Bagian 1

26.4K 1.2K 102
                                    

Kediaman Lea tengah disibukkan dengan orang yang wura-wiri mempersiapkan sebuah acara sakral.

Lea tidak pernah berpikir akan menikah diusia semuda ini, namun dengan Atha ia akhirnya memberanikan diri dan tentunya dengan dukungan kedua orang tuanya.

"Lea ngapain ngelamun nak?" Tanya ayahnya yang melihat anaknya diam saja duduk di taman.

"Ayah Lea mau tanya" Nuga langsung duduk di sebelah sang anak.

"Tanya apa?"

"Gimana perasaan Ayah ketika ngeliat Lea mau menikah?" Sebenarnya sudah sejak lama Lea ingin bertanya kepada sang ayah.

"Yang pasti ayah bahagia, lihat anak ayah sudah menemukan lelaki yang semoga saja bisa benar-benar melindungi anak perempuan ayah satu-satunya"

"Tapi sebagai seorang ayah pasti ada rasa sedih, ketika kamu sudah menjadi orang tua dan punya anak pasti Lea akan merasakan kekhawatiran. Bagaimana nanti kalau anaknya melupakannya?" Nuga diam sebentar, Lea langsung bersandar di bahu Ayahnya yang selalu menjadi tempat favoritnya itu.

"Dulu waktu Lea sekolah setiap hari Ayah yang nganterin, tapi suatu hari Lea bilang sama Bunda kalau Lea mau berangkat sendiri tidak mau dianterin sama ayah. Itu rasa kehilangan pertama yang ayah alami selama menjadi orang tua, sebenarnya waktu itu ayah pengen bilang gak usah berangkat sendiri sama ayah aja berangkatnya, tapi ayah tau Lea butuh proses melewati itu agar nantinya Lea tidak bergantung sama ayah, bunda, kakek, nenek" mata Lea sudah berkaca-kaca mendengar cerita ayahnya.

"Lalu saat kemarin Atha meminta restu untuk meminta putri ayah satu-satunya . . . Ayah merasakan kehilangan sesungguhnya sekaligus merasa menjadi ayah yang sebenarnya. Karena saat itu ayah berarti harus mengikhlaskan orang lain menjaga Lea selain ayah, tapi ayah juga senang karena ada lelaki dengan keberanian luar biasa yang meminta ijin pada ayah untuk menikahi putrinya"

"Ayah hiks hiks" panggil Lea dengan tangisan yang tidak bisa ia bendung, perempuan itu langsung masuk ke pelukan sang ayah tercinta.

"Udah mau nikah masak masih cengeng" kata Ayahnya yang membuat Lea semakin beruraian air mata, Lea tidak tau saja kalau ayahnya juga meneteskan air mata.
"Setelah kamu nikah kan masih pulang dirumah ini, kalian baru boleh benar-benar meninggalkan rumah kalau sudah lulus kuliah" ingat ayahnya lagi yang di angguki oleh Lea.

Sedangkan di lain tempat ada seorang perempuan yang melihat suami dan anaknya sama-sama menangis sambil berpelukan, Mala ikut meneteskan sedikit air matanya. Ia tau pasti suaminya juga merasa takut kehilangan anaknya, namun bukan berarti mereka tidak menginginkan Lea menikah.

Justru Mala bersyukur anaknya bisa mendapat lelaki sebaik Atha, sebagai seorang ibu ia bisa melihat betapa tulusnya Atha saat meminta ijin untuk meminang Lea.

"Mba nangis?" Tanya Amanda, Tante Lea yang juga ikut membantu mempersiapkan pernikahan Lea.

"Cuma terharu"

"Aku paham gimana perasaan mbak"

"Tapi mbak harus bersyukur punya menantu dari pewaris tunggal keluarga Haddad, nanti hidup Lea terjamin gak bakalan susah tujuh turunan" gurau Amanda menenangkan kakaknya, adiknya yang satu itu memang selalu berhasil menghibur Mala dari dulu.

******

"Udah makan?" Tanya Atha diseberang telepon, lelaki itu hanya khawatir jika Lea terlalu banyak pikiran mempersiapkan pernikahan mereka. Meskipun mereka hanya menikah secara sederhana namun tetap saja banyak yang harus di persiapkan.

"Sebentar lagi, kamu juga jangan lupa makan sama jaga kesehatan"

"Iya sayang, buruan makan aku temenin dari sini" saat ini keduanya memang sedang melakukan video call lewat laptop, karena sejak seminggu sebelum pernikahan mereka dilarang bertemu.

LDR Atha Lea (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang