KELUARGA DARRA

151 129 579
                                    

"Samlekom...."

Nihil jawaban ketika Darra memasuki rumah--lebih tepatnya sepulang dari ekstrakurikuler basket.

Padahal yang ia temui pertama adalah sosok cowok cungkring yang tengah sibuk bercermin di depan kaca ruang tamu, sesekali sambil bersiul merdu lagu 'Bara-bere'.

"Rey lo bisu ya? Orang salam kok nggak dijawab!"

Yapss dia Rey Dityananda, adik kandung Darra yang biasa dipanggil Rey. Anak itu sekarang duduk di bangku SMP kelas IX.

"Lah lo salamnya bener kagak?" sungut Rey tanpa memandang kakak cerewetnya itu.

Malahan ia terlihat lebih fokus dalam bercermin. Bahkan sekarang menyemprotkan parfum ke seluruh badannya. Entah beberapa kali semprotan itu, yang jelas bukannya Darra terpikat justru rasanya ingin muntah. Eneg njirr!

"Adek sialan! Lo mau ke mana hah sok pake parfum?" tanya Darra sambil menutupi hidungnya.

Celana khas SMP 1 Bina Raya dipadukan dengan hoodie hitam khas anak laki. Mau ke mana tuh bocah?

Rey sendiri berbalik badan begitu sudah mantap akan penampilannya. Lalu bersedekap dada.

"Ketemu doi lah. Emangnya lo yang jomblo mulu..." sahutnya sengaja meledek Darra.

Darra melotot. Kayak gini nih risiko punya adek yang sifatnya njiplak dari kakaknya.... Huhh sama-sama membagongkan!

"Mana ada cewek yang mau sama lo? Ganteng kagak kentang iya!" timpal Darra bersemangat.

"Tahu brontak tahu Sumedang," ujar Rey bernada pantun.

"Berdosa lo, kembarannya Min-kyu disamain kentang!" lanjutnya sembari menjitak dahi Darra.

Namun bukannya kesakitan Darra justru terbahak-bahak. Kembarannya Min-kyu? Jiahahhh

Rey memutar bola matanya malas. "Sorry ya pacar gue udah nungguin." Dan melenggang pergi.

"Woy adek bangsat! Baliknya jangan kemaleman lo!" teriak Darra memperingati Rey.

Gimana enggak ya, ini udah jam 4 sore. Lagian Rey kalau nglayap nggak tahu waktu sih.

Beberapa jam kemudian....

Darra sudah berada di kamarnya. Ia telah mandi cantik dan memakai baju tidurnya. Gambar kodok.

Gadis itu lalu merebahkan dirinya ke hamparan kasur ala-ala di sinetron. Namun yang terjadi punggungnya malah mendadak ngilu.

"Anjrit gue lupa. Kasur gue kan udah buluk, nggak empuk!" rengeknya sembari mengusap punggungnya itu. Berharap tidak memar.

Kasur busa di kamar Darra yang bernuansa pink itu awalnya tebal lho, tapi entah karena apa sekarang kempes. Nggak mungkin kan busanya mipil dimakan Darra?

Makanya tadi punggung Darra terantuk lantai. Lagian nasibnya apes banget. Keluarga kaya bukan, miskin juga bukan, sederhana maybe.

Rumah Darra itu luas dan layak pakai, nggak kayak rumah-rumah orang kismin. Bedanya, rumah Darra nggak tingkat dua kayak rumahnya Raka yang lokasinya persis di jejer rumahnya itu.

Darra duduk menekuk lututnya. "Kapan ya gue beli kasur? Berasa kek orang susah sumpah!"

"Minta Mami tapi kasian tuh orang udah banting tulang sendiri buat gue sama Rey," monolognya lagi.

Sematre-matrenya Darra, ia juga masih bisa pengertian dengan kondisi orang tuanya.

Apalagi orang tua Darra itu tidak lengkap. Si bapack tercinta entah ke mana wujudnya. Setiap kali Darra tanya kepada sang mami, katanya bapaknya itu kerja sukses di luar negeri.

My Bad girl Is My Soulmate✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang