Yosina menatap cowok yang berstatus kekasihnya itu dengan tajam. Sudah 15 menit mereka tak bersuara.
"Ini kalau emang gak mau ngomong, gue cabut." Jerga pada akhirnya yang pertama bicara, tak nyaman dengan situasi membisu seperti itu.
Yosina menarik nafas dalam-dalam untuk kemudian ia hembuskan.
"Jujur semuanya Je."
Bohong jika Yosina tidak penasaran, dan bohong juga jika dia selama ini baik-baik saja dengan apa yang terjadi. Yosina tahu, tapi lebih memilih menunggu Jerga bicara lebih dulu dengan dia.
"Jujur apa? Ini konteksnya apa?" Jerga bertanya dengan bingung.
"Vinara."
Jerga menatap Yosina dengan terkejut. Cowok itu benar-benar tulus sayang pada Yosina. Maka dari itu hubungan mereka bertahan hingga saat ini.
"Kita udah sepakat gak bicarain dia, lupa?"
"Jujur semuanya, gue tau lo belum sepenuhnya jujur waktu itu."
Jerga kembali duduk. Keduanya tengah berada di taman yang ada pada sekolah. Tatapan Jerga dalam kepada Yosina.
"Mau tau bagian mana?"
"Semuanya, Je."
Yosina menatap Jerga yakin, gadis itu sudah menyiapkan mental yang kuat untuk mendengarkan semua yang Jerga bicarakan padanya.
Jerga terdiam beberapa saat dulu baru kemudian bercerita,
"Seperti yang dulu gue bilang ke lo, gue deketin Vinara sengaja. Gue tertarik dengan dia."Yosina masih ingat fakta itu Jerga ucapkan disaat hubungan mereka belum lama. Fakta yang membuat Yosina memutuskan untuk membully Vinara, sebuah tindakan bodoh.
"Gue juga penasaran sama dia. Waktu itu gue gak kepikiran bahwa akan menyakiti lo dan dia atas tindakan gue tersebut."
Jerga menatap Yosina lagi, kali ini benar-benar serius. Tangan cowok itu terulur untuk menggenggam nya, "gue sayang sama lo tapi jatuh cinta dengan dia."
Yosina merasa sesak didadanya. Susah payah menelan ludahnya. Sampai akhirnya, ia bicara. Lebih seperti meminta pengakuan,
"Gue kurang?""Lo sempurna Yos, sangat sempurna sampai gue gak sanggup untuk menyentuh lo. Sampai gue berusaha untuk jaga lo dari apapun."
"Lo sadar sakitin gue, menjaga apanya?"
"Maaf."
"Selain itu, apa yang lo lakukan dengan Vinara?"
"Gue menjalani hubungan diam-diam juga dengan dia."
Yosina sangat terkejut. Tidak menyangka bahwa Vinara juga setuju dan terbuai pada Jerga.
"Ketika lo menatap gue sebagai manusia, tapi justru dia berusaha ajak gue sebagai manusia itu seperti apa."
Yosina diam. Ia tak tahu harus berkata apa. Ini fakta yang harus ia tahu semuanya tapi juga menyakitkan semakin dalam.
"Sejauh apa hubungannya?"
Jerga diam. Menggigit bibirnya, Yosina yang tahu bahwa Jerga tidak yakin untuk melanjutkan ceritanya pun menangkup kedua pipi Jerga untuk menatapnya. Gadis itu merapihkan rambut Jerga yang sudah mulai menutupi dahi hingga alisnya.
"Gak apa-apa, cerita aja. Gue gak akan marah."
"I'm having sex with her."
Yosina berhenti membelai wajah Jerga. Menatap cowok itu dengan tubuh yang menegang.
Vinara sahabatnya, sejak dulu dia tak pernah membuang atau menghapus statua itu. Sementara Jerga adalah kekasihnya. Seseorang yang juga melengkapi bahagia dia.
Yosina ingin menangis namun seperti ada yang menahan dirinya untuk menangis.
"Berapa kali?"
"Lebih dari satu." Jerga menjawab dengan nada lesu.
"Gue bodoh banget ngira lo dan dia akan saling jauh setelah gue peringati dan kasih tahu." Yosina tertawa untuk mengusir rasa sedihnya.
"Gue kecewa sama lo Je, tapi sialnya gue sayang banget sama lo."
"Mungkin Ariana benar. Gue bodoh banget bisa sebesar ini punya perasaan sama lo."
"Lo tau? Vinara sahabat gue dari kecil. Gue sayang dia juga. Sekarang gue bisa apa Je setelah tau fakta ini? Marah? Gak akan mengembalikan semuanya juga. Gue bingung Je, dimana letak kesalahan gue sampai lo mendua gini. Yang lebih anjingnya, lo sama Vinara je! Sahabat gue yang sangat gue jaga juga kebahagiaannya."
Jerga memeluk Yosina, membelai kepala belakang gadis itu.
"Lo boleh pukul gue, hajar gue sampai koma sekalipun silahkan. Gue akan diam untuk lo Yos. Gue sayang beneran sama lo. Gue saat itu cuma khilaf aja mendua dengan Vinara."
"Tapi Yos, gue gak bisa jauh dari lo. Sebanyak apapun langkah yang gue buat untuk jauh dari lo, tetap lo rumah gue."
Yosina lelah. Entah kenapa seperti sudah berlari jauh padahal hanya bicara dengan Jerga. Setelah ini, entah keputusan apa yang akan Yosina ambil tentang hubungan mereka. Yosina harus berfikir dalam keadaan tenang. Mungkin beberapa waktu, dia akan menjauh dulu dari Jerga.
"Kita break dulu, ya Je. Gue butuh waktu buat mikir."
Jerga melepaskan pelukannya dengan tiba-tiba kala mendengarkan permintaan Yosina.
"Lo gak akan ninggalin gue kan?""Gue gak tau apa keputusan yang akan berhasil gue buat nanti. Tapi, soal perasaan gue ke lo masih sangat besar saat ini Je. Kalau pun kita gak bareng lagi, gue masih akan tetap menatap lo sebagai manusia. Lo masih bisa menganggap gue rumah, walau status kita udah beda."
"Gue mau lo sebagai rumah gue, dengan status yang seperti ini Yos." Jerga memohon.
"Kalau emang takdirnya gue sama lo, akan ada banyak cara biar gue kembali ke lo." Yosina tersenyum.
Jerga menangis. Iya untuk yang pertama kalinya perihal cinta, dan itu dihadapan Yosina. Gadis itu terkejut, namun dengan cepat memberikan kenyamanan untuk Jerga.
"Gue gak mau kehilangan lo Yos. Gue udah berubah sejak saat itu, hari dimana gue memutuskan mengakhiri semuanya karena gue gak mau menyakiti lo."
"Lo udah sakitin gue sejak memulai semuanya Je. Tapi terima kasih udah mikirin perasaan gue saat itu dan mengakhiri. Untuk saat ini, kita saling evaluasi dan perbaiki diri lagi ya Je. Gue akan segera berikan kejelasan hubungan kita nanti, gak sekarang. Saat ini gue mau coba tenangin diri dulu supaya gak gegabah dalam mengambil keputusan nantinya."
Yosina bangkit dari duduknya. Jam istirahat sudah habis, ia akan kembali ke kelas.
"Jangan cabut pelajaran, ya Je. Lo harus belajar yang rajin biar diterima univ impian lo di Swiss."
"Je, gue sangat sayang sama lo."
Yosina menyempatkan dulu untuk mengecup bibir Jerga dengan singkat. Ciuman pertama bagi Yosina. Hanya sebuah kecupan namun memberikan reaksi indah dan senang dalam hati Jerga maupun Yosina.
Ciuman yang mungkin bisa menjadi sebuah ciuman terakhir mereka. Yosina tidak tau gimana hatinya.
Lepas itu, Yosina benar-benar pergi dari hadapan Jerga. Ia berjalan menuju kelasnya dengan hati yang tidak terasa baik-baik aja.
"Gue gak bisa masuk kelas, gak akan fokus." Yosina memberhentikan langkahnya.
"Yos!" Panggil seseorang yang membuatnya menoleh, terlihat seorang cowok berdiri dengan wajah datarnya.
"Jenguk Vinara, mau?"
Yosina mengangguk. Mungkin, memang dia harus mengadu pada seseorang yang dahulu menjadi tempat ceritanya.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Ficção AdolescenteKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...