Dua Puluh Delapan: Menyatukan

115 19 2
                                    

Ariana merapihkan barang-barang yang berserakan di meja nya. Jam pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, kelas pun telah dibubarkan oleh ketua kelas.

Ariana keluar lebih lamban karena beberapa barangnya belum selesai ia masukkan ke dalam tas. Rea dan beberapa temannya pun sudah lebih dulu pergi.

Ariana menguap entah sudah keberapa kalinya hari ini, ia tidak paham tapi hari ini benar-benar memberikan nuansa yang nyaman sekali untuk tertidur.

"Kita ada evaluasi agenda kegiatan," ujar Mahatma didepannya. Ariana menatap cowok itu sekilas, "Gue udah bilang kan kalau gak bisa."

"Sebentar," desak Mahatma.

Ariana diam saja. Tepat saat itu yang mendapatkan pesan masuk dari Abelia yang mengatakan bahwa ia harus segera pulang sebab ada hal penting yang ingin mereka sampaikan kepada Ariana.

"Gue mau minta sebelumnya, tapi gue serius gak bisa hari ini. Gue duluan, makasih buat susu dan roti nya hari ini." Ariana berucap kepada Mahatma lalu melenggang pergi, membuat Mahatma terdiam sambil menatap punggung Ariana hingga tidak lagi terlihat.

Ariana buru-buru memesan sebuah ojek online dari aplikasi yang ada di handphone nya.

Jam tempuh dari sekolah ke apartemen tidak begitu lama, Ariana terus saja penasaran tentang apa yang akan Gantara dan Abelia katakan sepanjang ia dalam perjalanan.

"Makasih, pak. Udah dibayar ya lewat aplikasi," ujar Ariana yang diangguki sang ojek online.

Selepas itu, Ariana buru-buru menuju unit apartemen milik nya. Gadis itu membuka pintu apartemen menggunakan kode yang ia rancang sendiri.

"Woi, ada hal penting apaan?" Tanya Ariana selepas sampai. Ia langsung menghampiri Gantara dan Abelia yang berada diruang kerja mereka.

"Ya minimal ganti baju sih, Na." Abelia berucap karena terheran-heran dengan kelakuan Ariana, Gantara yang melihat itu hanya tertawa.

"Kelamaan ah, gue udah nahan penasaran dari tadi."

Abelia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir. Sementara Gantara langsung menunjukkan hasil risetnya.

"Lo harus liat ini, beneran menarik banget." Gantara berucap pada Ariana. Membuat gadis itu kemudian mengalihkan perhatian kepada komputer milik Gantara.

Ariana membaca dengan seksama tulisan yang ada disana,
"Bangsat!" Umpat Ariana.

Gantara tertawa mendengar respon Ariana. Sementara Abelia tersenyum.

"Jadi, Mahatma itu nama lengkapnya Mahatma Hilmawan Atmaja? Pewaris tunggal Atmaja Corps? Musuh bebuyutan Hadinata yang melakukan penggelapan dana ekspor impor batu bara? Kasus tersulit yang kita tangani?" Ujar Ariana memastikan, "betul hahaha.." Gantara tertawa merespon nya.

Mereka semua benar-benar seperti sedang diberikan kejutan yang besar. Atmaja Corps adalah keluarga dari Mahatma.

"Bel, masukin Mahatma jadi tersangka utama." Ariana berucap.

Abelia kemudian berjalan menuju papan tulis yang berisi beberapa orang tersangka kasus Vinara. Abelia meletakkan foto Mahatma menjadi paling atas.

"Lo yakin dia terlibat?" Tanya Gantara, Ariana mengangguk.

"Dia deket sama Vinara dulu. Lo bayangin deh, besar kemungkinannya dia mau bales dendam kan? Keluarga nya gagal melakukan penggelapan uang, sempat nutup beberapa perusahaan karena bangkrut, beberapa investor narik dana pas denger kasus itu. Jelas, dendam besar seharusnya terjadi pada dia ke Vinara." Ariana mengucapkan teorinya.

"Gue butuh informasi lebih, apa pandangan Mahatma ke Vinara. Selama ini, dia juga selalu sensi setiap gue tanya soal Vinara. Seperti seseorang yang marah atau nahan kesel." Abelia dan Gantara mendengarkan.

"Lo sekelas sama dia, gak pernah tau nama lengkap dia sebelumnya?" Abelia bertanya penasaran, "Nggak. Sejujurnya, emang gue gak pernah mikirin begituan."

"Jadi, lo mau ngapain Mahatma setelah ini?" Gantara yang penasaran bertanya, membuat Ariana berfikir sejenak, "Gue gak tau jujur aja. Tapi, setelah tau semua ini gue rasa nya kesel sama dia. Ya walau belum ada bukti jelas sih kalau dia pelakunya," jelas Ariana.

"Lo pernah liat gerak-gerik dia mencurigakan gak?" Gantara bertanya, memancing Ariana untuk mengingat apakah ada gerak gerik dari Mahatma yang menimbulkan kecurigaan.

"Hmm ada sih. Gue beberapa kali liat dia mengendap-ngendap masuk perpustakaan malem-malem terus coba bobol satu ruangan yang selalu terkunci di perpustakaan. Malam dimana kita ambil data diperpustakaan, itu orang yang bersuara dia kan? Nah dia lagi coba bobol ruangan itu." Ariana menjelaskan.

Abelia dan Gantara diam, berfikir apakah kemungkinan besar Mahatma memang pelaku.

"Ruangan apa? Dia ada cerita ke lo?" Abelia yang bergantian untuk bertanya. Mewakili pertanyaan dari Gantara juga yang penasaran.

"Seinget gue sih, enggak ya. Tapi, dia selalu bilang Anthurium nyimpen rahasia besar. Terus bilang 'yang terlihat baik, belum tentu benar-benar baik' begitu deh," balas Ariana.

"Apa ada sesuatu ya didalam ruangan itu? Lo tau tempatnya?" Ariana mengangguk dengan pertanyaan Abelia, "Gue tau sih. Kenapa?"

"Kunci ruangan itu kayak gimana?" Ariana berganti berfikir kala mendapat pertanyaan dari Gantara terkait kunci akses dari ruangan yang mereka bicarakan.

"Double lock gitu sih, gue gak paham dah. Belum pernah liat sebelumnya," jelas Ariana.

"Lo besok ke perpustakaan, fotoin dan kirim ke gue. Udah beberapa kali gue berhadapan dengan bobol pintu, sistem dan lain-lain," ujar Gantara.

"Bener juga, lo kan kayak tukang ledeng pintu." Abelia mencairkan suasana dengan bergurau yang dibalas tawa Ariana juga. Sementara Gantara hanya tersenyum tipis.

Alasan mengapa Gantara mau bekerja dengan Ariana dan Abelia karena kedua gadis itu memang membangun suasana bekerja yang menyenangkan serta santai. Gantara tidak suka jika bekerja terlalu serius. Terlebih Ariana yang sebagai atasannya pada kasus-kasus tertentu pun tidak pernah memerintahkan dengan seenaknya. Justru lebih sering membagi pikiran untuk mencari solusi atau tindakan mereka kedepan.

"Tana kemana?" Ariana bertanya kepada dua temannya sekaligus pathner dia tersebut. Saking terburu-buru nya, Ariana sampai lupa soal Tana yang tidak ada di apartemen.

"Keluar sebentar, katanya sih mau ke rumah saudaranya. Dia ada saudara disini?" Pertanyaan Abelia diangguki Ariana, "Kakak perempuan dia yang udah nikah tinggal dideket sini." Jawaban Ariana dipahami Gantara serta Abelia.

"Eh, Na gue boleh tanya gak?" Abelia berucap dengan serius, Ariana menatapnya lalu mengangguk, "Apa?"

"Kalau semisal Mahatma jatuh cinta sama lo gimana?" Ariana mengerutkan keningnya, "Apaansi lo gak jelas tiba-tiba tanya itu."

"Ih nggak, lo sadar gak sih dia tuh beda ke lo?" Abelia bertanya kembali, "Beda gimana? Sama aja, ngeselin. Nih, ya dia tuh kayaknya malah deket sama satu cewek disekolah, namanya Kaalana. Beneran dia tuh menghadapi Kaalana dengan lembut." Ariana menjelaskan. Abelia dan Gantara mendengarkan dengan serius.

"Tapi, kalau semisal suka?" Gantara bertanya, "Ya gue sih minta maaf karena gue udah ada Tana. Nih, ya gue tuh setia bos. Gue capek banget deh kalau semisal Mahatma suka gue. Gue ngadepin Barraham aja bingung. Lagian, ya gue kan biasa aja. Di Anthurium tuh banyak yang cantik, kenapa malah tertarik sama gue." Ariana berucap dengan kesal.

"Anak jaman sekarang emang suka yang lebih tua," ujar Gantara. Abelia mengangguk setuju, "Tapi Ariana ketuaan." Candaan tersebut dibalas ketawa oleh mereka bertiga.

"Sialan lo, udah ah gue mau ganti baju. Kita omongin lagi nanti." Ariana pamit untuk pergi.

Mereka memang sering kali bercanda seperti itu. Justru Ariana memiliki pemikiran bahwa jika kamu membangun suasana kerja yang seperti itu, maka ikatan diantara kalian dan pathner kerja kalian akan erat layaknya saudara.

To be continue....

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang