Sinta memasuki kamar inap Argan saat tahu Argan telah sadar.
Setelah menutup pintu, perlahan dia mendekati Argan yang telah berbaring.Kondisi putranya terlihat sangat memprihatikan. Tangan kirinya yang di gips karena mengalami keretakan tulang. Jangan lupa perban yang melilit kepalanya.
"Argan, ini Bunda, Nak," ucapnya dengan memegang jemari Argan.
Argan membuka matanya, tapi tidak menghadap ke arah Sinta. Sinta menghela melihat itu.
Setelah selesai dari ruangan sang dokter. Sinta, dan Arga memasuki ruangan Argan. Putra mereka masih terlelap akibat sisa bius yang dia dapat.
Sinta perlahan mendekat,dan duduk di samping ranjang pasien. Tangannya terulur memegang jemari lentik putranya itu.
Hingga pergerakan kecil dari jari Argan mengalihkan perhatiannya.
Dengan panik dia memberi tahu kepada Arga untuk segera memanggil dokter.
Saat dokter datang, dia mengatakan bahwa Argan akan segera siuman sebentar lagi.
Sinta dengan wajah berbinar mengatakan terima kasih kepada dokter itu sebelum sang empu keluar.Beberapa menit setelahnya, benar saja Argan perlahan membuka matanya. Iris matanya yang berwarna hitam pekat perlahan terlihat jelas.
"Kamu udah sadar, Sayang? Gimana keadaan kamu?di mana ada yang sakit nggak?" seru Sinta.
Argan tak bergeming, dia sedang mencerna sesuatu yang terjadi padanya saat ini. Mengingat kembali saat dirinya yang menabrak truk waktu itu.
Dia bisa merasakan tangan kanannya yang digenggam erat oleh Sinta.Namun, satu yang dia rasakan. Bukan ... Bukan rasakan, tetapi tidak merasakan. Pandangan matanya gelap. Argan tidak dapat melihat apapun yang berada di depannya saat ini.
Sejak bangun, hanya kegelapan lah yang dia lihat. Kenapa dengan matanya? Argan berharap apa dia pikirkan itu tidak benar.
Dengan tertatih-tatih dia menanyakan kepada Sinta. Tangannya menggenggam erat tangan Sinta guna menyalurkan rasa khawatirnya.
"Bu-bunda ma-mataku?" ujarnya sangat lirih.Sinta tersentak. Jadi kata dokter itu benar? Memang dokter tadi mengatakan bahwa Argan kemungkinan akan mengalami kebutaan dikarenakan matanya yang terkena serpihan kaca.
Buliran air mata mulai mengalir kembali di pelupuk matanya. Tangisannya tak dapat terbendung melihat Argan yang bergetar menanyakan kondisi matanya saat ini.
Sinta menarik napasnya sebelum menjelaskan kepada Argan.
"Ma-mata kamu terkena pecahan kaca saat kecelakaan itu, Argan yang membuat kamu mengalami kebutaan. Tulang tangan kiri kamu retak, tapi tidak parah," jelas Sinta.Arga hanya diam tanpa menyela penjelasan sang istri pada Argan. Dia juga tidak snggup jika harus mengatakan hal itu.
Sedangkan Argan? Fakta bahwa dia mengalami kebutaan itu sangat menyakitinya. Dia masih muda, dan sekarang matanya buta! Bagaimana dengan nasibnya nanti? Bagaimana dengan sekolahnya?
"Ini bisa sembuh kan, Bun?"
Sinta hanya diam. Sangat menyakitkan ketika berada di posisi seperti ini.
"Bunda kenapa diam aja? Ini bisa sembuh kan? JAWAB, BUN!" sentak Argan.
Sinta tersentak akan itu. Arga segera menarik Sinta untuk sedikit menjauhi Argan saat melihat raut putranya yang seperti marah.
"Argan! Tenang, Nak. Nanti kita bisa mencari pendonor mata untuk kamu!" Arga perlahan mendekat dengan berusaha menenangkan Argan.
Argan tak memperdulikan Ayahnya. Dia meraung sambil membuang semua benda yang bisa dijangkau tangannya. Berteriak dengan keras meluapkan semua sesak di dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN MAHENDRA
Novela JuvenilArdan Mahendra Menceritakan kisah seorang remaja penikmat luka yang selalu menemani harinya. Apakah Ardan bisa mendapatkan kebahagian atau sebaliknya? °Start : 10 September'22 °Finish : 10 Juli'23 #Cover by Pinterest! [ Isi masih acakadut + belum r...