Mama Riska tersenyum, mengusap-usap kepala putranya. "Yaudahh ceritaa, gara-gara apa tadi sampai berantem??"
Dan Raka langsung memalingkan wajahnya. Gengsi juga jikalau mengucapkan penyebab sepele itu. "Kartu undangan."
"Hah? Bisa diperjelas enggak, Raka?"
Flashback on*
Terlihat, di ujung koridor kelas XI ada Revan yang sendirian lagi senderin punggungnya ke tembok. Begitu sadar kehadiran Raka, dia langsung tersenyum sengit.
"Nah, lo dateng juga....."
Raka bertanya tanpa memandangnya. "Kita ada urusan?" Membuat Revan terkekeh.
"Yes true! Urusan lo sama gue banyak, Raka. Dan--nggak bakal selesai," sahutnya, lalu menunjukkan sesuatu kepada Raka. "Lo tau ini?"
"Cih! Lo pikir gue bego?" sentak Raka. Dia nggak buta, jelas-jelas itu setumpuk kartu undangan berwarna cokelat keemasan. Cover depannya aja mukanya Repan.
"Ahahaa oke sipp, Raka. Jadi minggu depan gue ulang tahun ya dan gue undang anak seantero---"
"Etss kecuali lo."
Sengaja banget tuh, si Revan songong. "Lo undang pun gue nggak sudi dateng," sahut Raka.
"Bagus dong. Btw bagiin ini ke temen sekelas lo bro. Bilangin dari Revan Arthura Marga. Dan yang paling beda itu.... buat Darra," bisik Revan dengan seenaknya ngasih tumpukan kartu undangan ultahnya itu.
Dengan terpaksa Raka terima, walaupun muak abis sebenarnya. Kalo boleh, pengin Raka bakar aja itu.
"Thank you bro. Lo baik bangett," sanjung Revan dengan senyum palsu. "Gimana kalau lo jadi babu gue?"
Mendenger itu tangan Raka spontan mengepal.
"But, tanpa lo mau pun gue bakal jadiin lo babu," lanjut Revan diiringi cengiran jahat. "Lo terlalu bego sih... Cocoknya gue babu-in."
"Maksud kejelasan lo apa hah, Van?!"
"Bego!" sambar Revan lebih ke berbisik. "Sadar aja, lo udah korbanin perasaan lo demi gue. Hahaaa gue tau lo punya perasaan sama sahabat lo yang cupu itu. Lo korbanin perasaan lo--cuma buat baikkan sama tuh cewek. Dan lo--sama aja ngasih kesempatan ke gue,"
"Rakaa Rakaa... because lo udah janji nggak bakal halangin gue sama sahabat lo itu pacaran, artinya lo nggak bisa ganggu misi gue lagi! Lo cukup babu gue!" Revan ketawa puas. "Kalau lo ingkar janji, berarti gue bener... lo suka sama Darra."
Okeyy Raka bisa mencerna perkataan Revan. Namun sudut bibirnya tersungging sebelah. "Sotoy banget lo anjing. Gue nggak ada perasaan lebih sama dia, paham?!"
"Ohya?" tentang Revan menepuk-nepuk bahu Raka. "Kita tunggu aja aksi lo di acara ulang tahun gue. Gue yakin lo bakal nekat dateng ke acara itu. Buat nyaksiin, gue nembak Darra. Psstt jangan bilang siapa-siapa dulu okay?!"
Bughhh!!
Ini Raka duluan yang ngasih preambul bogeman. Tandanya emosinya tersulut. Sampai akhirnya mereka bertarung sengit. Baru kali ini Raka dihadapkan dengan orang gila seperti Revan. Bener aja karena tingginya emosi Raka, membuatnya kelepasan cekik lehernya Revan. Hampir mati tuh cowok kalau nggak ada temen-temennya yang nyetop Raka.
"VAN LO NGGAK PAPA???"
"ANJIRR LAHH ANJING BET ADA YANG BERANI SAMA PANGERANNYA SEKOLAH KITA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad girl Is My Soulmate✔️
Ficção AdolescenteAREA WAJIB VOTE!!! YANG VOTE SEMOGA JADI ORANG SUKSES.... °°° 💗 °°° Ini kisah antara dua insan yang saling bermusuhan, berbeda sifat, dan berbeda jenis kelamin tentunya. Raka adalah Good boy tampan dengan berbaga...