Hallo Assalamu'alaikum
Ayu tersenyum, "Kenalin nama Tante Ayu. Kamu bisa manggil Tante dengan sebutan Mama."
"Saya di mana, Tan eh, Ma?"
"Mama akan--"
Cklek
Ucapan Ayu terpotong saat pintu terbuka. Ternyata itu adalah Bara yang datang sambil membawa buah-buahan.
"Alhamdulillah ... kamu sudah sadar, Sayang," ucap Bara.
"Kamu pasti binggung'kan tentang bagaimana kamu bisa di sini dan siapa kami." Bara tersenyum.
"Kami akan menjelaskan semuanya kepada kamu tapi nanti setelah kamu makan dulu."
Bara mendekat dan duduk di sampingnya. Dia menatap lekat wajah Ardan yang terdapat luka goresan.
"Jadi gini ... kamu sudah tahu'kan nama kita siapa? Kita sepasang suami istri yang malangnya tidak bisa mendapatkan seorang anak karena sebuah kecelakaan." Bara menatap wajah ayu sebentar dan kembali menatap Ardan.
"Memang kami yang membawa kamu ke sini. Kamu mengalami kecelakaan satu bulan yang lalu dan mengalami koma," lanjut Bara.
"Sebelumnya ... maafkan kami, Ardan. Kami tidak memberitahu seorang pun tentang keberadaan kamu di sini." Ayu berucap sambil menatap sendu Ardan.
"Jadi ... keluarga saya tidak ada yang tahu, Mah?"
"Tidak, Sayang." Ayu tersenyum, akhirnya Ardan mau memanggilnya Mama.
Ardan hanya diam, dia sangat binggung dengan semuanya, yang dia ingat hanya waktu saat ia kecelakaan saja.
"Sudah ... biar aku jelaskan semuanya dulu dan kamu Ardan, Papa harap kamu bisa memahami semua ini," ujar Bara.
Ardan hanya mengangguk mengiyakan.
Waktu itu kami sedang di rumah sakit. Kami ke sana untuk mengantarkan tetangga kami untuk berobat.
Saat mau pulang, kami tidak sengaja melihat keluarga yang sedang bertengkar didepan ruang ICU kalau gak salah.
Kami hanya diam saat melihat mereka memarahi bahkan memaki anak mereka.
Sejujurnya kami ingin melerai mereka dan membawa pergi sang anak agar tidak dimaki semakin parah, tapi ternyata ... semua sudah terlambat. Sang anak mengucapkan kata-kata yang mungkin bisa dikatakan sumpah saat itu yang membuat kami mengurungkan niat kami.
Sang anak mengucapkan bahwa ia akan menghapus marga keluarga dari namanya. Kami bisa melihat betapa rapuhnya anak itu. Namun, kedua orang tuanya tidak bisa melihatnya.
Setelah itu sang anak pergi meninggalkan rumah sakit. Dan kita pun pergi juga karena saat itu juga sudah malam hari.
"Itu aku'kan, Pah?" tanya Ardan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN MAHENDRA
Fiksi RemajaArdan Mahendra Menceritakan kisah seorang remaja penikmat luka yang selalu menemani harinya. Apakah Ardan bisa mendapatkan kebahagian atau sebaliknya? °Start : 10 September'22 °Finish : 10 Juli'23 #Cover by Pinterest! [ Isi masih acakadut + belum r...