenapa dia ikut khawatir mendengarnya. Apa ini juga yang dia cari-cari, alasan mengapa hatinya merasa resah sedari pagi.
Apa dia merasakan sesuatu kepada Ardan, putra bungsunya?

ARDAN MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang