BUKTI NYATA

42 23 254
                                    

"Sial! Ini semua gara-gara Papa."

"Kenapa Papa??"

"Ya kan Papa yang kelamaan rencanainnya. Keburu cewek sialan itu curiga kayak tadi, Pa!" kesal Revan mengingat tingkah dan pertanyaan aneh Darra ketika datang kerumahnya tadi.

Sementara Arthur menerawang jauh objek di depan sana. "Bukan. Ini pasti ulah keluarga Vano yang terus mendesak Darra. Apalagi anaknya itu yang sangat pengrusuh."

"Ck. Trus gimana?"

"Ayo kita percepat jadwal pencabutan nyawa anak sialan itu," bisik Arthur diiringi tawa gilanya.

* * *

"Lo apa-apaan sih bawa gue ke bidan! Lo pikir gue hamil hah?"

Raka hanya menaruh telunjuknya di depan bibir Darra sahabat cerewetnya itu. Lalu mengetuk pintu rumah besar seorang bidan di kampung sebelahnya itu, yang Darra sendiri baru tau tempatnya. Menurut tulisannya sih 'Bidan Erina'. Ngapain coba pagi-pagi gini Raka ajak Darra ke bidan, kan aneh!

"Sumpah lo nggak jelas banget, Kaa!" dumel Darra geram.

"Diem."

Tok-tok-tok!

Tidak beberapa lama pun keluarlah sang pemilik rumah alias bidan Erina sendiri. Sosok bidan berumur sekitar 45 tahun yang tampak awet muda.

"Permisi, Bu," ujar Raka.

"Iya, ada apa ya? Hari ini rumah saya libur kerja...."

"Enggak kok, Buuu. Saya ke sini bukan mau bersalin!" sergah Darra.

Bidan Erina seketika memusatkan atensinya ke Darra. Bingung. Lagi-lagi ada dua remaja cowok-cewek ke sini. Aneh lagii. Biasanya mau cek kandungan. Jangan bilang ini hamil di luar nikah lagi...

Darra merasa risih kala Bidan tersebut menatapi perut Darra penuh selidik. Darra pun langsung memeluk perutnya, ya meskipun sosok bidan itu kelihatannya ramah tapi ya Darra nggak suka perut sucinya diliatin.

Melihat tingkah lucu Darra itu, Bidan Erina malah semakin curiga. "Kalian berdua mau apa?"

Raka tersenyum sopan. "Boleh tanya sesuatu, Bu?"

"Tunggu sebentar. Kalian mau periksa kandungan ya?"

"ANJING!" Darra keceplosan.

Untung ada Raka. "Bukan, Bu. Kita anak baik-baik. Sebelumya mau tanya hal penting, Bu. Boleh kan?"

Bidan Erina menatap Darra dan Raka sekilas. Setelah yakin mereka berdua adalah anak baik, bidan itu pun mempersilahkan keduanya masuk.

"Kalian siapa, mau tanya apa?" cecar Bidan Erina setelah ketiganya duduk nyaman di ruang tamu.

"Saya Raka, ini Darra temen saya. Kita dari kampung sebelah. Sebelumnya mau tanya, apa Ibu masih nyimpen berkas-berkas setiap orang yang lahiran disini? Kayak yang sekitar 18 tahun lalu gitu."

"Iya, masih. Memang kenapa?"

Raka berbinar. "Bisa tolong tunjukkin atas nama Melita Thalita Putri, Bu?"

Sementara Darra terkejut. Apa-apaan bawa-bawa nama emaknya!

"Sebentar ya saya cari."

"Terimakasih, Bu. Sebelumnya maaf mengganggu waktu Ibu...."

Bidan itu tersenyum ramah kepada Raka dan pergi ke dalam untuk mencari berkas lawas tersebut. Notes, jadi rumahnya Bidan Erina tuh sekaligus buat kerja.

Darra langsung menegur Raka. "Jadi maksud lo apa hah nyari gituan? Buat buktiin lagi kalo Kak Revan itu kakak tiri gue? Biar gue percaya sama lo? Biar gue jatuh cinta sama lo? Biar gue putus dan jadi pacar lo? Lo belum capek juga---"

My Bad girl Is My Soulmate✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang