Sudah terhitung 3 hari Ariana merasa bahwa Barraham menjauhinya. Ia jadi semakin merasa sangat bersalah akibat perbuatannya pada cowok itu.
Hari ini wajah Ariana terlihat lesu, Rea yang menyadari hal itu pun segera mendekati teman sebangkunya. Penasaran dengan apa yang terjadi pada Ariana.
"Ditekuk aja muka lo, besok hari libur nih. Semangat dong!" Rea berucap sambil berusaha menyemangati Ariana. Yang disemangati hanya bisa terdiam, "Re gue boleh cerita ke lo gak?"
"Ya boleh lah gila! Mau cerita apa nih? Lo jatuh cinta sama cowok? Kelas mana? Siapa? Cerita sama gue. Nih, ya gue tuh hafal cowok-cowok di Anthurium." Rea berucap dengan panjang lebar, sementara Ariana menggeleng sebagai jawaban bahwa ucapan Rea bukan yang dimaksudkan oleh Ariana.
"Bukan. Gue mau cerita soal Barraham."
"Barraham? Sahabat gue? Kenapa?" Rea membenarkan duduknya, ia tatap Ariana yang memasang wajah serius, "Barraham ngehindari gue."
"Hah? Kok bisa? Dia bukan tipe yang asal menghindari seseorang kalau gak terjadi sesuatu," jelas Rea. Ariana menghela nafasnya lelah, "Iya gue yang salah Re."
"Gimana-gimana? Kok lo ngerasa gitu? Coba cerita dari awal."
"Barraham berubah semenjak hari dimana gue tenggelem di kolam. Kemudian ditambah dia seperti marah karena ucapan gue kemarin."
"Lo ngomong apa ke dia?" Rea menunggu jawaban dari Ariana, "Gue tanya gini 'Barraham lo beneran suka sama gue? Kata Mahatma iya.' gitu. Barraham pernah jujur sama gue soal perasaannya, tapi gue ragu kalau dia serius. Mahatma juga beberapa hari yang lalu bilang ke gue, Barraham serius suka. Karena keliatan dari cara pandang dia ke gue."
Rea yang terkejut mendengar fakta bahwa Barraham sudah jujur perihal perasaannya ke Ariana pun mulai bersidekap dada, menatap Ariana serius.
"Barraham bukan tipe yang suka main-main soal perasaannya ke orang lain. Kalau dia suka, itu valid. Dia bukan player yang sembarangan asal bilang suka ke banyak cewek, Na." Penjelasan dari Rea membuat Ariana terdiam, semakin merasa bersalah.
"Terus gue harus apa? Gue mau minta maaf, tapi dia menghindar dari gue." Keluhan Ariana membuat Rea berfikir, membantu mencari solusi dari masalah yang sedang Ariana alami.
"Tapi, jujur sama gue Na.. lo udah suka sama Barraham atau belum?" Pertanyaan Rea membuat Ariana bingung. Ia tidak tahu harus menjawab Rea seperti apa.
Ariana benar-benar tidak melihat Barraham seperti seseorang yang akan ia sukai. Bahkan Barraham juga baginya seperti seorang anak kecil saja. Lagipula, Ariana sudah memiliki Tana. Dia tidak mungkin berkhianat dari kekasihnya. Ariana bukan tipe yang memulai dengan orang baru tapi tidak mengakhiri yang lama.
"Gue biasa aja." Jawaban singkat Ariana diangguki paham Rea, "Lo minta maaf langsung aja. Biasanya jam segini dia lagi diruang musik, nongkrong disana karena anak band banyak temen-temen dia. Termasuk Salman juga sih. Gue bantu lo biar bisa ngomong. Kalau dia menghindar, gue tahan. Kalau perlu gue kunci kalian berdua didalem."
"Serius? Aaaa makasih Rea udah bantu gue!" Ariana berteriak senang kemudian memeluk Rea dengan erat. Yang dipeluk hanya bisa membalas dan tersenyum.
Tak ingin membuang waktu, Rea dan Ariana pun bergegas menuju ruang musik untuk menemui Barraham. Sepanjang jalan Ariana berusaha menyusun kata-kata yang tepat supaya tidak asal berbicara. Dia jadi ingat pesan-pesan yang disampaikan oleh Mahatma kepadanya untuk selalu berfikir dahulu sebelum berbicara.
"Nah sampai! Bentar, ya gue ketuk dulu." Ucapan Rea diangguki Ariana.
Rea lalu mengetuk beberapa pintu kaca yang bertuliskan 'Ruang Musik' itu. Terhitung tiga kali ketukan sampai akhirnya pintu terbuka, memperlihatkan Salman yang terkejut dengan kehadiran Rea dan Ariana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Teen FictionKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...