"Gue seneng liat lo ketawa-ketawa lagi kayak tadi."
Darra cuma cuek dan membalikkan badan hendak pulang. Tapi Raka malah narik pergelangan tangannya. "Nyeblak bareng yuk."
Because gengsi, Darra berdehem cuek. "Gue nolak. Lepas!"
"Sayangnya nggak ada penolakan. Gue tau kok, lo nggak bisa benci ke gue," ujar Raka tersenyum.
Lalu dengan lucunya, cowok itu membawa Darra menuju lantai atas, alias ke kamarnya. Lalu menguncinya dari luar. Darra tentu aja terheran-heran.
"Gila! Bukain, gue mau pulang!"
Raka terkekeh sendiri akan ulahnya. "Lo tunggu aja Ra, gue mau mandi dulu di toilet bawah."
Kebetulan pas Darra ke rumah Raka ituu, tadi udah mandi, makanya sekarang Raka nekat mengurungnya.
"Raka, kok kayak ada suara cewek sih di atas? Kirain temen-temen kamu udah pulang."
Raka pun terkekeh lagi mendengar teguran Mamanya itu yang usai mengambil air wudhu di toilet untuk sholat Maghrib.
"Darra. Raka kurung, Ma. Jangan bukain yahh...."
Riska pun hanya bisa bergeleng-geleng. Semoga aja hal itu nggak malah bikin putranya itu makin dibenci Darra. "Emangnya mau ngapain sih, Raka? Kalo Darra makin ngamuk gimana?"
Seulas terukir senyum malu dari Raka. "Enggak kok. Kayaknya sekarang waktu yang tepat buat Raka, Ma. Doain ya."
Dan setelahnya Raka langsung melesat masuk ke dalam toliet. Mama Riska pun melotot takjub. Apa yang barusan putranya katakan? Hmm jadi keinget waktu itu....
Ini tempo hari ketika Raka pulang dari pesta ulang tahun Revan. Tengah malam itu, ia berjalan gontai memasuki rumahnya yang sepi nan gelap. Namun seketika terkejut kala lampu ruang tamu tiba-tiba menyala.
"Eh Mama, k--kok bangun?"
Riska nampak dengan raut datarnya. "Raka dari mana? Kok nggak ijin perginya."
Bukannya menjawab, Raka malah gerak cepat menutup tudung hoodienya untuk menutupi wajahnya, lalu berjalan cepat melewati Mamahnya itu.
"Raka kenapa bau alkohol? Trus lesu gitu. Jawab Mama, darimana!"
Vano kini turut terbangun. "Kenapa sih, Ma...."
"Liat, Pah! Raka pergi nggak ijin dan pulang-pulang aneh gitu."
"Raka kamu dari mana?" tanya Vano. "Nongkrong, iya?!"
Tik tik tik
Detik jam menemani keheningan. Raka terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab, "Apa salah? Raka cuma abis susulin Darra di ulang tahunnya Revan."
Riska berhembus lega. Ia kira anak itu habis dari bar atau semacamnya. "Kenapa Raka nekat kesana sihh? Kan nggak diundang."
Raka terus menunduk. Muncul rasa tidak mood untuk menjawabnya lagi. Karena saat ini hatinya sedang berkecamuk hebat.
"Maaf, Raka cuma.... turutin--kecemburuan Raka."
Sial malu banget!
"Apa Revan beneran pacarin Darra mulai tadi? Trus sekarang Darra udah pulang belum?"
Raka mengangguk kepada sang ayah. "Tadi Raka anterin Darra. Tapi maaf juga sebelumnya, abis itu Raka duduk di depan rumah dulu trus Raka coba---minum sedikit."
"RAKAA! PAPA NGGAK PERNAH AJARIN KAMU UNTUK BELI APALAGI MINUM-MINUMAN KERAS. KENAPA SAMPAI SEGITUNYA HAH?!"
Riska langsung menenangkan suaminya itu. Lalu membuka tudung hoodie Raka dan merapikan penampilan putranya itu. Membuat Raka merasa tidak pede dilihatnya. Karena komuk Raka sekarang sedang sadboy-sadboynya cuy. Riska aja sampai cekikikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad girl Is My Soulmate✔️
أدب المراهقينAREA WAJIB VOTE!!! YANG VOTE SEMOGA JADI ORANG SUKSES.... °°° 💗 °°° Ini kisah antara dua insan yang saling bermusuhan, berbeda sifat, dan berbeda jenis kelamin tentunya. Raka adalah Good boy tampan dengan berbaga...