Sesuai dengan janjinya kepada sang putra, Sinta sampai saat ini masih setia menemani Ardan. Sebelumnya, dia mengabari Arga bahwa tidak bisa menemani Argan karena urusan mendadak.
Tentunya, tanpa sepengetahuan Ardan!
Kini ruangan Ardan tak lagi sepi. Terdapat, Ayu, Bara, Sinta, bahkan Bayu ddk yang menemaninya. Ardan sangat bahagia saat mengetahui bahwa masih banyak orang yang mendukungnya sekarang.
"Sekali lagi, Nak! Ini tinggal sedikit!" Sinta terus mencoba agar Ardan mau memakan lagi sesuap bubur di tangannya.
Sangat susah untuk meminta Ardan memakan itu, karna memang dia tidak menyukainya.Ardan terus menggelengkan kepalanya dengan mulut yang tertutup rapat. Perutnya merasa mual jika terus dipaksa untuk memakan makanan itu.
Makanan dengan tekstur lembek sangat tidak cocok dengan lidahnya.
Dia sangat menghindari makanan semacam bubur!"Udah, Bun Ardan kenyang! Tinggal sesuap itu aja gak usah," tolaknya dengan wajah memelas. Berharap sang bunda mau mengerti maksudnya.
Gelengan kepala lah yang diberikan Sinta. Dia termasuk tipe orang yang sangat tidak suka jika ada makanan sisa.
"Nggak, ayo satu suap aja, Sayang!" Tangannya terulur memaksa Ardan memakan suapannya. Sedangkan sang empu, dengan terpaksa pun menerima suapan dari Sinta.Wajah Ardan terlihat cemberut seraya memaksa memakan bubur dalam mulutnya. Kalau saja tidak karena terpaksa, tidak sudi dia akan makan makanan itu lagi.
"Mah lihat bunda!" Ardan menghadap ke arah Ayu, dan menunjuk Sinta dengan wajah melas. "Bunda maksa Ardan makan makanan lembek kayak gitu ... Mama kan tau Ardan gak suka teksturnya!" aduhnya pada Ayu.
"Bagus dong biar kamu cepat sembuh." Jawaban Ayu justru semakin membuat wajah Ardan ditekuk. Mereka sama saja pikirnya.
"Lagian lo udah besar, Dan! Masa sama bubur aja harus dipaksa dulu," ejek Bayu.
Mata Ardan mendelik tak terima. Dia menatap nyalang Baru yang duduk di sofa seberang sana. "Apa, Lo? Awas aja kalau gue dah sehat!" ucapnya memeringati.
Mereka semua hanya menggelengkan kepalanya serta tertawa melihat tingkah laku Ardan. Tidak biasanya Ardan yang terlihat cuek menjadi sangat cerewet jika sedang sakit.
"Udahlah, Dan. Lo kayak gak tau aja sikap Bayu kayak gimana," sela Kenan.
"Sikapnya sama kayak, Lo!" imbuh Rangga.
Kenan menatap sinis Rangga. Enak saja dia disamakan dengan Bayu.
"Apaan nggak ya!" protesnya.Mereka terus berdebat tanpa menghiraukan lainnya. Hingga teguran dari Bara agar tidak berisik baru membuat mereka terdiam.
Ardan POV
Hari ini, tanggal 3 Juni 2023. Entah aku harus menjadikannya hari bahagia, atau hari sedih.
Aku bahagia karena perjuanganku selama ini akhirnya mendapatkan hasil. Aku berhasil membawa kembali Bunda ke pelukanku.Namun, aku juga sedih. Saat terbangun dari koma, aku tak sengaja mendengar pembicaraan dokter yang mengatakan bahwa penyakitku sudah menyebar parah.
Aku takut, bagaimana kalau umurku tidak lama lagi? Meskipun aku pernah mengatakan untuk menyerah, dan ingin untuk pergi. Tapi aku juga tak ingin pergi jika bunda sudah kembali sayang kepadaku.
Mengapa Tuhan seakan membolak-balik alurku? Kenapa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan yang lurus tanpa terganggu oleh rasa kesedihan?
Tapi tak apa! Aku tau ... Tuhan sengaja memberikan semua cobaan ini kepadaku karena Dia tau bahwa aku bisa melewati semuanya. Tuhan tau pundakku sangat kuat, oleh karena itu aku mendapatkan ini dalam hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN MAHENDRA
Novela JuvenilArdan Mahendra Menceritakan kisah seorang remaja penikmat luka yang selalu menemani harinya. Apakah Ardan bisa mendapatkan kebahagian atau sebaliknya? °Start : 10 September'22 °Finish : 10 Juli'23 #Cover by Pinterest! [ Isi masih acakadut + belum r...