Empat Puluh: Yang Sebenernya

108 14 0
                                    

Seperti apa yang sudah direncanakan nya, Ariana benar-benar menghampiri Yosina di kelas anak itu ketika jam istirahat. Semua orang yang sebelumnya mengira bahwa Yosina dan Ariana tidak memiliki hubungan yang baik pun bingung melihat keduanya yang tiba-tiba pergi bersama.

Yosina hanya memperlihatkan wajahnya yang acuh tak acuh, sementara Ariana memilih tidak memperdulikan beberapa orang yang berbisik-bisik membicarakan mereka. Sebelum istirahat, Ariana sudah mengirimkan pesan kepada Ralien untuk bertemu dibelakang sekolah dan gadis itu setuju tanpa ada pertanyaan lain.

Sesampainya dibelakang sekolah, Ralien terkejut melihat sosok Yosina yang datang bersama dengan Ariana. Sementara Yosina hanya bersidekap dada dengan tatapan tajam dan malasnya.

"Hai! Sorry lama," ujar Ariana dan dibalas anggukan singkat Ralien, "Ada apa?" Ralien bertanya to the point.

"Jadi gini, gue beneran minta tolong banget sama lo untuk jujur tentang cowok yang dekat dengan Vinara. Kalau lo bingung kenapa gue segini kerasnya mencari informasi tentang itu, gue mungkin akan memperkenalkan diri gue dengan identitas yang sebenarnya. Nama gue Ariana, gue utusan keluarga Hadinata yang diminta mencari tahu tentang kematian Vinara yang janggal." Ariana membuka suara.

Ralien tidak menunjukkan keterkejutan sama sekali, "Gue udah duga lo pasti ada sesuatu karena segitu kerasnya nyari tahu soal kematian Vinara. Gue gak akan bongkar identitas lo."

"Terima kasih untuk itu. Jadi, beritahu gue semua yang lo tau tentang Vinara karena gue butuh hal itu. Gue udah denger dari sudut pandang Yosina dan Mahatma, gue butuh cerita dari sudut pandang lo. Dan lagi, gue pengen tahu kenapa bisa lo bersahabat dengan Vinara sedangkan latar belakang keluarga kalian bermusuhan."

Ralien menarik nafas panjang sebelum mulai menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Ariana.

"Gue sahabatan sama Vinara dari kelas 10, dia satu-satunya orang yang gak jauhi gue. Keluarga kita emang bermusuhan, tapi itu urusan orang tua kita. Selama ini ketika gue main ke rumah Vinara, orang tuanya menyambut gue dengan baik tanpa membawa-bawa perihal hubungan keluarga dan bisnis kita yang bersaing ataupun bermusuhan. Dari situ gue semakin yakin bahwa Hadinata itu keluarga yang baik, dan Vinara adalah sahabat yang baik pula."

Ariana mengangguk paham dengan penjelasan Ralien perihal hubungan antara dia dan Vinara yang bisa bersahabat walau keluarga mereka tidak memiliki hubungan yang baik.

"Kalau perihal Ralien, gue udah cerita ke lo sebagian. To the point aja, lo masih pengen tahu dibagian mana?" Ralien melemparkan pertanyaan kepada Ariana, "Cowok yang dekat dengan Vinara. Lo bilang, dia pernah suka sama Jerga. Kapan dia bilang?"

"Kelas 10 sih, gak lama setelah ospek seinget gue. Tapi, seperti yang gue jelasin ke lo juga. Gue langsung gak mikir macem-macem atau kepikiran cowok yang deket dia itu Jerga karena disitu Yosina udah pacaran duluan sama Jerga. Lo tahu itu juga kan, Yos? Lo bahkan bully Vinara karena dia suka sama Jerga."

Ariana yang baru denger informasi perihal alasan Yosina membully Vinara pun terkejut. Ia menatap Yosina dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lo gak bilang ke gue tentang hal itu, Yosina." Geram Ariana.

Tak ingin langsung tersulut emosi, Ariana kembali menatap Ralien.
"Lo gak nahan informasi apapun lagi kan? Gue bisa aja manfaatin identitas asli gue buat habisi lo sekarang. Sorry, tapi gue udah gak bisa lagi nahan diri untuk menghadapi orang-orang yang kemungkinan simpan informasi penting tentang Vinara."

Ancaman Ariana membuat Ralien mengangguk paham, "Gue udah jujur semuanya. Kemarin gue gak cerita seluruhnya karena gue masih belum percaya atau curiga sama lo."

"Gue paham." Ariana menjawab singkat.

"Cuma itu yang bisa gue kasih. Selebihnya, gue gak tau. Lo bisa tanya Yosina, dia jauh lebih dulu kenal Vinara dibandingkan gue."

Ariana mengangguk mengerti. Rupanya, Ralien juga tahu tentang hubungan antara Yosina dan Vinara yang sangat dekat sejak lama. Ralien lalu pamit pergi, meninggalkan Ariana dan Yosina yang mendadak terdapat ketegangan diantara mereka.

"Lo gak bilang apa-apa soal alasan lo bully Vinara. Jadi, tentang dia yang suka sama Jerga?" Ujar Ariana kesal karena merasa Yosina menahan informasi darinya.

"Buat apa gue bilang? Gak semua hal berhubungan dengan kematian Vinara!"

"Semua informasi itu kemungkinan kecil berhubungan, dan gue butuh tahu Yosina! Lo bisa segila ini sama Jerga buat apa? Sampai bully sahabat sendiri."

Yosina yang kesal pun menatap tajam Ariana, "Lo gak pernah tahu apa yang gue rasain selama ini. Jadi berhenti ngomong hal yang gak penting!"

"Jadi beritahu gue!" Teriak Ariana kesal. Dia benar-benar sudah tidak bisa menahan emosi nya.

"Lo bahkan sadar kematian Vinara ini mencurigakan, Yosina. Gue tahu lo dengan cepatnya minta seluruh media take down berita gak bener tentang Vinara disaat hari kematian nya. Gue tau lo masih sayang Vinara dan menganggap nya sahabat, jadi ayo kita kerja sama cari tahu semuanya." Ariana memohon.

Yosina hanya bisa diam dan tak sadar menitikkan air matanya.

"Berhenti. Lebih baik lo gak usah libatkan gue lagi. Gue gak perduli dengan reputasi gue gimana, lo mau hancurin silahkan. Gue gak mau berurusan lagi."

Yosina berlari, ia pergi. Namun Ariana tetap tidak gentar sama sekali. Dia mengejar Yosina dengan cepat.

"Apa yang lo pertahankan? Jerga? Lo milih cowok berandalan itu dibandingkan sahabat lo sendiri?" Ariana berucap. Namun Yosina tetap berjalan tak menghiraukan.

Beberapa orang menatap keduanya dengan heran. Baru beberapa menit melihat mereka seperti dua orang teman yang berhubungan baik, namun tiba-tiba bertengkar seperti musuh bebuyutan lagi.

"Atau lo pelakunya juga? Dengan Jerga."

Yosina memberhentikan langkahnya. Ia tidak berekspektasi bahwa ucapan itu yang keluar dari mulut Ariana. Sebuah tuduhan yang sangat menyakitkan bagi Yosina, tanpa Ariana tahu.

Yosina membalikkan badannya menatap Ariana dengan tajam, keduanya saling bertatapan. Seperti seorang musuh yang sudah bersiap akan bertengkar kapanpun juga.

"Tutup mulut lo kalau gak tahu yang sebenarnya!" Yosina berucap tegas.

"Gue semakin yakin lo terlibat."

"Gue punya alasan dan lo gak berhak tahu!"

"Gue gak nyangka lo sebodoh ini."

Yosina tertawa remeh, "iya gue bodoh. Terserah lo bilang apa. Berhenti ganggu gue dan jangan libatkan gue, ataupun Jerga."

"Alasan lo bully Vinara, Jerga? Gue bakal buktiin ke lo cowok itu gak berhak lo pertahankan sampai lo bully sahabat sendiri."

Ariana pergi, membuat Yosina curiga bahwa gadis itu akan melakukan hal yang diluar nalar. Jangan lupakan bahwa Ariana itu seorang mata-mata yang telah berhadapan dengan banyak mafia besar. Untuk skill bela diri tentu gadis itu sangat menguasai.

Yosina memutuskan untuk berlari mengejar Ariana yang tadi menuju lapangan outdoor. Ia bisa menebak siapa yang gadis itu hampiri.

Jerga.

To be continue....

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang