KEJUTAN?

50 21 296
                                    

Janlup vote-nya!
Baca pelan" ya, yok bisa yok komen tiap paragrafnya
😉




"KALIAN JAHAT!!!" murka Darra. "KENAPA MALAH RAKA!!! GUE!!! GUE YANG HARUSNYA KALIAN LUKAI!!! HIKSS KALIAN JAHAT!!!"

Revan membuang pistol di tangannya yang barusan bidikannya mengenai Raka, kemudian menyugar rambutnya frustasi. "Arghh sial Revan salah sasaran, Pa! Gimana ini!"

"Hahaha! Itu bagus, Revan. Kalau bisa kita habisi dua-duanya, kenapa cuma satu, betul kan?"

Di antara tangisnya, Darra menggeleng prihatin atas kegilaan Revan dan Arthur. Darra lalu memeluk erat Raka yang terkapar di lantai rumah kosong tersebut. Darra mengguncangkan tubuh Raka kuat-kuat. Baru kali ini ia merasakan sakit yang sesungguhnya.

"KA, BANGUN!! AYO BANGUN!!! HIKSS RAKA BANGUN!! AYO PERGI!!"

Melihatnya, Arthur malah tertawa lebih lepas seraya berjalan mendekati Darra dengan menyodorkan pisau tajam yang belum digunakan tadi, dengan maksud untuk melukai gadis itu. Sontak mata Darra membulat. Ia harus bagaimana.

"MINGGIR! PERGI!! GUE NGGAK MAU MATI DI TANGAN KALIAN!"

Arthur mana peduli. Hingga akhirnya Darra hanya bisa memeluk Raka dengan sangat erat kala pisau itu sudah dilayangkan ke arahnya. Darra yakin, setelah ini dirinya tidaklah bernyawa lagi.

"ANGKAT TANGAN SAUDARA ARTHUR DAN SAUDARA REVAN!"

Arthur, Revan, dan Yura seketika langsung menoleh tatkala lima orang polisi datang menodongkan pistol dan langsung menangkap ketiganya.

"Lepas, Pak! Saya nggak salah! Saya cuma liatin! Lepass! Saya nggak salah! Atau kalian mau saya aduin ke Papa saya hah!" pekik Yura.

Revan juga berusaha mengelak, "Tolong percaya Pak, saya nggak ada niatan nembak dia! Tadinya kita cuma latihan drama!"

Berbeda dengan Arthur yang malah hanya diam menuruti polisi, melamun dengan tatapan kebencian. Sementara Darra yang masih trauma berat pun langsung mendongak. Ternyata yang mengawal polisi-polisi itu adalah Riska, Vano, dan....

Mami nya!

Bahkan saat itu Meli masih dengan pakaian pasien rumah sakit. Ia langsung memeluk Darra selaku putri tercintanya. "Kamu nggak papa kan Darra? Mami kangen kamuuu sayang. Maafin Mami yah..."

"Hiksss Darra nggak papa karena berkat Tuhan dan kalian. Tapi Raka mii... HIKSSS! RAKAA AYO BANGUN!!! BANGUN, KA!!!"

Sekali lagi Darra menggoncangkan tubuh Raka yang berlumur darah. Tak kalah nyeseknya, Riska bahkan sampai pingsan melihat kondisi putra tunggalnya itu. Untungnya ada warga sekitar yang membantu membawanya ke rumah sakit. Vano pun sama, langsung menggotong Raka ke rumah sakit dengan menutupi paniknya yang luar biasa.

* * *

Di tengah keheningan dan tangis haru yang menyelimuti luar ruang IGD, Darra bersimpuh di depan Riska yang sejak sadar dari pingsannya tadi terus menangis sembari melamun tanpa menanyakan kabar Darra. Darra pikir Riska marah besar padanya.

"Maaf... Hiksss! Maaf ini salah Darra... Hiksss! Tante maafin Darra. Darra emang bisanya nyusahin.... Harusnya Darra yang di posisi Raka kan!"

Namun Riska tetap dengan pandangan kosongnya. Sementara Vano langsung memberdirikan Darra. "Darra kamu ngomong apa. Ini udah takdir. Sekarang kita berdoa ya, semoga--Raka baik-baik aja. Raka kan anak kuat...."

Berkata seperti itu walaupun tak dapat dipungkiri air mata Vano terus mengalir. Lagi pula orang tua mana yang tidak akan terluka ketika putranya terluka?

My Bad girl Is My Soulmate✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang