Sembilan Belas: Pacaran?

129 18 0
                                    

Ariana berjalan dengan gusar, mencari keberadaan Ralien saat jam istirahat. Ia ingin bertanya lagi tentang Vinara lebih jauh.

"Kemana, ya carinya." Ariana berucap pada dirinya sendiri sampai akhirnya tak sengaja melihat sosok Vinara memasuki ruang perpustakaan. Cepat-cepat Ariana menghampirinya.

Didalam ternyata cukup banyak murid yang menghabiskan jam istirahat di perpustakaan.

"Ralien! Gue mau bicara," ujar Ariana dengan suara pelan supaya tidak mengganggu pengunjung perpustakaan yang lain.

"Iya? Boleh." Ralien yang mengetahui keberadaan Ariana pun tersenyum lalu mengajak Ariana untuk duduk pada tempat yang terletak dipojok perpustakaan, tempat yang cukup jarang di tempati.

"Gue liat lo kemarin lomba lari dan menang, selamat ya." Ralien berucap kepada Ariana yang dibalas anggukan gadis itu, "makasih."

"Eh iya mau bicara apa?" Ralien bertanya serius. Ariana beberapa saat terdiam, baru kemudian menjawab ucapan Ralien, "Gue mohon banget sama lo untuk jawab pertanyaan gue sejujurnya. Gue tau mungkin lo akan bingung karena gue terkesan kepo, tapi jawaban lo akan menentukan sudut pandang gue kepada orang-orang di AHS nanti."

"Lo mau tanya apa? Masih kepo soal Vinara sebelah mana?" Ralien to the point. Ia sebenarnya tau kalau alasan Ariana mengajaknya bicara pasti ada hubungannya dengan Vinara. Jujur, Ralien juga penasaran apa maksud dari Ariana bertanya.

"Tolong beritahu gue siapa aja orang yang punya hubungan dengan Vinara. Pertemanan, musuh atau pacar terserah." Ariana berucap, terkesan seperti memohon.

"Kenapa lo pengen tau lebih banyak tentang Vinara? Gak cukup Informasi yang pernah gua kasih? Lo ada hubungan apa sama Vinara?" Pertanyaan Ralien membuat Ariana diam, ia berusaha menetralkan wajahnya supaya tidak mencurigakan.

"Gue ngerasa ada yang gak beres sama kematian Vinara begitupun semua orang yang ada disini. Cuma lo harapan gue untuk jujur tentang Vinara. Gua mau nyari tau juga ada apa sebenarnya dengan semua ini. Gua selalu gak tenang selama ini, seperti apa ya gue dituntut harus mencari tau semua ini." Penjelasan Ariana membuat Ralien diam. Ia sejujurnya tidak sepenuhnya percaya, tapi dia juga ingin membantu orang lain.

"Vinara itu gak punya banyak temen. Gua dan Mahatma orang yang dekat dengan dia disekolah ini. Yang lain? Secukupnya aja kalau berinteraksi sama dia. Orang yang punya masalah sama dia itu Yosina. Dan untuk pertanyaan lo terakhir soal siapa pacar dia, gue jujur juga gak tau. Lebih tepatnya, gue gak tau hubungan mereka apa. Tapi, cowok yang dia sukai pun gue hanya tau itu Jerga. Seperti yang gue sampaikan ke lo waktu itu. Tapi tentang kebenaran siapa pacar dia, Vinara tertutup soal identitas cowok yang dia maksud. Gue gak tau itu Jerga atau bukan, karena saat Vinara cerita tentang kedekatan nya dengan seorang cowok, gue denger Jerga pacaran sama Yosina. Jadi gak mungkin kalo Jerga. Disamping itu, Vinara selalu cerita soal cowok yang gak tau identitas nya itu ke gue secara terus menerus." Ariana diam. Ia semakin bingung dengan banyaknya petunjuk yang sudah ia terima.

"Beberapa minggu yang lalu saat gue nolongin lo pas di bully Yosina, lo bilang kalau gak setuju Vinara sama cowok nya. Lo juga bilang cowok itu gak tulus, gue pikir Lo tau orangnya." Ralien tersenyum mendengar ucapan Ariana.

"Gue emang gak setuju karena gua punya feeling yang gak enak ketika Vinara cerita soal cowok itu. Betapa Vinara di treat layaknya queen. Apa, ya terlalu gak masuk akal. Untuk sebuah hubungan saling kenal yang baru berjalan seminggu tiba-tiba udah saling sayang. Ditambah perubahan sikap Vinara yang cukup signifikan tiap harinya." Ariana mengangguk paham. Ia kemudian berucap terima kasih.

"Gua gak tau apa yang lo rencanakan, tapi gue siap bantu kalau memang gua bisa." Ralien berucap menyakinkan Ariana dan diangguki gadis itu.

Ariana lalu pergi meninggalkan Ralien. Tujuannya adalah Barraham saat ini, ia ingin bertanya dari sudut pandang Barraham.

Ariana terus berkeliling, mencari Barraham di kantin ataupun kelas cowok itu tapi nihil. Ia kemudian teringat satu tempat yang sering dikunjungi Barraham, yaitu ruang musik.

Sesampainya diruang tersebut, dan benar saja ia melihat Barraham sedang asik berkutat dengan gitarnya. Ariana mengetuk pintu sebentar baru kemudian masuk setelah Barraham menyadari kehadirannya.

"Tumben kesini, ada apa?" Barraham bertanya ramah. Ariana tersenyum dengan manis.

"Lagi ngapain?"

"Bikin lagu," balas Barraham. Ariana mengangguk paham, "gak istirahat ke kantin?"

"Udah kenyang. Lo sendiri?"

"Gak laper." Barraham mengangguk paham dengan balasan Ariana. Ia lalu menatap gadis itu lekat,"ada urusan sama gue?"

"Gue mau tanya-tanya dikit aja sih," jawab Ariana.

"Apa tuh?" Barraham menjawab dengan tatapan yang benar-benar menenangkan bagi Ariana. Tatapan yang membuat Ariana merasa bersalah karena sudah membohongi cowok itu soal indentitas aslinya dan tak bisa membalas perasaan nya.

"Beritahu gue apapun soal Vinara yang Lo tau."

"Kenapa lo tiba-tiba pengen tahu?" Barraham bertanya dengan penasaran, "Gue cuma pengen tahu aja, penasaran. Karena gue ngerasa semua orang berusaha buat sembunyikan kematian Vinara. Gua kepo sebagai anak baru," jawab Ariana. Barraham mengangguk paham, dia dengan mudah percaya.

"Gue gak tau banyak soal Vinara. Gue cuma tau dia cewek yang penyendiri, temennya juga dikit. Gue lebih sering liat dia sama Ralien dan Mahatma. Bahkan anak satu sekolah taunya dia dan Mahatma pacaran. Seperti yang waktu itu gue bilang ke lo, dia deket sama Mahatma. Bahkan Mahatma sensitif soal kematian Vinara."

"Pacaran?" Beo Ariana terkejut dan diangguki Barraham.

Ia pikir cowok yang dekat sama Vinara hanya Jerga seperti yang dibicarakan Ralien serta pengakuan Jerga langsung. Ternyata justru Mahatma cowok yang banyak orang kira adalah kekasih Vinara. Apakah benar keduanya memiliki hubungan spesial seperti itu?

"Iya pacaran. Satu sekolah tau nya gitu sih, cuma keduanya gak pernah klarifikasi. Bahkan bilang engga pun juga gak ada. Jadi otomatis gosip itu secara tidak langsung diyakini kebenarannya." Jawaban Barraham selanjutnya membuat Ariana semakin curiga kepada Mahatma. Dari awal memang Mahatma memiliki gelagat yang aneh. Dari saat mereka bertemu diperpustakaan untuk yang pertama kali, disana pun Mahatma mengendap-endap dan berusaha membobol ruangan. Seperti maling.

"Oke, makasih ya Bar. Gue duluan, ada urusan." Ariana kemudian pergi setelah mengucapkan kalimat tersebut.

Gadis itu pergi untuk mencari Mahatma. Ia ingin bertanya tentang Vinara kepada cowok itu, walau kecil kemungkinannya Mahatma akan jujur. Ariana menuju ruang Photography. Benar saja, Mahatma disana sedang berkutat dengan komputer nya. Mengedit beberapa hasil foto.

"Woi Mahatma!" Panggil Ariana, Mahatma yang dipanggil pun menoleh sekilas, menyadari kehadiran Ariana disana.

"Gue lagi males ribut," balas Mahatma.

"Gua gak nyari ribut! Gue mau tanya ke lo soal Vinara," ujar Ariana. Mahatma diam, tidak menjawab apapun.

"Seberapa deket lo sama dia?" Ariana bertanya lagi, dan lagi-lagi Mahatma diam tidak menjawab, "lo budek ya?"

"Lo gak punya kerjaan ya sampai nanya gituan?" Jawaban Mahatma membuat Ariana menatanya sebal, "lo pacaran sama Vinara?" Pertanyaan telak Ariana membuat Mahatma diam. Cowok itu menghampiri Ariana, menatapnya tajam.

"Jangan pernah tanya soal Vinara ke gue lagi. Atau gue, akan keluarin lo dari ekskul photography dan buat lo kena masalah." Ancaman Mahatma membuat Ariana diam. Ia jujur semakin curiga sama Mahatma.

"Yaelah emosian aja lo, oke-oke." Ariana memilih mengalah. Dia tidak ingin membuat Mahatma curiga ataupun sampai tau identitas aslinya.

Ariana mungkin akan memikirkan cara lain untuk bisa mendesak Mahatma agar bicara.

To be continue....

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang