Mari tumbuh bersama dengan lelaki penuh ragu ini, semoga dalam segala proses yang kita lalui kau bersedia untuk tumbuh bersama, menerima segala resah untuk berdiri tegak
~AthaAtha masih melihat Lea dari kejauhan meskipun istrinya tidak terlihat karena ketutupan dengan banyaknya manusia yaitu teman-teman Lea sendiri.
"Pak nggak makan?" Tanya Danu yang baru saja selesai menata makanan yang sudah mereka pesan.
"Sebentar, ini teropongnya berfungsi nggak sih?!" Kesal Atha seperti anak kecil.
"Dagingnya enak hmm." Gumam Danu yang membuat Atha melirik lelaki itu kemudian ia menggulung lengan kemejanya dan bergabung bersama Danu di meja depan tenda.
"Awas aja kalau sampai modusin istri gue lagi." Omel Atha sambil menyuapkan daging yang sudah di bakar oleh Danu.
"Bu Lea juga pasti lebih milih bapak." Kata Danu yang membuat Atha sedikit sombong.
"Pasti dong." Ujarnya sedikit sombong.
Danu hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah dari bosnya itu, ia memilih fokus membakar daging dan makan ramyeon yang sudah ia pesan.
"Ini ramyeonnya pak." Atha langsung makan ramyeon yang diberikan oleh Danu, cuaca dingin yang mendukung membuat Atha menikmati makanannya meskipun ia sedang kesal.
Selesai makan Atha kembali melihat teropong, lelaki itu tidak peduli umpatan yang dilontarkan oleh Danu karena ia tidak mau membantu asistennya untuk membereskan bekas makan mereka.
.
.
.
Lea masih sibuk membakar beberapa sosis dan jagung untuk teman-temannya yang malas membakar sendiri. Ia dibantu oleh semua panitia untuk membakar jagung karena banyaknya jagung yang ia beli.
"Sambil nyanyi dong." Ujar Silvi yang melihat teman-temannya.
"Sini mau lagu apa?" tanya Bintara yang sedari tadi memainkan gitar.
"Mau apa ya gatau." Bingung Silvi.
"Little Bit Better." Sahut Rafi.
"Boleh tuh." Kata Arum setuju.
Fatur menyuruh mereka semua untuk membentuk lingkaran agar semuanya bisa bernyanyi bersama-sama. Malam ini tidak ada yang lebih spesial dari Lea selain notif dari Atha yang dari tadi ditunggunya.
Sepertinya lelaki itu sangat sibuk sampai lupa memberinya kabar, atau Atha sedang bersama perempuan lain karena diabaikan olehnya. Lea menggelengkan kepalanya mengenyahkan segala pemikiran buruk dari kepalanya.
"Kamu sakit?" Tanya Fatur yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya.
"Ah enggak kok."
"Kalau ngerasa kurang enak badan ke tenda duluan gakpapa."
"Fatur khawatir banget sama Lea." Celetuk Ratih.
"Gue cuman nggak mau ada panitia atau peserta yang sakit nggak bilang."
"Oh gue kira ekhem." Fatur hanya salah tingkah mendengar ucapan dari Ratih.
Kegiatan mereka selesai saat jam menunjukkan pukul dua belas malam, Lea langsung kembali ke tenda tempat ia tidur.
.
.
.
Pagi hari Atha sudah duduk di depan tendanya sambil minum kopi yang ia buat sendiri, Danu yang baru bangun dan melihat tempat tidur diseberangnya sudah kosong langsung keluar tenda dan bernafas lega saat melihat keberadaan bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR Atha Lea (Sequel)
Teen FictionKalau bicara soal LDR pasti banyak orang yang tidak percaya dengan hubungan LDR, sebenarnya LDR itu bukan cuma perihal jarak, bukan cuma soal jauh dan dekat, tapi juga soal banyak rasa. Atha kini harus melanjutkan sekolah perguruan tingginya di Luar...