Jerga menatap layar ponselnya yang menampilkan permainan mobile terkenal. Semenjak berakhirnya hubungan dia dengan Yosina membuat Jerga selalu menghabiskan waktu untuk bermain game, padahal biasanya dia akan melakukan panggilan melalui telfon bersama Yosina hingga pagi tiba.
"Den Jerga, ada tamu cariin." Asistem rumah tangga nya teriak dari luar pintu kamar. Jerga kemudian mematikan ponselnya.
"Suruh tunggu ruang tamu, Jerga kesana." Cowok itu berucap.
Jerga lalu keluar dari kamarnya dan turun untuk menemui sang tamu yang datang diwaktu malam seperti ini. Kediaman Jerga memang sangat sepi. Maklum dia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya tinggal diluar negeri serta kedua orang tua nya bekerja dan sering keluar kota maupun negeri.
"Loh Pak Tana?" Ujar Jerga bingung kemudian duduk bersebrangan dengan gurunya tersebut.
Ya, tamu itu adalah Tana. Jerga tidak tahu hal apa yang menarik Tana untuk datang menemuinya malam hari seperti ini.
"Ada apa pak?"
"Sebelum itu saya minta maaf kalau lancang datang ke rumah kamu malam gini. Tapi, saya ingin menunjukkan hal penting."
Jerga diam. Memperhatikan guru barunya itu mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya.
"Kamu pasti bingung kenapa saya bisa kasih ini. Pada intinya, saya Tana. Seseorang yang dengan sukarela membantu kekasih saya, Ariana untuk memecahkan kasus dari kematian Vinara."
Jerga yang masih bingung hanya mengerutkan keningnya.
"Kamu lebih baik buka dan baca selagi saya bercerita."
Jerga kemudian menuruti ucapan Tana. Cowok itu mengambil kotak tersebut dan mulai membukanya.
"Itu bukti yang ditemui Ariana pada kamar Vinara. Kalau kamu masih bingung, Ariana itu mata-mata yang dikirim Hadinata untuk memecahkan kasus kematian anaknya, Vinara. Selama ini dia memecahkan kasus itu dengan berpura-pura menjadi siswi di Anthurium. Sebentar lagi semua akan kebongkar, dan saya harap kamu bisa membantu saya. Karena saya yakin bahwa kamu itu orang baik Jerga. Dan saya ingin kamu tahu kebenaran itu." Tana menunjuk kotam yang ada ditangan Jerga.
Jerga membaca sebuah catatan buku dari kotak tersebut. Itu tulisan Vinara yang tengah menceritakan tentang hubungan tersembunyi mereka. Beberapa hal lain juga ada disana. Tapi, hanya satu yang menarik perhatian Jerga. Sebuah benda panjang pipih dengan tanda 2 garis disana.
"Ini..." Jerga mengeluarkannya.
"Testpack punya Vinara. Dia hamil anak kamu."
Bagai tersambar petir, Jerga diam. Tubuhnya bergetar. Ia tidak tahu bahwa Vinara mengandung anaknya.
"Saya-... gak tau..." Tana tersenyum. Ia sudah menduganya.
"Pak, tapi bukan saya pelaku atas kematian Vinara. Hari itu, saya emang ketemu dengan dia untuk mengakhiri hubungan kita terus saya pergi ninggalin dia disekolah."
"Iya bapak percaya sama kamu Jerga."
Jerga menangis, dia berlutut sambil menggenggam testpack tersebut semabari juga memeluknya. Ingatan tentang hari bersama Vinara terputar dalam memorinya. Ia merindukan gadis cerita dan baik hati itu. Seseorang yang selalu mengajaknya untuk menjadi manusia.
"Saya tau kamu merasa bersalah saat ini. Tapi, tidak ada lagi sesuatu yang bisa kamu lakukan dan mengembalikan dia. Jika kamu mau menebus rasa salah kamu, mari ikut bapak bantu teman-teman kamu ungkap kematian Vinara."
Jerga menatap Tana yang tengah menepuk bahunya kemudian mengangguk mengiyakan ajakan Tana. Jerga ingin membantu dan mengungkapkan kematian Vinara yang selama ini ia tahu sebagai indikasi bunuh diri.
--
"Loh, Jerga?" Kompak Rea dan Salman melihat pelaku yang menarik Yosina dan membuat mereka tidak jadi masuk terlalu dalam ke Anthurium.Yosina menatap cowok yang masih menahan pergelangan tangannya itu, tatapannya terlihat marah namun sendu.
"Bahaya, ngapain disini?"
"Gak usah ikut campur!" Bantah Yosina berusaha melepaskan tangan Jerga dari lengannya.
"Gue berhak ikut campur untuk keamanan lo." Tegas Jerga lagi.
"Gak usah berpura-pura berada di posisi yang sama kalau nyatanya lo itu pelaku utama." Yosina berucap. Ia tidak benar-benar menuduh Jerga. Itu hanya ucapan yang ia katakan agar Jerga tidak lagi bersikap seolah-olah ingin menjaganya.
Yosina sudah tidak ingin terlibat lagi dengan Jerga. Jerga melepaskan genggamannya. Ia menatap Yosina dalam-dalam.
"Gue janji bakal buktiin semuanya." Jerga berucap lagi dengan keyakinan dan berharap bahwa Yosina setelah itu mempercayainya.
Jerga datang bersama Tana. Cowok itu lalu mengajak semua untuk menghampiri Tana yang sudah menunggu dibelakang sekolah.
"Lah Pak Tana?" Rea bertanya heran dengan kehadiran Tana disana.
"Ini bapak sebenernya siapa? Mata-mata juga?" Salman bertanya lebih dahulu.
"Saya-.." belum Tana menjawab, Yosina lebih dulu mewakili, "Pacar Ariana. Dia bantu Ariana."
Rea dan Salman terkejut, begitupun Jerga yang baru mengatahuinya. Sementara Tana hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Anjir gue muji Pak Tana depan pacarnya," ujar Rea tak percaya.
"Ini kita fokus aja dulu, ngobrol hal itunya nanti. Nyawa temen-temen kamu dalam bahaya." Tana menyadarkan mereka semua.
"Jadi gimana?" Yosina bertanya.
"Alarm tanda Ariana dan yang lain bunyi kan? Hadinata kirim pesan ke saya. Dan itu yang buat saya kesini bareng sama Jerga. Saya tahu bahwa kamu gak akan nurut untuk diam aja yosina," ujar Tana. Semua diam menyimak.
"Kita harus cari mereka lebih dulu. Kemudian bergerak bersama untuk mengambil bukti CCTV dimana kejadian Vinara meninggal disekolah."
Semua mengangguk paham lalu mengikuti arah Tana pergi sambil berjaga-jaga. Jumlah penjaga yang semakin banyak membuat mereka cukup kesulitan dalam mencari keberadaan Ariana. Untungnya alarm yang Ariana berikan kepada Yosina bisa mendeteksi lokasi dan Hadinata bisa mengetahuinya lalu dibagikan kepada Tana.
"Arahnya ke lapangan indoor." Tana berucap sehabis membaca petunjuk arah.
"Lewat sini, kalau koridor sana keliatan penjaga." Jerga memberikan saran.
Sedari tadi memang cowok itu benar-benar mengarahkan mereka.
Sampai akhirnya mereka dapat memasuki lapangan indoor melalui area penjaga kebersihan. Semua terdiam menyaksikan Ariana diikat serta Geraha, Abelia dan Mahatma juga.
"Mahatma ada disini?" Jerga bertanya penasaran.
"Dia yang dariawal bantu Ariana." Yosina menjawab sambil matanya terus melihat kearah Mahatma dengan khawatir karena dari semuanya, kondisi Mahatma yang paling kacau. Wajahnya babak belur hingga matanya tak sanggup terbuka.
"Lo khawatir banget sama dia," sindir Rea.
"Khawatir sama semua." Yosina cepat-cepat berucap agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Tunggu.. lah itu..." Salman berucap pada seseorang yang masuk dari luar.
"Kaalana." Yosina, Jerga, Dan Rea kompak berucap.
Tana menatap gadis yang baru masuk dengan tongkat bassball nya serta satu tangan menghisap permen gagang.
"Dia pelakunya." Tana berucap final.
"Hah? Dia?" Rea berucap tak yakin.
"Kaalana.. kok bisa?" Yosina bertanya-tanya.
Mereka semua memutuskan untuk menyimak obrolan Kaalana bersama Mahatma disana sambil mencari waktu yang tepat untuk membebaskan Ariana serta lainnya.
Sebab, disana tidak hanya ada Kaalana tetapi beberapa penjaga.
"Kita tunggu bentar." Tana memberikan perintah dan semua memahami.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Teen FictionKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...