Flashback on*
Brakkkk!!!
Ini Revan yang sepulang dari alun-alun meninggalkan Darra, kini bersikap seolah kesetanan dengan membanting keras pintu rumahnya. Bahkan benda-benda di meja pun ia jatuhkan secara emosi. Membuat sang ayah yang malam itu tengah duduk santai di sofa ruang tamu ditemani sebatang rokok, harus terkejut dan menegurnya tajam.
"Apa kamu ingin merusak harta benda milik kita, Revan?! Ada apa??!"
Revan mendekati Arthur, ayahnya itu. "Cewek bego itu, Pa! Revan udah muak. Sejak aksi gagal Revan bunuh dia di tempat study tour malah makin rumit. Gimana kalo Meli bangun? Besok udah ganti tahun, Pa! Adeknya yang sialan juga bakalan ikut campur karna udah tau Revan masih pacaran sama Yura. Kita kalah, Pa!!"
"DIAM. Kita belum kalah, Revan! Kita pasti akan menang. Biar yang kemarin gagal, kita susun kembali perhitungan berikutnya. Papa pastikan, berhasil."
Revan memalingkan wajahnya muak. Malam ini dia benar-benar kesal. Ingin secepatnya cewek seperti Darra lenyap dari dunia ini. Bagaimana jika Meli keburu bangun!
"Sekarang dimana anak sial itu?" tanya Arthur akan keberadaan Darra.
"Revan tinggal di alun-alun."
"Bodoh!"
Revan terkekeh mendengar umpatan ayahnya. "Udah Revan bilang kan, Pa, Revan udah muak pura-pura baik di depan dia. Kalo boleh, tadi Revan tebas aja lehernya."
"Sabar Revan. Kamu harus tau bahwa secara tidak langsung ketidaksengajaan kamu dalam menunjukkan sifat asli kamu akan membuat Darra curiga!"
Ucapan Arthur itu memang benar. Tetapi Revan tetap menatapnya kesal.
"Terus kapan dia mati?"Flashback off*
* * *
Di atas kasur, Darra mengguling-gulingkan tubuhnya kesal. Sesekali menutupi mukanya dengan bantal yang lumayan bau iler karena sudah lama tidak dicuci.
Bagaimana tidak, Darra terus teringat akan kecerewetan Raka tadi ketika di mall. Tidak! Darra tidak boleh jatuh cinta pada cowok itu. Kalau dulu Darra suka usik Raka pake gombalan, itu cuma bercanda kok.
"Huhhh sabar, Ra!" peringat Darra pada dirinya sendiri.
Lalu gadis itu tersenyum kece. Seakan telah melupakan hal itu dan mulai membuka papar bag hasil belanjanya tadi. Ada sunscreen, pembalut, jajanan, dan lain-lain.
"Lumayan juga satu hari kagak ikut pelajaran dapet ginian," gumam Darra puas. Tapi siap-siap aja besok-besok ulangan susulan.
Malesss! Dengan mimik yang berubah pun Darra berdiri meregangkan otot-ototnya. Hidungnya mengendus-endus. Bau keringetnya minta ampun cuma gara-gara seharian di stadion.
Sebelum Darra pergi untuk mandi sore kali ini, ia menyempatkan menutup jendela kamarnya. Betapa terkejutnya ada paper bag nyantol di daun jendela. Bedanya paper bag itu bermotif lope-lope.
"Ini bukan hari valentine kann..." Darra mengambil paper bag tersebut. Lalu celingukan.
Darra curiga kalau itu adalah kerjaan Raka yang sengaja naroh disitu diem-diem, biar Darra baper. Halahh Dara kesel kalau itu bener-bener ulahnya si Raka. Tapi setelah yakin Raka tidak sedang memantaunya, Darra menutup jendela kamarnya itu dengan rapat. Lalu langsung berhambur ke kasur lagi untuk menggeledah isi paper bag tersebut. Ternyata buket boneka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad girl Is My Soulmate✔️
Teen FictionAREA WAJIB VOTE!!! YANG VOTE SEMOGA JADI ORANG SUKSES.... °°° 💗 °°° Ini kisah antara dua insan yang saling bermusuhan, berbeda sifat, dan berbeda jenis kelamin tentunya. Raka adalah Good boy tampan dengan berbaga...