Ardan Mahendra
Menceritakan kisah seorang remaja penikmat luka yang selalu menemani harinya.
Apakah Ardan bisa mendapatkan kebahagian atau sebaliknya?
°Start : 10 September'22
°Finish : 10 Juli'23
#Cover by Pinterest!
[ Isi masih acakadut + belum r...
JIKA ADA PENULISAN KATA YANG SALAH MOHON DI KRITIK BIAR AKU BENARKAN.
BACANYA PELAN-PELAN AJA JANGAN TERBURU-BURU
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ardan kini berdiam di kamar, setelah pembicaraan dengan orang tuanya tadi membuat beban di pikirannya.
Ardan menuju ke meja belajarnya, ia mengambil sebuah buku dengan sampul berwarna biru yang terdapat tulisan 'My Diary'.
Membuka halaman per halaman hingga sampai ke halaman yang masih kosong.
Ia mengambil bolpoin dan mulai mencurahkan segala sesuatu yang terjadi hari ini.
Ardan selalu menceritakan semua keluh kesahnya dengan menulis di buku ini.
Sesekali ia menghela nafas saat menulis. Apa tuhan sungguh tak mau memberikan kebahagiaan sedikit pun? ia hanya ingin kasih sayang dari orangtunya, apa itu salah?
Setelah beberapa menit Ardan selesai menulis.
Ardan menuju ke ranjang dan merebahkan diri. Manik hitam lekat menatap atap rumah mengingat kenangan masa kecil. Sungguh, ia sangat rindu akan masa-masa dulu saat orangtunya masih menyayanginya, tanpa sadar Ardan tertidur.
Clek
Pintu kamar Ardan terbuka, di sana terlihat Arga yang menatap sang putra yang tertidur lelap.
Arga menghampiri Ardan dan duduk di samping ranjang. Ia mengelus kepala putranya dengan tangan bergetar. Air mata menetes di pipi, entah kapan terakhir kali ia mengelus kepala putranya ini.
Arga menghapus air matanya, " Maafin Ayah, Ardan. Ayah sebenarnya sayang sama kamu tapi Ayah binggung gimana caranya agar kamu tahu kalau Ayah itu sayang sama kamu."
Arga benar, ia memang sayang sama putranya ini, tapi ia kalah dengan egonya yang tinggi dan membuat ia membenci Ardan.
Setelah mengucapkan semua pikirannya, Arga pun keluar dan menuju ke kamarnya.
°°°°°
Malam berganti pagi, Ardan mengedipkan matanya guna memperjelas penglihatannya.
Ia menoleh ke meja samping ranjang dan mengambil handphonenya.
Terlihat ada beberapa pesan masuk tapi ia abaikan.
Ardan bangun dan menuju kek kamar mandi. Setelah mandi dan memakai seragam Ardan menuju ke bawah untuk sarapan.
Saat ditangga terakhir, Ardan melihat sudah ada tiga orang yang duduk dimeja makan.