38°

1.7K 129 95
                                    

Hari Senin, semua orang mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Para orang dewasa bersiap untuk pergi bekerja, dan remaja pergi ke sekolah.

SMA Angkasa saat ini sedang melaksanakan kegiatan UAS 'Ujian Akhir Semester' di mana ini adalah akhir sebelum kenaikan kelas.
Semua murid berbondong-bondong memasuki area sekolah saat jam sebentar lagi berbunyi.

Bayu, Kenan, Rangga memasuki kelas dengan wajah tak bersahabat. Rasanya mereka tidak ingin pergi ke sekolah kalau saja tidak ada ujian.

Sewaktu pelaksanaan ujian, mereka mencoba untuk tetap fokus dengan soal. Sebisa mungkin mereka melupakan sejenak Sabahat mereka, Ardan.

Sampai saat ini, tepat seminggu sejak Ardan menutup matanya. Ardan sangat tenang tanpa ada tanda-tanda kalau dia akan bangun. Mungkinkah Ardan sedang menikmati mimpi indahnya di sana? Sehingga belum ingin membuka matanya.

Tak banyak yang berubah. Semua masih berjalan pada semestinya, tanpa perubahan.
Tentang kondisi Ardan .... Arga, Sinta bahkan Argan tidak mengetahuinya. Bara meminta Bayu ddk untuk menyembunyikan hal itu.

Setelah beberapa jam berlalu, jam terakhir akhirnya selesai. Bayu ddk dengan cepat membereskan barang-barangnya, dan hendak menuju ke rumah sakit.

Namun, saat berada di depan gerbang, Argan menghentikan mereka.
Memang selama seminggu ini ... Argan selalu meneror mereka dengan menanyai kabar Ardan yang menghilang secara mendadak.
Mereka tetap mengelak tidak tau di mana Ardan, tetapi Argan tidak percaya.

"Lo bertiga jangan bohong sama gue! Kalian pasti tau Ardan di mana sekarang, kalian sahabatnya!" tuduh Argan.

"Kita udah berapa kali ngomong sama lo kalau kita gak tau Ardan di mana! Kalaupun kita sahabatnya, Lo justru kakaknya!" tukas Bayu.

"Pangkat kakak lebih tinggi dibandingkan sahabat, harusnya lo yang tau bukan kita!" timpal Rangga.

Perkataan Rangga membuat hati Argan tersentak. Itu benar, harusnya dia yang tau di mana Adeknya sekarang. Dia itu kakaknya bukan orang lain. Tapi mengapa perasaannya selalu tidak enak akhir-akhir ini?
Tubuhnya merasa sakit. Namun, dia tidak sakit.

Pikirannya berkecamuk langsung memikirkan Ardan. Jika dia tidak sakit, apa berarti itu tandanya Ardan. Ardan sakit? Keduanya bisa merasakan jika salah satu diantaranya sedang tidak baik-baik saja.

Karena mereka kembar identik, dan Argan merasakannya!

"Kalian bisa gak sih gak usah bertele-tele? Gue udah mencoba tanya baik-baik sama kalian di mana Ardan ... Tapi kalian masih gak mau bilang juga?" timpalnya.

"Udahlah, jawaban kita tetap sama. Kita lagi buru-buru, sorry, Gan," ujar Kenan yang sedari tadi diam.

Setelah itu mereka bertiga pergi meninggalkan Argan yang terdiam di tempat. Mereka tidak ingin terus-menerus berada di dekat Argan, karena mereka seakan melihat Ardan di sana.

Argan tersadar saat melihat Bayu ddk yang sudah pergi. Dia menghela napasnya lelah. Lagi-lagi dirinya tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Harus dari mana lagi dia mencari informasi tentang Ardan? Sampai kapanpun dirinya tidak akan tenang jika belum mengetahui kondisi Ardan seperti apa.

Tungkainya melangkah mengambil motornya di parkiran. Sudahlah dia akan pulang, merendam dulu semua pertanyaan di pikirannya.

Argan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, serta pandangan yang kosong. Makian pengendara lain tidak menggoyahkan laju cepatnya. Semakin cepat, maka semakin tenang dirinya.

Angin berhembus kencang menerpa tubuhnya, serta wajahnya yang tidak memakai helm. Argan merasa seakan-akan dipeluk oleh angin itu.

Namun, hari baik tidak seterusnya mendatangi. Masih ada hari sial yang selalu terselip di kehidupan setiap orang.

Serta hari itu tidak tertebak kapan datangnya!

Saat di lampu merah. Argan tidak melihat akan warna lampu yang sudah berubah menjadi warna merah. Tanpa berhenti atau mengurangi kecepatannya, Argan tetap menerobos jalan.

Hingga di lain arah, terdapat truk tangki yang sedang melaju. Motor Argan yang memang melaju di atas rata-rata tanpa bisa dihentikan menabrak tepat bagian depan sebelah kiri truk.
Dunia seakan berhenti saat itu juga. Tubuhnya terpental karena dorongan truk hingga jatuh tepat di atas mobil lain.

Darah mulai bercucuran, pandangan matanya perlahan-lahan gelap. Tubuhnya terasa remuk, bahkan untuk digerakkan saja terasa sulit.

Semua kejadian itu berlalu tanpa bisa ada yang menghentikannya. Kecerobohan Argan yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, serta yang tidak melihat rambu lalu lintas menyebabkan kecelakaan itu terjadi begitu saja.

Argan tidak akan tau apa yang akan terjadi setelah ini semua. Semua tidak akan sama, ada salah satu yang serius menimpanya akibat kecelakaan itu.

~~~~~~

Ayu memandang lurus wajah Ardan. Tangannya masih setia mengelus lembut surai Ardan. Hanya dia yang di sini, Bara sudah pergi ke kantor satu jam yang lalu.

"Kapan kamu bangun? Mama udah nungguin kamu masa kamu nggak mau bangun juga? Indah banget ya mimpinya?"

Ayu selalu saja mengajak berbicara Ardan meskipun tidak mendapatkan jawaban. Ayu melakukan itu semata untuk memancing respon Ardan.

Orang yang koma masih bisa mendengar, bukan?

"Mama ke kantin dulu beli minuman bentar, ya? Mama tinggal bentar." Ayu mengecup singkat kening Ardan sebelum meninggalkannya.

Kakinya melangkah menuju di mana kantin berada.
Hingga saat di lorong, banyak perawat bahkan dokter berlari cepat dengan mendorong brankar pasien. Terlihat siluet remaja pria dengan berlumuran darah di tubuhnya.
Ayu berpikir mungkin itu adalah korban kecelakaan. Sangat menyedihkan, pikirnya.

"Kasian sekali anak itu, semoga gak terjadi apa-apa sama dia," monolognya lalu melanjutkan tujuannya.

Sedangkan di lain tempat, Sinta meraung menangis di dekapan Arga. Mereka sedang berada di mobil menuju ke rumah sakit. Awalnya mereka akan pulang sehabis bertemu klien di Cafe Nindi. Namun, seseorang memberitahunya tentang kecelakaan itu lewat nomor Argan.

Kabar itu membuatnya kaget, jantungnya berdegup kencang memikirkan kondisi Argan saat ini. Apalagi mendengar bahwa Argan yang terpental keras saat itu.

Setelah tiba di rumah sakit, keduanya dengan cepat berlalu menuju ruangan di mana Argan berada. Mereka dengan cemas menunggu di luar hingga dokter keluar.

Hingga beberapa menit berlalu, sesosok yang mereka tunggu akhirnya keluar menampakkan dirinya.

"Dok! Gimana keadaan putra saya? Dia baik-baik saja kan?" ujar Sinta.

"Begini ... Lebih baik kita membicarakannya di ruangan saya, Bapak, Ibu!" pinta Pria yang dipanggil dokter itu.

Sinta juga Arga mengangguk setuju. Mereka lalu bertolak dari sana, dan menuju ke ruangan sang dokter.

Di sana, pria berpakaian jas putih itu menjelaskan secara rinci mengenai kondisi Argan saat ini. Terdapat dua hal yang dokter itu katakan. Satu hal baik, satunya lagi hal buruk.

Sinta sudah terisak di samping Arga saat mendengar bagaimana kondisinya Argan. Bagaimana caranya agar dia bisa memberitahu Argan tentang semua ini?
Dia tidak sanggup walaupun hanya menatap wajah putranya nanti.
Bila saja bisa dirubah, biarkan dia yang mendapatkan itu semua. Jangan putranya!

"Aku nggak bisa, Pah! Aku nggak bisa bilang itu kepadanya, aku ta-takut," ucapnya dengan lirih.

Arga mengelus pundak istrinya. Dia mencoba menenangkan Sinta meskipun dirinya juga merasa terpukul akan kabar ini.

"Kita bicarakan baik-baik sama Argan. Papa yakin dia bisa memahami ini semua!"

To be continued
.
.
.
.
.
Vote and komen!!
Sorry banget baru bisa up hari ini🙏
Soalnya sibuk banget sama dunia rl.

Kali ini ku usahakan up tiap hari (nggak janji)

Oleh itu, ayo komen‼️ biar tau kalau masih ada yg nunggu Ardan up apa nggak🥺

Kamis 18 Mei 2023
Aini

ARDAN MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang