28°

1.8K 105 40
                                    

Ardan memasuki kelas dengan raut wajah bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardan memasuki kelas dengan raut wajah bahagia. Akhirnya sesuatu yang dia pendam kini berakhir sesuai dengan keinginannya.

Sesuai keputusannya di malam itu, besok harinya dia mengajak seorang gadis untuk bertemu. Di situ dia mengungkapkan bahwa memiliki rasa pada gadis itu, dan menembaknya untuk menjadi kekasihnya. Gadis itu terkejut akan ungkapan tiba-tiba Ardan. Namun, tidak dipungkiri bahwa dia juga memang memiliki rasa kepada Ardan, jadi dia menerimanya.

Bayu ddk yang melihat wajah bahagia Ardan menjadi bingung. Apakah ada sesuatu mengejutkan hingga orang itu senang sekarang?

"Kenapa lo, Dan?" tanya Kenan saat sang empu sudah duduk di kursinya.

Ardan menoleh lalu menggelengkan kepalanya. Dia menghiraukan wajah terkejutnya Kenan saat dia abaikan.

"Tadi aja kek seneng banget, eh sekarang udah datang elsa-nya," sindir Bayu.

"Kalian kayak nggak tau Ardan aja. Udah diem tuh guru dah masuk kelas." Rangga menyela karena guru sudah memasuki kelas.

Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Hingga bel istirahat tiba, mereka pun pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan.

~~~~~

Hari berlalu dengan cepat. Malam ini Ardan tidak memiliki rencana untuk pergi kemanapun. Dia hanya berdiam diri di kamarnya meskipun Sinta membujuknya untuk keluar.
Saat sedang fokus mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Tiba-tiba badannya terasa aneh, keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhnya, kepalanya pusing, dan entah mengapa pandangannya memburam seakan-akan meminta untuk dipejamkan.

"Gue kenapa lagi?" Menggelengkan, dan sedikit memukul pelan kepalanya agar pusing itu segera menghilang.

Dia bangkit, kakinya dengan perlahan mencoba melangkah mendekat ke arah lemari. Mengambil bungkusan plastik yang berisi berbagai macam pil obat.
Ardan mengambil dua pil sekaligus, dan menelannya tanpa bantuan air.
Bukannya mereda, kini justru ditambah dengan darah yang mengalir dari dalam hidungnya. Ardan kalang kabut, tubuhnya rasanya remuk, dia tidak tau harus berbuat apa sekarang. Mencoba menghentikan dengan menyumbatnya menggunakan tisu. Namun, tetap tidak ada hasil. Darah tetap keluar seakan-akan tidak ingin berhenti.

"Bu-bunda sakit," ucapnya dengan lirih.
Tidak mungkin dia keluar, dan memberitahu Sinta keadaannya saat ini. Dia tidak ingin merepotkan orang lain, dia tidak ingin itu.

Ardan menggerang menahan sakit yang dia rasakan.
Bagai dihantam benda tajam, semua bagian tubuhnya terasa sakit. Dia tidak tau apa yang terjadi. Sebenarnya sakit apa dirinya?

Mengapa Tuhan membuatnya seperti ini? Apa tidak bisakah dia merasakan kebahagiaan sedikitpun? Dia capek.

Memilih terus menahan, dan mencoba untuk tidur. Berharap pagi besok semua sudah kembali seperti biasanya.
Setelah beberapa menit, Ardan akhirnya tertidur meskipun dengan menahan rasa sakit.

ARDAN MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang