Tiga: Misterius

272 28 2
                                    

Seorang laki-laki berjalan dengan sedikit mengendap-ngendap, matanya beberapa kali menghadap ke beberapa arah untuk memastikan apakah ada orang yang melihat aksinya. Sebuah alat material ia keluarkan dari dalam tas hitamnya, kemudian ia gunakan untuk membuka paksa sebuah pintu yang selalu terkunci rapat.

"Lo maling?" suara yang mengintrupsinya membuat laki-laki itu terdiam, membalikan tubuh dan melihat seorang gadis sedang berdiri dengan tangan yang penuh buku.

"Bukan urusan lo." Jawaban final sang laki-laki membuat gadis tersebut menghela nafasnya, "Pakaian lo serba hitam, jalan ngendap-ngendap, tatapan penuh hati-hati kesegala arah dan sekarang lo coba bobol pintu. Kalau bukan maling, namanya apa?"

Sang laki-laki mengurungkan aksinya, ia berbalik dan menatap langsung sang gadis, laki-laki itu bahkan melepaskan penutup jaketnya yang berada dikepala dengan menurunkan sebuah masker yang menutupi mulut dan hidungnya.

"Lo anak baru?" Tanya laki-laki itu, "Bukan urusan lo." Sang laki-laki yang mendengar jawaban dari gadis dihadapannya pun segera membaca nama yang tertempel pada baju seragam sang gadis, "Ariana."

Ya, gadis itu adalah Ariana. 15 menit yang lalu jam pulang sekolah sudah tiba dan dia diminta pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku yang belum dia dapatkan. Berhubung Rea tidak bisa menemani, alhasil Ariana pergi sendirian. Dan di perpustakaan ini pun ia tidak menemukan penjaga satupun yang menemani serta penghuni lain selain dirinya dan laki-laki mencurigakan yang diam-diam ia perhatikan, tadi dia langsung disuruh mengambil tumpukan buku yang memang sudah disiapkan untuknya.

"Lebih baik lo pergi karena perpustakaan akan tutup sebentar lagi." Perintah sang laki-laki diabaikan oleh Ariana, "Kok ngatur?"balasan Ariana ditanggapi sang laki-laki dengan memutar bola matanya malas.

Ariana memilih untuk pergi dan meninggalkan sang laki-laki dengan urusannya. Ia benar-benar tidak mau terkena masalah. Tepat saat sampai di arah pintu keluar, ia melihat pintu tersebut sudah tertutup rapat, ingat dengan ucapan sang laki-laki dengan cepat Ariana membuka satu-satunya akses dia untuk keluar itu. Namun nihil, pintunya tak bisa dibuka.

"Tolong siapapun bukain! Masih ada orang di dalam!" Ariana terus memukul pintu, berharap ada siapapun yang menolongnya.

"Gak akan ada yang denger. Perpustakaan ini kedap suara." Suara laki-laki itu kembali terdengar. Ariana tidak memperdulikan, ia justru semakin kencang memukul pintu tersebut, "Keras kepala. Pukul aja pintunya sampai tangan lo berdarah. Gak akan ada yang bukain."

Laki-laki itu pun meninggalkan Ariana. Sementara itu Ariana yang sudah lelah membalikan tubuh dan melihat sang laki-laki tengah berada pada salah satu meja yang ada kemudian melepaskan jaketnya dan membuka sebuah laptop. Ariana dengan ragu menghampirinya.

"Lo murid sini?" pertanyaan Ariana tidak dijawab, "Nama lo siapa?" Pertanyaan selanjutnya dari Ariana membuat dirinya mendapatkan tatapan dari sang laki-laki, "Ngapain tanya?" Ariana membalasnya dengan tatapan sebal, "Ya tinggal kasih tau aja kenapa sih susah banget." Ariana yang sudah terlanjur kesal pun kemudian membuka ponselnya, berusaha menghubungi Rea untuk dimintai tolong.

"Mahatma." Laki-laki yang duduk dihadapan Ariana pun berucap. Ariana kemudian mengangguk kepada laki-laki yang akhirnya ia tau namanya itu, Mahatma.

"Gue serius tanya, lo murid sini? Kenapa mau buka ruangan itu?" Tanya Ariana kepada Mahatma. Yang ditanya pun mengambil nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, "Gue gak bisa jelasin. Tapi, sekolah yang memiliki akreditasi tinggi ini menyimpan banyak misteri. Yang terlihat baik, justru jauh dari kata baik. Lo pindah kesini kenapa?"

Ariana menopang dagunya, "Terpaksa pindah karena orang tua dipindah tugaskan ke daerah sini." Mahatma hanya mengangguk sebagai tanggapan. Sementara Ariana yang kesal karena handphone nya mati pun hanya bisa menggerutu. Ia ingin meminta tolong Rea namun tak sempat karena baterainya habis, "Lo gak bisa minta tolong temen lo apa gitu biar kita keluar?" Tanya Ariana pada Mahatma yang terlihat santai memainkan laptopnya entah melakukan apa.

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang