Empat Puluh Satu: Jerga vs Ariana

106 16 0
                                    

"Jerga!" Teriak Ariana tepat saat sampai pada area lapangan outdoor.

Jerga yang namanya dipanggil pun menoleh. Beberapa temannya yang tengah bermain basket pun ikutan menoleh ke arah Ariana yang berjalan cepat menghampiri Jerga.

"Ngap-.." belum sempat Jerga bertanya, satu pukulan melayang ke arah wajahnya.

Jerga benar-benar terkejut dengan gerakan memukul Ariana yang sangat kuat hingga dirinya terhuyung jatuh. Semua orang yang melihat itu berlari untuk melihat. Jam istirahat membuat semua anak bisa menyaksikan.

"Maksud lo apa?" Jerga bertanya sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Ariana menatapnya tajam, "Bangun lo!" Perintah Ariana, "Bangun kalau lo cowok."

Jerga yang dipancing pun dengan cepat membalas. Namun, pukulan itu berhasil Ariana hindari. Jerga yang kesal pun juga melalukan penyerangan ke arah Ariana. Namun, Ariana sangat pintar menghindar dan saat Jerga lengah gadis itu memberikan pukulan yang telak.

Sebuah sorakan dan takjub terdengar dari beberapa orang yang menonton. Baru kali ini ada yang berani dengan Jerga selain Barraham dan orang itu perempuan.

"Bangsat!" Umpat Jerga tak terima.

Aksi perkelahian Ariana dan Jerga benar-benar menarik semua orang untuk berkumpul. Membuat Yosina kesulitan membelah kerumunan itu untuk melihat keadaan Jerga.

"Yos!" Panggil seseorang, membuat Yosina menoleh dan mendapati sosok Mahatma disana berdiri dengan wajah panik.

"Ariana mana?" Tanya cowok itu pertama kali.

"Berantem sama Jerga. Gue takut dia bunuh Jerga," ujar Yosina dengan ketakutan nya.

Mahatma yang juga sama khawatirnya dengan Yosina pun buru-buru membelah kerumunan. Ia sangat memikirkan kondisi Ariana. Gadis itu jika sudah emosi benar-benar menakutkan.

Cukup sulit keduanya melewati sekumpulan orang-orang, sampai akhirnya Mahatma bisa melihat sosok Ariana yang tengah memukuli Jerga. Beberapa kali juga wajah Ariana terkena pukulan Jerga hingga berdarah.

Mahatma sangat mengkhawatirkan Ariana, dengan cepat berlari menghampiri dua orang yang tengah bertengkar itu dan menarik Ariana menjauh. Yosina juga melakukan hal itu kepada Jerga.

"Udah." Mahatma berucap tegas.

"Awas! Jangan halangi gue," ujar Ariana berisikeras.

Mahatma menarik lengan Ariana dengan kencang, membawa gadis itu untuk menatapnya, "Berhenti. Lo bisa bunuh dia."

Ariana yang terhipnotis dengan tatapan Mahatma pun terdiam. Cukup lama sampai akhirnya datang Salman, Rea dan Barraham.

"Na! Lo gak apa-apa?" Tanya Rea dengan heboh karena khawatir.

Ariana hanya mengangguk, masih shock dengan tatapan menenangkan Mahatma padanya. Ia seperti tersihir hingga menuruti ucapan cowok itu.

"Ke UKS sekarang, takut infeksi." Barraham menyarankan.

Mereka semua lalu pergi menuju UKS. Dengan Ariana yang menatap tajam Jerga. Cowok itu juga tengah menatapnya tajam dan berjalan tertatih-tatih bersama Yosina.

Mahatma yang tahu bahwa Ariana masih ingin memukuli Jerga pun dengan cepat membawa kepala Ariana untuk berhenti menoleh ke arah cowok itu dan berjalan sambil memegangi nya agar Ariana tidak terus menoleh.

"Apasih!" Ujar Ariana kesal dengan perlakuan Mahatma.

"Mata lo bisa copot liat Jerga begitu,"balas Mahatma.

"Sibuk aja ngurusin gue! Gak usah atur gue!" Bantah Ariana.

"Untuk saat ini, gue mohon sama lo gak keras kepala dulu." Ucapan Mahatma yang lebih terdengar seperti permintaan tersebut membuat Ariana dengan tanpa sadar menurut.

Saat melihat gadis itu tidak lagi mengeluarkan gestur menolak, Mahatma diam-diam tersenyum simpul. Cowok itu selalu senang ketika Ariana mau nurut padanya.

Ariana benar-benar dibawa menuju UKS oleh Mahatma. Tentu dengan Barraham, Rea dan Salman yang juga mengikuti.

Sesampainya disana, Ariana dipersilahkan duduk pada sebuah ranjang yang tersedia. Mahatma dengan cepat mengambil kotak P3K yang tersedia, sedangkan yang lain duduk menyaksikan.

"Na lo kenapa tiba-tiba nyerang Jerga? Kaget gue pas anak-anak heboh sebut nama lo." Rea bertanya dengan nada khawatir.

Ariana hanya tersenyum santai, "Mukanya ngeselin. Gue jadi pengen tonjok."

Penuturan asal Ariana membuat Mahatma tertawa pelan, alasan yang gadis itu berikan sungguh buruk. Tenru Barraham, Salman dan Rea mana mungkin langsung percaya.

"Hah? Lo yang bener aja deh, udah kayak preman asal tonjok." Salman menyahut.

"Lo gak perlu sakitin tangan lo begitu buat mukul Jerga, gue bisa bantuin." Barraham menatap Ariana penuh harap.

Fakta tentang Barraham, cowok itu belum bisa menghilangkan perasaannya kepada Ariana.

Mahatma yang menyaksikan itu hanya bisa berjalan dengan cepat menghampiri Ariana dan tepat dimana posisinya menghalangi arah pandang Barraham kepada Ariana. Barraham bahkan berdecak sebal, dan itu terdengar hanya oleh Mahatma.

"Cara main lo jelek banget." Komentar Mahatma itu terdengar mengejek Ariana yang memang terdapat luka diwajahnya dengan jumlah yang sedikit namun terlihat menyakitkan.

"Apaansi lo! Btw Bar, makasih udah mau dengan senang hati membantu. Tapi, soal gue dan Jerga itu permasalahan yang biar gue sendiri lawan dia." Ariana tersenyum begitu manis. Membuat dua orang diantara 2 lainnya merasakan debaran dalam dadanya.

"Ariana Kaia Senja! Selepas luka kamu usai di obati, ke ruang kepala sekolah!" Tegas seorang guru konseling lalu pergi begitu saja.

Ariana sudah tau tentang resiko ini. Namun, diwajahnya tak menampakkan seperti wajah yang menyesal atau takut.

"Na, besok-besok kalau mau berantem sama Jerga mending ajak diluar sekolah. Lo pasti kena skorsing seminggu dan denda atas ganti rugi pengobatan Jerga." Rea berucap dengan nada sedih.

"Iya, nanti kalau gue berantem sama dia akan gue ajak diluar. Dan, gue gak apa-apa kok santai dihukum apapun. Justru enak, gue bisa rebahan." Ariana tertawa menjawabnya, diikuti tawa yang lain.

Selepas usai dengan urusan mengobati luka, Ariana benar-benar pergi menuju ruang kepala sekolah seperti yang diperintahkan oleh guru konselingnya.

Hanya berlangsung 45 menit sesi tanya jawab tersebut dan Ariana berhasil keluar dari ruangan kepala sekolah dengan keputusan akhir bahwa dirinya di skorsing seminggu serta orang tua Jerga menuntut biaya sebesar dua puluh lima juta rupiah.

"Na! Gimana?" Rea yang menang memilih untuk menunggu Ariana sendirian didepan ruang kepala sekolah pun spontan berdiri kala sosok Ariana keluar.

"Anjir ngagetin lo!" Balas Ariana.

"Jadi gimana?"

"Ya bener kata lo, gue kena skorsing seminggu dan orang tua Jerga tuntut biaya dua puluh lima juta." Ariana menjawab santai.

"Yah gue seminggu duduk sendiri dong," ujar Rea lemas.

"Yaelah cuma seminggu Re, atau lo bolos aja nanti kita main." Ariana membalas dengan tatapan yang sulit diartikan, "sesat lo! Bisa dimarahin bokap gue."

Ariana hanya tertawa mendengar jawaban dari Rea yang menurutnya sangat lucu itu.

"Eh iya, lo tau? Gara-gara kejadian lo tadi, guru akademik langsung keluarin peraturan baru yang melarang siswa main dilapangan ketika jam istirahat. Pokoknya gak boleh berkegiatan di lapangan indoor, outdoor atau pool."

Ariana terdiam, ia tidak menyangka sekolah akan langsung mengeluarkan peraturan seperti itu.

"Yah alamat makin banyak haters nih gue," balas Ariana dengan ekspresi lelahnya. Sementara Rea hanya tertawa.

Keduanya lalu berjalan beriringan menuju kelas karena sebentar lagi mata pelajaran akan dimulai.

To be continue...

KAMUFLASE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang