Bagian 2

14.1K 1K 558
                                    

Saat pertama kali mengenalmu,
Kukira kamu hanya akan menjadi bagian dari pertemuan yang singkat,
Dan ternyata sampai sekarang
kamu masih menjadi peran paling penting dalam hidupku.

Sejak adzan subuh tadi Atha sudah bangun, setelah sholat jamaah di mushola yang berada di dekat rumahnya lelaki itu kemudian ngaji untuk menenangkan hatinya yang sejak malam tak karuan.

Bukan karena ragu, sedikit keraguan pun tidak pernah ada dalam dirinya. Namun yang namanya memutuskan suatu hal yang menjadi masa depannya tetap saja membuat ia khawatir, bagaimana nanti kalau ia gagal menjadi seorang suami? Bagaimana nanti kalau ia gagal melindungi istrinya? Bagaimana kalau nanti ia gagal membahagiakan keluarga kecilnya? Banyak yang ia takutkan dan ia tidak mau ketakutan itu menjadi Boomerang di hari pernikahannya nanti.

Sebelum pulang dari mushola Atha sempat berbicara dengan imam mushola, ia menceritakan suasana hatinya yang selalu resah menjelang hari pernikahan. Imam mushola dengan tenangnya tersenyum mendengar cerita Atha lalu memberikan sedikit pencerahan pada lelaki itu.

"Menjelang hari pernikahan memang banyak ujian yang akan kita hadapi, entah itu ribut dengan pasangannya, keluarganya, atau keraguan yang membuat ia batal menikah"

"Itu semuanya hanya gangguan setan yang tidak mau agama manusia menjadi sempurna, karena jika seseorang menikah berarti ia telah menyempurnakan agama. Makanya setan berusaha sekeras mungkin membuat manusia itu gagal menikah, nggak sedikit kasus orang yang udah yakin mau menikah akhirnya gagal karena mereka tidak menyerahkan semuanya kepada pencipta"

"Coba nanti nak Atha kalau pulang, sampai rumah Ambi Al-Qur'an ngaji sampai hatinya tenang, kalau bisa sampai acara mau mulai juga gakpapa, insyaallah nanti Allah permudah"

Dan benar apa yang dikatakan imam mushola itu, Atha bahkan sampai lupa waktu saat mengaji. Ia memang bukan orang yang paham ilmu agama, tapi lelaki itu selalu berusaha melibatkan penciptanya dalam segala urusannya.

"Udah selesai ngajinya tha?" Tanya papanya yang tiba-tiba sudah duduk di sofa kamarnya.

"Udah pa"

"Sebentar lagi statusmu akan berubah menjadi suami . . . Yang artinya kamu sudah menjadi kepala rumah tangga dalam keluarga kecil kamu nantinya. Meskipun kamu sama Lea harus pisah sebentar papa harap kamu bisa menjadi suami yang bertanggung jawab"

"Iya pa, Atha bakalan selalu berusaha buat belajar jadi suami yang baik buat istri Atha nantinya" mereka diam sebentar, Atha mengambil posisi duduk di sebelah papanya. Jika tadi malam mamanya yang memberikan petuah maka pagi ini giliran papanya, Atha tau papanya bukan tipe orang yang bisa mengungkapkan segalanya lewat kata-kata.

"Makasih ya pa, papa udah mendidik Atha sampai jadi Atha yang sekarang. Atha minta maaf kalau selama ini belum bisa jadi anak yang baik buat papa sama Mama"

Papanya menepuk bahunya
"Abang tetap jadi anak kebanggan papa sama Mama" kalimat itu sudah lama sekali rasanya Atha tidak mendengar, dulu waktu masih SMP dan Atha baru punya adik papa dan mamanya selalu berbicara seperti itu saat Atha memenangkan kejuaraan.

Atha memeluk papanya yang dibalas pelukan juga, jika pelukan ibu yang paling nyaman, maka pelukan seorang ayahlah yang paling menenangkan.

"Udah sana siap-siap, habis itu turun ke bawah sarapan sama Anggota keluarga lainnya sebelum berangkat ke rumah Lea"

"Iya pa" papanya langsung keluar dari kamarnya.

Setelah selesai bersiap Atha langsung turun ke bawah, di meja makan sudah banyak anggota keluarganya yang sejak semalam menginap. Untung saja rumahnya memiliki lumayan banyak kamar sehingga muat menampung keluarga besarnya.

LDR Atha Lea (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang