"Hah? Kamu yakin?" Ariana bertanya kepada Tana dengan wajah yang terkejut.
Keduanya tengah bicara berdua selepas Ariana kembali dari sekolahnya. Tana mengangguk yakin kepada sang kekasih.
"Aku rasa, gak ada salah nya juga kan kalau semisalnya aku ikutan masuk menjadi bagian dari proses misi kamu?"
Ariana terdiam. Ia hanya takut jika nantinya Tana akan dalam bahaya. Sudah cukup sekali saja perasaan takut, cemas dan khawatir itu datang bersamaan kala Tana dahulu berada dalam bahaya sebab dirinya.
Ariana tidak akan memaafkan dirinya jika sesuatu terjadi pada Tana. Ariana berani mempertaruhkan dirinya demi Tana dalam keadaan baik-baik saja. Laki-laki itu sudah berkorban banyak selama Ariana hidup dan memberikan kebahagiaan bagaimana di cintai dan sayangi dengan sangat tulus, dimana Ariana belum pernah merasakan sebelumnya.
"Aku takut," cicit Ariana.
Tana berjalan menghampiri sang kekasih. Laki-laki itu berjongkok tepat dihadapan Ariana yang tengan terduduk diatas kasurnya. Tana menggenggam erat tangan gadis itu, menatapnya erat dan membelainya dengan penuh kasih sayang.
"Aku baik-baik aja. Kamu udah cukup banyak usaha selama ini. Biarin aku bantu kamu. Makasih banyak kamu selama ini sudah berusaha posisikan diri aku untuk selalu baik-baik aja. Tapi, kali ini aku ambil peran juga untuk bantu kamu. Kita sama-sama hadapi semuanya. Kalau kamu dalam bahaya, aku rela ambil resiko itu juga. Kebahagiaan aku itu kamu, dan aku akan jaga itu."
Ariana memeluk Tana erat, gadis itu menangis.
"Tana, sabar sebentar lagi ya. Aku janji setelah semua ini selesai, aku akan mewujudkan impian kita.""Sebulan, setahun, seabad, atau apapun itu aku akan sabar. Kamu harus tau, tentang bersama dengan kamu itu, aku selalu mempunyai banyak kesabaran. Jangan khawatir bahwa aku akan pergi dan semacamnya, jujur isi pikiran aku gak pernah ada hal itu. Semua hanya tentang bagaimana kabar kamu, apa yang kamu rasakan, dan apakah kamu sudah bahagia selama ini? Maka dari itu, biarkan aku melihat dan mewujudkannya."
Ariana tersenyum dengan begitu tulus, Tana pun juga tersenyum dan dengan cepat mengecup singkat dahi Ariana.
--
Seorang laki-laki berjalan mengikuti langkah wanita didepannya. Koridor yang sepi membuat suara benturan alas kaki wanita itu dengan ubin pun terdengar.Suara bising dari sebuah ruangan yang menyapa indera pendengaran sampai luar pun membuat wanita tersebut semakin mempercepat langkahnya.
"Selamat pagi." Wanita itu menyapa saat memasuki ruangan, semua suara yang tadi terdengar pun seketika hilang.
"Selama wali kelas kalian cuti, beliau yang akan menggantikannya."
Wanita itu membuka pembicaraan. Laki-laki yang sedari tadi mengekor hanya memberikan senyuman.
"Silahkan perkenalkan diri pak," ujar wanita yang menjabat sebagai guru program studi pada Anthurium High School.
"Perkenal saya Tana, guru sementara Bahasa Jepang sekaligus wali kelas kalian."
Seseorang murid yang sedari tadi menatap ke arah luar jendela tanpa minat mendengarkan dan melihat siapa yang berbicara didepan kelas pun mendadak memutarkan arah pandangannya kala mendengar wali kelas barunya memperkenalkan diri.
Murid itu Mahatma yang saat ini menatap Tana dengan bingung. Sementara Tana tak bereaksi apapun, hanya tersenyum.
Beberapa murid perempuan mulai membicarakannya. Selain karena memang Tana tampan, laki-laki itu juga masih sangat muda. Maklum sekali jika banyak murid perempuan yang tertarik.
"Baik saya tinggal ya Pak," ujar sang guru wanita.
Tana hanya mengangguk saja. Selepas wanita itu pergi, Tana kembali menatap satu persatu murid-murid nya yang akan ia lihat beberapa hari kedepan.
"Sebelum saya masuk ke jam pelajaran, saya ingin berkenalan dengan kalian."
Tana menujuk satu persatu murid dari barisan depan dan mempersilahkan mereka semua berkenalan. Sampai akhirnya tiba saat Jerga memperkenalkan diri.
"Jerga." Hanya kata itu yang keluar.
Tana yang sudah mengenal Jerga karena cerita Ariana, Abelia dan Gantara merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang anak itu.
"Nama kamu hanya Jerga?"
"Mahijerga Andalan Prawara." Jerga menjawab dengan malas.
Tana hanya tersenyum menanggapinya. Ia juga sempat tertarik melihat banyaknya luka di wajah Jerga, itu karya kekasihnya. Tana tidak menyangka sekali dengan Ariana yang sangat brutal seperti itu. Bahkan yang gadis itu pukuli adalah seorang cowok yang masih SMA. Sedangkan Ariana sudah biasa menghadapi preman, mafia dan semacamnya. Tidak sebanding namun Tana masih takjub dengan kemampuan Ariana.
"Baik sudah semua?" Ujar Tana.
"Ada satu lagi tapi gak masuk, namanya Ariana."
Seorang gadis tiba-tiba berucap. Tana hanya mengangguk sebagai jawaban, "Oh ya, di skorsing kan?"
"Kok bapak tau?" Salman bertanya penasaran. Pasalnya posisi Tana memang guru baru.
Tana yang menyadari kebingungan dan kecurigaan muridnya pun tersenyum, "Saya diberitahu tadi oleh kepala sekolah, guru konseling dan kaprodi. Hal seperti ini, saya harapkan tidak terulang kembali. Dan Jerga, semoga lekas membaik lukanya."
Tana menjawab dengan tenang. Membuat beberapa murid perempuan semakin menggilai dirinya.
Pelajaran pun dimulai, Tana benar-benar memainkan peran dengan baik. Walau ia tidak memiliki basic skill mengajar tapi dirinya sangat suka mengikuti kegiatan sosial sebagai relawan yang mengajar anak-anak jalanan sewaktu kuliah. Untungnya, Tana masih mengingat caranya.
Dan, bahasa Jepang memang sebuah bahasa yang kebetulan Tana kuasi. Itu juga berkat Ariana yang mengajarinya dari dulu. Tidak disangka bahwa hal itu bermanfaat juga.
---
Selepas jam pelajaran berakhir, Tana kemudian pergi keluar dari kelas untuk mengajar kembali dikelas lain. Namun, ada seseorang yang mengejarnya."Tunggu!"
"Ya, kenapa?"
"Ariana gak bilang lo jadi guru."
"Dia baru tahu kemarin pas pulang sekolah juga. Saya sengaja daftar dan ikut seleksi secara diam-diam. Kenapa memang?"
"Lo selalu tahu bahwa politik disekolah ini sangat buruk dan keras, gue harap lo hati-hati. Siapapun bisa disingkirkan dengan mudah oleh petinggi yang memiliki harta banyak dan berkuasa."
Tana tersenyum,
"Makasih sudah mengingatkan saya, Mahatma. Saya akan terus berhati-hati. Kamu juga harus berhati-hati, karena semua yang terlibat dalam pengungkapan ini akan masuk ke dalam bahaya. Saya yakin akan melibatkan banyak pihak penting dan petinggi. Reputasi mereka diatas segalanya, kamu tau itu.""Saya permisi, kamu kembali ke kelas. Saya masih wali kelas kamu disini."
Tana lalu pergi meninggalkan Mahatma yang menatap punggungnya dengab takjub.
"Orang yang udah dewasa emang berwibawa."
Mahatma jadi berfikir bahwa Ariana lagi-lagi pantas bersanding dengan Tana yang sangat dewasa itu. Bahkan cara berfikirnya juga maju dan tidak gegabah. Cara bertindak apalagi, sangat terlihat natural dan smooth. Tidak seprtinya yang grasak-grusuk beberapa kali menelusup ke perpustakaan. Sangat bocah sekali kelihatannya.
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Подростковая литератураKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...