Persahabatan memanglah indah. Lebih indah lagi jika persahabatan itu melibatkan rasa. Rasa suka, cinta, dan ingin selalu bersama. Memang kesannya aneh, namun nyatanya cinta itu buta. Tak pernah memandang dari segi manapun. Karena katanya pula, cinta akan membuat hidup berwarna. Dimana implementasinya berupa bahagia, tertawa, suka-duka, bersama dengan orang tercinta.
Lantas, mengapa ada kalanya seseorang yang sekalinya merasakan jatuh cinta seperti diriku justru harus terluka? Begini, definisi cinta yang tak patut? Beginikah contoh titik kebodohan manusia yang mencintai sahabatnya sendiri?
Tuhan...
Apakah hanya aku yang takkan pernah beruntung dalam percintaan? Tak pantaskah ku bahagia?
Atau memang, takdirku bukanlah dia? Lantas mengapa Engkau hadirkan dia--bahkan sampai mengisi mimpiku di setiap malam? Jika perasaan ciptaanmu ini salah kaprah, maka mohon hilangkanlah. Tapi jika Engkau menakdirkanku agar berjuang untuknya, aku siap. Bahkan sampai di titik penghabisan.Mungkin saja kini ku hanya perlu menghadapi, lewati, dan jalani. Sampai diri ini sadar dan hanya bisa berterimakasih. Karena mencintainya telah mengajarkanku untuk mengerti--bahwa cinta itu tak harus memiliki. Cinta tak mesti selalu bersama. Karena ada kalanya cinta berakhir tanpa dimulai. Bagaikan epilog tanpa prolog. Mungkin memang inilah pengalaman cinta terindah versi ku, cinta yang bertepuk sebelah tangan. Cukup memandangnya, berjuang, dan membuatnya tersenyum--walaupun imbalannya hanya rasa sakit. Dan jika suatu saat kepergianku justru membuatnya lega, aku rela itu. Karena sesungguhnya aku akan sangat lega juga--tak akan lagi tercipta sebagai manusia yang tak pernah dianggap olehnya.
Darra menyeka air mata harunya usai membaca buku diary hitam milik Raka. Buku yang ditemukannya beberapa bulan lalu. Rasanya Darra candu sekali ingin membacanya berkali-kali, walaupun hampir setiap hari gadis itu membacanya dikala sendirian. Seperti sekarang bel pulang telah berdering sejak tadi, Darra malah masih berdiri di roof top.
"Kasih tau, gimana caranya gue tebus dosa gue ke lo, Ka..."
Happ!
Darra tersentak kala Raka mengagetinya dari belakang. Cowok itu tersenyum lebar. Darra harus apa? Melihat wajah tampannya saja selalu membuatnya merasa pendosa.
"Nggak bosen, hm?" Baca diary Raka, itu maksudnya.
Darra menggeleng. "Sampai detik ini gue masih bingung gimana caranya nebus dosa gue ke lo. Gimana caranya bersyukur atas kesempatan kedua ini. Gue emang bego kan, Ka?"
Raka tersenyum. "Biar gue kasih tau ya. Jawab, mau ubah status sahabatan kita jadi pacaran? Kalau lo mau, itu cara yang tepat, Ra."
Hah! Darra pikir Raka tidak ada lagi rasa dengannya--ralat, setidaknya Darra sudah tau diri. Raka akan lebih bahagia jika tanpa Darra yang selama ini merepotkannya.
"Mau, Ra?" ulang Raka. Dan Darra mengangguk.
"Iya, gue mau jadi pacar lo."
"Ck! Basi. Jujur gue udah nggak ada rasa sama lo. Lagian nggak cocok tuh, lo terlalu pendek."
Mimik Darra sedih kembali. Napasnya tercekat. "J-jadi beneran yah Ka, lo dendam ke gue?"
Hahaha!
"Baperan banget sih. Nggak kok. Udah berapa kali gue bilang sama lo, Ra. Lo soulmate gue. Paham?"
Darra merengut karena ternyata Raka cuma bercanda. "Serius kan?"
"Serius, Ra. Lagian mama juga udah bolehin gue pacaran. Nikah besok pun boleh, asal sama lo."
Darra menunduk. Beruntung sekali ia, selalu diistimewakan oleh keluarga Raka. Meskipun Riska sempat nyaris membenci Darra selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad girl Is My Soulmate✔️
Teen FictionAREA WAJIB VOTE!!! YANG VOTE SEMOGA JADI ORANG SUKSES.... °°° 💗 °°° Ini kisah antara dua insan yang saling bermusuhan, berbeda sifat, dan berbeda jenis kelamin tentunya. Raka adalah Good boy tampan dengan berbaga...