Empat Puluh Enam: Sudah Tau

112 15 1
                                    

"Oke jadi kita masuk ke perpustakaan itu jam 12 malam. Lewat jalur depan aja, Gantara udah pernah bongkar kuncinya." Ariana berucap pada Abelia, Gantara serta Mahatma.

Ya, mereka saat ini tengah berada di apartemen milik Ariana. Malam ini rencana pengambilan bukti CCTV. Seperti arahan Mahatma, bukti tersebut berada diruangan yang terdapat pada perpustakaan.

Sedang diskusi, tiba-tiba suara bel berbunyi menandakan ada seseorang yang datang. Jika itu Tana, tidak mungkin membunyikan bel. Abelia lalu berjalan untuk membukakan.

Tak berapa lama Abelia datang bersama seseorang yang tidak mereka bayangkan akan datang.

"Yosina?" Gantara berucap terkejut.

"Katanya gak mau lanjut." Ariana berucap dengan menyindir.

Yosina diam, matanya memutar malas mendengar ucapan Ariana. Kemudian ia beralih melihat papan tulis yang ada dan beberapa rencana malam ini yang sudah Ariana tulis.

"Kunci perpustakaan diganti sejak lo ketahuan nyelinap masuk sekolah malam-malam. Keamanannya gak sekedar sidik jari atau kode. Pakai face ID."

Semua pun terkejut. Termasuk Mahatma yang kemudian menjentikan jarinya, "jendela! Gue biasa lewat sana."

Yosina terdiam dan mengangguk, berfikir bahwa ucapan Mahatma akan berhasil.

"Gue mau ganti baju. Bel, jelasin ke Yosina soal renacan kita."

Ariana pergi. Sementara itu Yosina diarahkan oleh Abelia.

Cukup lama Abelia menjelaskan, sampai akhirnya semua sudah selesai gadis itu katakan.

"Kenapa lo tiba-tiba balik buat join sama kita? Gue tau dari Ariana kalau lo mundur dan nyuruh dia gak libatin diri lo." Abelia berucap, penasaran sekali dengan kemunculan Yosina.

Yosina menarik nafasnya dulu, baru kemudian menjawab,
"Gue ngerasa ada sesuatu yang salah aja ketika mundur dari kasus Vinara. Gue sayang banget sama dia, dan gue nyesel di sisa hari dia kehadiran gue justru bukan jadi yang baik. Ini salah satu upaya gue buat tebus semuanya. Sebuah kata maaf yang gue harapkan bisa gue berikan untuk dia yang ada di tempatnya sekarang." Jawaban Yosina membuat Abelia mengangguk paham.

Tak berapa lama Ariana keluar dengan baju santainya. Gadis itu mendengar sedikit obrolan Abelia dan Yosina.

"Bel, minta tolong temenin Gantara sama Mahatma beli makan." Ariana berucap. Sekedar ungkapan basa basi bahwa ia sebetulnya ingin berbicara empat mata dengan Yosina.

Abelia yang paham pun mengacungkan jempolnya kemudian pergi.

"Lo harus liat pemandangan sore hari dibalkon." Ariana berucap lalu berjalan menuju balkon apartemen mereka.

Ariana merasakan bahwa Yosina mengikuti dirinya. Kedua gadis itu menikmati angin yang menerpa wajah mereka. Keduanya juga dapat melihat pemandangan jalanan ibu kota yang nampak padat dari atas sana.

Sederhana, namun entah mengapa menjadi sebuah ketenangan.

"Gue penasaran, kenapa Yosina yang beberapa hari lalu masih ketutup otaknya sama kebucinan mendadak berubah tiba-tiba aja."

Yosina yang sudah tau Ariana akan bertanya perihal hubungannya dengan Jerga pun hanya menghembuskan nafasnya kesal.

"Jerga cerita semuanya."

"Tentang dia dan Vinara."

Ariana menatap sekilas Yosina. Sementara Yosina memilih terus melihat ke arah langit, seolah-olah tengah menatap sosok Vinara yang tengah menatapnya balik dengan tatapan teduh khas gadis itu.

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang