Tiga Puluh: Gotcha!

106 18 0
                                    

Ariana sibuk menatap hasil kerja dia bersama Gantara dan Abelia. Sebuah papan dengan banyaknya foto tersangka serta kemungkinan orang yang terlibat dalam kasus kematian Vinara tertempel disana, berikut juga dengan informasi tambahan serta benang-benang yang menjelaskan perihal hubungan-hubungan antar orang tersebut.

Ariana benar-benar merasa bahwa usaha dia bersama Gantara dan Abelia sebentar lagi akan membuahkan hasil. Sedikit lagi, semua akan terungkap. Ariana berjanji pada Vinara, akan mengungkapkan kejadian yang sebenarnya.

"Na, latar belakang dari list beberapa keluarga yang bermasalah sama Hadinata udah selesai nih, bisa lo cek. Ada tiga yang anaknya sekolah di Anthurium. Termasuk Mahatma dari Atmaja dan Salman dari Bahmani.

Ariana bergerak untuk menghampiri Gantara. Ia lalu menatap ke layar komputer yang menyala. Ariana membaca dengan seksama.

"Ralien?" Ariana membulatkan matanya ketika membaca nama tersebut.

"Iya, kenapa?" Gantara bertanya karena penasaran, "Ralien sahabat deket Vinara di Anthurium." Ariana berucap. Membuat Gantara dan Abelia yang mendengar itu terdiam.

Ariana benar-benar bingung saat ini. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Orang yang selama ini ia mintai pertolongan untuk mencari informasi perihal Vinara ternyata berasal dari salah satu musuh besar keluarga Vinara sendiri yaitu Hadinata.

"Selama ini, bukannya dia yang bantu lo?" Abelia berucap pada Ariana yang diangguki gadis itu, "Gue bingung. Kalau selama ini Ralien dari keluarga yang bermasalah sama Hadinata, kenapa dia bisa deket sama Vinara." Ariana mengeluarkan isi pikirannya.

"Mungkin gak tau kali baik dari Vinara atau Ralien." Abelia membalas, membuat Gantara mengangguk setuju dengan ucapan gadis tersebut.

"Kalau Vinara gak tau, gue setuju. Kalau Ralien yang gak tau, gue ragu." Ariana menjawab.

"Gue harus ke Hadinata," jelas Ariana lalu mulai menegakkan tubuhnya. Abelia dan Gantara yang melihat itu saling pandang kemudian beralih menatap Ariana yang akan bersiap untuk pergi menuju kediaman Hadinata, "Sendiri?"

"Iya. Nanti kalau Tana udah pulang dari rumah kakaknya, bilang aja gue di rumah Pak Hadinata. Gue tadi chat dia, tapi belum di bales. Kayaknya masih tidur, semalem bergadang nonton bola." Ariana menitip pesan yang dipahami Abelia serta Gantara.

"Na, tunggu! Lo gak curiga sama Salman?" Gantara bertanya penasaran. Anehnya dari tiga orang yang sudah jelas berasal dari keluarga yang bermasalah dengan Hadinata, Ariana hanya mencurigai Mahatma dan Ralien. Sedangkan Salman yang juga termasuk, tidak begitu ia pikirkan.

"Salman terlihat bodo amat soal Vinara. Dia jauh dari target tersangka menurut gue. Saat gue tanya soal Vinara, dia cuma jawab seadanya. Informasi yang memang umum diketahui sama anak-anak Anthurium." Ariana menjawab yang diangguki paham Gantara dan Abelia.

Ariana kemudian pergi meninggalkan Gantara dan Abelia. Ia akan menuju kediaman Hadinata, menjelaskan apa yang terjadi dan melaporkan segala bentuk usaha yang Ariana dan teman-teman nya lakukan untuk kasus Vinara.

Ariana pergi menuju kediaman Hadinata menggunakan mobil miliknya, udara kota hari itu tengah turun hujan. Membuat cuaca jauh lebih dingin dari biasanya. Ariana melihat lalu lintas yang dipenuhi kendaraan. Maklum saja ramai, beberapa tempat terjadi banjir karena itensitas hujan yang tinggi sedari pagi.

Ariana menatap kosong ke arah langit yang gelap, ia benar-benar bingung dengan akhir dari kasus yang ia pegang saat ini. Hubungan Ariana dan Vinara yang begitu dekat, membuat dia tidak bisa memaafkan dirinya jika nanti kasus kematian Vinara tidak bisa di ungkap dan tersangka tak mendapatkan hukuman. Ariana benar-benar akan menyalahkan dirinya seumur hidup. Untuk apa ia belajar mati-matian menjadi sebuah intel jika mengurusi kasus orang yang ia sayangi saja gagal.

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang