Dua Puluh Enam: Tidak Menyangka

112 18 0
                                    

"gue sama Tana mau jalan keluar. Kalo ada yang mau nitip dibeliin sesuatu, kabarin aja ya." Ariana berucap kepada dua pathner nya yaitu Gantara dan Abelia.

Abelia dan Gantara menatap Ariana yang berada diambang pintu ruang kerja mereka, gadis itu sudah rapih dengan pakaian pilihan nya serta wajah yang dipoles tipis dengan make-up.

"Gue nitip makanan dong, gue mau lembur nih." Gantara berucap dan diangguki Ariana, "Makanan apaan?"

"Apa aja deh, ringan atau berat terserah lo. Yang penting enak," jawab Gantara. Sementara Abelia menatap keduanya bergantian, "Gue nitip obat aja. Tiba-tiba ngerasa gak enak badan."

"Serius lo? Yaudah istirahat aja sekarang, nanti gue kirim aja obatnya pake driver online ya biar cepet." Ariana berucap yang diangguki Abelia.

Kemudian selepas usai mendengarkan beberapa permintaan dari teman-teman nya itu, Ariana pun segera keluar untuk menyusul Tana yang menunggu didekat pintu keluar apartemen mereka.

"Ayo!" Ajak Ariana dengan bersemangat. Tana tersenyum lalu menggandeng tangan Ariana, baru kemudian berjalan beriringan.

Keduanya memutuskan untuk berkeliling kota menggunakan mobil. Tadinya Ariana ingin mengajak Tana pergi menggunakan motor, tapi mengingat bahwa motor milik Tana masih di Amerika, jadi keduanya pun tidak bisa melakukan hal itu.

Perlu kalian tahu, bahwa berkeliling kota saat malam hari adalah satu dari beberapa rutinitas kedua pasangan itu.

"Selama disini, udah pernah keliling?" Tanya Tana penasaran sambil mengemudikan mobil yang ditumpangi bersama Ariana, "Belum. Aku kan maunya sama kamu hehehe.." Tana tersenyum mendengar jawaban sang kekasih.

"Bisa aja kamu. Yaudah malam ini, kita akan habiskan waktu berdua seperti biasa." Ariana mengangguk antusias.

"Tana, aku mau bicara sama kamu. Tapi ini agak serius," ujar Ariana tiba-tiba. Tana yang mendengar itu pun menggenggam sebelah tangan Ariana yang dekat dengannya.

"Perlu aku berhenti dulu?" Tawar Tana yang dibalas gelengan kuat Ariana, "Gak usah. Kita sambil jalan aja."

"Yaudah kalau gitu, kamu mau bicara apa? Maaf ya sayang aku gak bisa sambil tatap kamu, lagi nyetir," ujar Tana.

"Iya gak apa-apa," balas Ariana dengan senyum. Ini adalah satu dari banyaknya hal menarik dalam diri Tana. Cowok itu benar-benar sopan dan memperlakukan dirinya dengan sangat luar biasa baik.

"Misi kali ini, seperti yang kamu tau adalah misi terakhir aku. Makasih sebelumnya karena kamu udah izinkan aku untuk kembali lagi, menunda rencana-rencana yang sebelumnya udah kita rancang dengan kian rapih. Tapi, aku boleh minta satu permintaan lagi sama kamu?" Ujar Ariana sambil menatap Tana yang tengah menyetir.

"Aku rasa, aku perlu berhenti dulu. Supaya lebih enak kita bicaranya," ujar Tana kemudian memberhentikan mobil yang sedang dikendarainya pada tepi jalan yang sepi dan memiliki luas yang cukup untuk mobil mereka.

Tana lalu menatap sang kekasih, menggenggam erat kedua tangannya. Tersenyum dengan sangat tulus, "Aku selalu bilang, kalau kamu memang mau terus dengan profesi kamu seperti sekarang pun aku gak akan pernah marah dan ngelarang. Apapun yang buat kamu bahagia, akan selalu aku izinkan. Permintaan apa yang mau kamu ajukan sama aku? Kamu boleh minta apapun ke aku," ujar Tana.

"Kamu mau sabar sebentar lagi menunggu aku? Setelah semua selesai, kita akan penuhi rencana-rencana kita yang udah lama kita susun."

Tana memeluk Ariana, mengelus rambut gadis itu yang terurai dan menyebarkan harum strawberry khas shampoo yang sering gadis itu pakai, harum yang selalu candu di hidung Tana. Harum yang bercampur dengan bau buah-buahan dari parfum yang dipakai pada beberapa titik di tubuh Ariana. Harum yang selalu Tana rindu saat Ariana tidak ada disampingnya.

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang