Bagian 21

9K 670 35
                                        

Karena sepertinya susah menyukai sesuatu yang tidak dia sukai, apa-apa rasanya hanya menyenangkan kalau dilakukan bareng sama kamu
~Penulis

Hati manusia tidak ada yang tahu, seperti Lea yang hari ini bersemangat sekali untuk gladi bersih penyambutan maba baru. Ia memang tidak terlibat banyak namun ia cukup senang bisa menjadi bagian dari panitia penyambutan maba tahun ini.

Wajah-wajah asing yang bangga bisa memasuki kampus impian mereka menjadi obat tersendiri bagi Lea. Ia kebagian menjadi penanggung jawab untuk pensi saja, meskipun begitu tenaganya terkuras habis untuk rapat namun Lea bersyukur karena dengan menjadi panitia ini ia bisa sedikit melupakan kesedihannya karena harus berpisah dengan sang suami.

Meskipun berat juga harus belajar hidup mandiri di kota orang, Lea yang awalnya terbiasa melakukan apa-apa didampingi ayah dan Bundanya namun kini harus terbiasa melakukan semuanya sendirian.

Tapi semuanya nggak seberat yang dipikir di awal kok, semuanya bisa ia lalui meskipun banyak tangisan yang keluar. Setidaknya ia masih bisa melihat wajah sang bunda dan ayah tercintanya walau hanya melalui layar hpnya, Lea pikir itu sudah lebih cukup untuk mengobati rasa rindunya setiap hari.

Ia ingin belajar mandiri, melakukan semua yang ia bisa selama masa mudanya yang tentunya itu berdampak positif untuk dirinya. Untuk keberanian yang ia punya, untuk semua rasa takut tinggal dikota rantauan yang berhasil ia lewati, untuk kekuatannya menahan rasa rindu bertemu orang tuanya, untuk keputusan besarnya yang memilih menikah muda karena takut terlalu lama menanggung dosa meskipun ia bukan orang yang paham agama namun ia dan Atha sangat tahu betul bahwa menjalani hubungan tanpa ikatan pernikahan adalah sesuatu yang dilarang dalam agamanya.

"Lea." Panggil Silvi yang juga ikut kepanitian maba dan kebetulan satu divisi dengannya.

"Iya." Jawab Lea berusaha menahan air mata yang akan turun membasahi pipinya.

"Ini ada perubahan jadwal pensinya ka... lhoh kenapa kok nangis." Silvi panik melihat wajah Lea yang memerah dengan air mata yang sudah menggenang di mata indah milik Lea.

"Nggakpapa tadi ikut seneng aja ngeliat maba yang pada seneng bisa masuk kampus impian mereka, apalagi baca cerita perjuangannya masuk kesini dengan keadaan ekonominya yang berbeda-beda." Lea memang tadi sempat membaca beberapa kertas kecil yang dikumpulkan para maba, mereka disuruh menceritakan bagaimana perjuangannya selama masuk ke kampus dan apa saja yang sudah mereka lewati.

"Ya ampun, temenku ini hatinya lembut banget makanya gampang nangis ya." Silvi memeluk Lea membuatnya semakin tak kuasa menahan air mata.

"Hiks haha malah pengen nangis." Kata Lea tertawa namun air matanya jatuh.

"Hust nggakpapa, kalo mau nangis nggak usah ditahan. Aku juga pernah gitu kok kalau capek terus liat sesuatu yang sedih gampang banget nangis." Ujar Silvi masih memeluk Lea sambil menenangkan gadis itu yang membuat Lea tertawa.

Tanpa mereka sadari ada seorang lelaki yang melihat kejadian itu, lelaki yang sejak tadi berdiri melihat keberadaan Lea memastikan gadis itu baik-baik saja meskipun ia hanya bisa melihat dari kejauhan.

"Manis." Gumamnya yang tau penyebab gadis yang ia perhatikan sejak tadi sampai menangis.

"Tum ini suat jalan buat ijin prodi, tinggal maju ke rektorat aja." Kata seseorang menghampiri lelaki yang sejak tadi memperhatikan Lea.

LDR Atha Lea (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang