Empat Belas: Memastikan

140 22 5
                                    

"Aduh Mahatma anjing!" Ujar Ariana mengaduh kesakitan kala dirinya ditarik paksa oleh Mahatma saat jam istirahat tiba.

Baru saja ia mendudukkan dirinya pada kursi selepas makan siang, Mahatma sudah datang dan membawanya untuk berkeliling menempelkan berita sekolah pada mading-mading yang ada.

"Bantuin gue nempelin," ujar cowok itu sambil menyerahkan beberapa kertas berita sekolah yang baru saja dicetak, "kenapa sih harus gue? Kenapa gak yang lain?" Ariana mengeluh sambil melakukan apa yang diperintahkan.

"Yang lain sibuk hadir lomba. Cuma lo yang ada," jawab Mahatma. Ariana pun hanya bisa pasrah. Makan siangnya saja belum turun, Mahatma sudah menyuruhnya melakukan kegiatan yang melelahkan seperti menempel berita di mading. Masalahnya, mading di Anthurium itu ada banyak dan tersebar cukup jauh.

"Bosen tau gue dari kemarin ketemu lo terus," keluh Ariana. Mahatma yang mendengar hal itu hanya bisa menatap tajam gadis disebelahnya, "Lo pikir gue gak bosen? Kalau ada pilihan lain, gue ogah juga ngajak lo."

"Nah yaudah, sana sendiri aja." Ariana yang kesal dengan jawaban dari Mahatma langsung menyerahkan kembali kertas-kertas berisi berita Kepada Mahatma.

"Gitu aja ngambek, udah cepet lanjutin!" Perintah Mahatma. Ariana hanya bisa menurut.

"Iya bos Mahatma, bawel banget ngalahin guru konseling." Ocehan Ariana tidak mendapatkan respon dari Mahatma. Cowok itu justru bersidekap dada sambil melihat kinerja Ariana yang menurut nya sangat rapih. Ariana bahkan benar-benar memastikan posisi berita yang ditempelkan sudah lurus.

"Nih u-..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ada orang yang menyenggol tubuh Ariana hingga terhuyung kedepan.

Mahatma dekat cepat menahan dahi Ariana supaya tidak terbentur mading. Dorongan yang kuat bisa saja mengakibatkan dahi Ariana memar atau berdarah terkena beberapa paku yang tertempel dengan rapih disana untuk menahan beberapa informasi. Untung saja Mahatma melakukan gerakan cepat hingga dahi Ariana terselamatkan.

Ariana yang terkejut pun menatap Mahatma, keduanya pun saling tatapan untuk beberapa waktu. Ariana terpaku, ia benar-benar tidak mengerti kenapa jantung nya berdetak sangat cepat seperti saat ini. Sementara Mahatma, hanya bisa membisu sambil terus menyadari bahwa Ariana memiliki sebuah tahi lalat pada ujung hidungnya. Tahi lalat yang cukup kecil, sampai ia baru menyadari nya ketika jarak sedekat ini.

"Eh Barraham!" Ujar Ariana tiba-tiba memutus kontak mata, membuat Mahatma sedikit terkejut dan dengan cepat menetralkan ekspresi nya.

Ariana sengaja langsung beralih memanggil Barraham untuk mengusir rasa gugupnya akibat bertatapan dengan Mahatma. Kebetulan memang Barraham lewat. Ariana juga sekalian ingin bertanya perihal apakah Barraham marah padanya atau tidak.

"Ya?" Barraham yang namanya dipanggil pun berhenti dan menoleh ke arah sumber suara.

Cowok itu tadi tidak sengaja lewat, sebetulnya juga ingin memutar jalan. Tapi, karena buru-buru mau tidak mau harus melewati Ariana dan Mahatma yang sialnya sedang bertatapan. Bohong jika Barraham tidak merasa jengkel.

"Soal lo yang suka gue itu beneran? Mahatma bilang beneran," ucap Ariana dengan gamblang.

Mahatma dan Barraham yang dengar itu terkejut. Bahkan Mahatma yang namanya dibawa-bawa pun dengan cepat menatap kesal Ariana. Sementara Barraham hanya tertawa kecil.

"Mahatma kali yang suka. Gue duluan," jawab Barraham lalu pergi begitu saja.

Sementara itu Mahatma berdecak sambil berkacak pinggang menatap Ariana yang saat ini sedang memasang wajah bingung nya akibat kepergian Barraham.

"Lo kenapa bego banget? Ngapain ngomong gitu?" Pertanyaan Mahatma dibalas wajah bingung Ariana, "Ya daripada salah paham?" Jawaban Ariana yang benar-benar tidak masuk akal membuat Mahatma lelah.

Sebetulnya, Ariana itu hanya penasaran saja apakah benar Barraham menyukainya. Ia tidak mau jadi seseorang yang terlalu percaya diri. Lagipula sewaktu Tana mendekati nya pun dia dengan gamblang jujur, tidak ada acara gengsi atau istilah 'kode-kode' an seperti anak jaman sekarang.

Bukankah lebih baik memang langsung gamblang saja? Ariana memang masih bingung dengan generasi anak muda saat ini. Jelas, banyak perbedaan yang nyata sewaktu dirinya SMA dan saat ini ia masuk ke dalam lingkungan anak SMA generasi yang lebih maju. Apalagi di Anthurium, sekolah elite ibu kota.

"Tapi engga gitu caranya. Lo sadar gak sih? Justru dengan lo bilang gitu, Barraham malu dan bisa jadi benci sama lo. Gue kadang bingung, lo itu bego, bodoh atau emang pura-pura? Hal yang lo lakuin tadi itu bisa buat Barraham sakit hati." Mahatma menjelaskan dengan menahan emosinya.

"Lo kalau cowok, gue tonjok!" Sambung Mahatma lagi.

"Tonjok aja sekarang, duel sama gue. Dipikir gue gak bisa berantem apa, gini-gini gue udah biasa ngalahin mafia." Ariana berucap pelan. Ia keceplosan.

"Lo ngomong apa?" Mahatma bertanya, tidak mendengar jelas apa yang Ariana ucapkan.

"Hah? Nggak," jawab Ariana berbohong. Untung saja Mahatma tidak mendengar ucapannya. Ia benar-benar bodoh, bisa-bisa keceplosan.

"Lain kali mangkanya pikir dulu sebelum ngomong." Omel Mahatma, "Ngomel mulu!" Balas Ariana sebal, "Lo emang pantes diomelin."

"Nanti gue minta maaf ke Barraham kok," ucap Ariana, "Ya harus." Mahatma membalas dengan sengit. Ia benar-benar sudah hilang kesabaran menghadapi Ariana. Entahlah otak Ariana itu ada atau tidak. Jika pun ada, terbuat dari apa juga Mahatma bingung. Sampai hal-hal yang seharusnya tidak gadis itu lakukan pun justru dilakukan.

"Udah nih, habis itu kemana?" Ariana bertanya kembali kala usai menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Mahatma. Cowok itu lalu berjalan begitu saja, membuat Ariana yang melihat itu pun buru-buru mengikuti dari belakang.

Beberapa orang mulai membicarakan keduanya. Gosip diantara Ariana dan Mahatma belum juga berakhir. Alih-alih saling menjauh, Ariana dan Mahatma justru tetap berdekatan. Mereka berfikir bahwa, jika berjauhan justru sama saja seperti membenarkan gosip yang ada.

Ariana juga masih diganggu beberapa penggemar Mahatma, tapi gadis itu acuh saja. Atau paling tidak melawan dengan ucapan.

"Mulai terbiasa sama gosip?" Tanya Mahatma kepada Ariana sambil keduanya berjalan sejajar, "belajar buat terbiasa."

"Bentar lagi juga redup," jawab Mahatma lagi. Ariana hanya mengangguk patuh, "Lagian juga cuma ciuman nafas buatan." Ucapan Ariana membuat Mahatma sedikit terkejut.

"Itu ciuman pertama gue," ucap Mahatma kemudian berlalu meninggalkan Ariana lebih dahulu. Ariana yang mendengar itu pun terkejut, "anjir gue ambil first kiss bocil! Tapi, gak sengaja kan. Maaf ya Mahatma, sejujurnya gue udah sering ciuman sama Tana .. hihihihi, jadi itu bukan yang pertama buat gue." Ariana berucap pelan pada dirinya sendiri lalu menyusul Mahatma yang jauh didepan.

Ariana jadi senyum-senyum sendiri, tiba-tiba saja merindukan kekasihnya yang jauh di negeri orang. Biasanya Ariana dan Tana sudah menghabiskan waktu berdua, entah mengobrol atau menonton serial drama kesukaan mereka. Tidak perduli sudah berapa kali serial tersebut diulang, alurnya masih menyenangkan bagi mereka. Ariana benar-benar menyayangi kekasihnya.

To be continue...

Haii terima kasih banyak kepada semua yang telah membaca, segala kritik dan saran bisa disampaikan melalui DM Instagram @/tulisansyaa yaaa!! Aku menerima semua kritik dan saran dengan hati terbuka.

Dan juga ini part penutupan sebelum lebaran ya!

Aku mau mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin ya semuanya! Selamat hari raya idul Fitri!

Kita akan ketemu lagi dengan part terbaru KAMUFLASE setelah lebaran ya!

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang