"ish gimana sih ini," keluh Ariana saat berusaha membuka lensa kamera.
"Sini biar gue! Rusak kamera nya kalau lo yang buka," balas Mahatma yang tiba-tiba datang dan mengambil alih kamera yang ada digenggaman Ariana.
Keduanya telah selesai menjalankan tugas skorsing mereka dan hari ini kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Dan hari dimana ekskul photography dilaksanakan.
"Yailah berapa sih harganya? Gue ganti!" Ariana membalas dengan santai, "Yakin bisa ganti?" Mahatma Bertanya memastikan, "Yakin! Kamera biasa gitu."
Mahatma yang mendengar ucapan Ariana dengan cepat mendekati gadis itu, "Kamera ini hadiah dari kakek gue, di custom langsung dari Jepang. Ada ukiran nama gue di badan kameranya."penjelasan Mahatma membuat Ariana terdiam, "Ini bukan perihal lo mampu atau engga buat ganti, tapi penting banget yang namanya menghargai barang orang lain."
Mahatma pergi meninggalkan Ariana untuk menuju mejanya, sementara Ariana hanya terdiam mendengar nasihat dari Mahatma. Dalam hati ia menggerutu.
Tok..tok..tok..
Suara ketukan di pintu membuat Ariana dan Mahatma menoleh ke arah sumber suara secara bersamaaan. Terlihat sosok Barraham disana. Cowok itu berdiri dengan wajah terkejut melihat Ariana dan Mahatma.
"Eh Barraham!" Ujar Ariana senang, "Ada apa?" Mahatma bertanya dengan wajah datarnya.
"Gue cuma mau kasih bukti pendaftaran lomba kalian. Udah diproses sama osis," ucap Barraham dengan wajahnya yang terlihat sendu, menurut Ariana.
Mahatma berjalan untuk mengambil bukti pendaftaran tersebut. Sementara Ariana melihat dari jarak yang sedikit jauh.
"Pengumuman pemenang nya di infoin kemana?" Mahatma bertanya sambil membaca isi dari kertas tersebut, "E-mail kalian. Nanti cek aja berkala," balas Barraham.
Ariana yang melihat Barraham merasa bahwa cowok itu jadi lebih diam dari biasanya.
"Bar lo belum pulang?" Tanya Ariana berbasa-basi, Mahatma yang mendengar itu menatap Ariana dengan bingung dan tidak habis pikir. Basa-basi yang sungguh sangat basi, menurut nya.
"Ya lo liat gue disini kan sekarang? Berarti belum, Na." Barraham menjawab dengan lembut sambil tersenyum. Ariana yang menyadari kebodohannya hanya bisa mengangguk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Biasa Bar, bodoh." Mahatma berucap. Ariana mendengar itu, ia langsung menghampiri Mahatma dan memukul punggung nya cukup keras. Jangan lupakan fakta bahwa Ariana itu pandai bela diri.
Mahatma meringis kesakitan dengan apa yang Ariana lakukan, tersadar bahwa tindakannya berlebihan pun Ariana dengan cepat membelai pelan punggung Mahatma.
"Maaf-maaf, lo sih duluan! Gue gak sengaja," ujar Ariana meminta maaf, "Tenaga lo kayak tenaga gajah!" Balas Mahatma.
"Tuh kan lo mancing gue sih, kesel gue lama-lama. Mau gue tambahin?" Ariana mulai mengancam Mahatma dengan meletakkan tangannya di udara dengan posisi siap ingin memukul punggung Mahatma kembali.
Mahatma yang menyaksikan itu pun menahan tangan Ariana, keduanya saling tatap. Tak sadar ada seseorang selain mereka disana yang sudah menahan rasa tidak sukanya.
"Apa liat-liat?!" Ariana berucap dengan emosi. Entah kenapa menghadapi Mahatma sangat membuat Ariana emosi, "Gue punya mata!" Mahatma tidak mau kalah.
"Gue permisi duluan," ujar Barraham yang menyadarkan Ariana serta Mahatma. Keduanya menatap Barraham dengan bingung karena cowok itu langsung pergi.
Sepeninggal Barraham, Ariana langsung melepaskan tangan Mahatma yang menahan tangannya.
"Barraham kok aneh, ya?""Lo lebih aneh," balas Mahatma kemudian pergi untuk melanjutkan memasang lensa baru pada kamera nya.
Sementara Ariana tetap diambang pintu dan melihat sosok Barraham yang perlahan menjauh dan menghilang dari belokan koridor menuju parkiran sekolah.
"Dia marah sama gue ya?" Ariana kembali berucap, "Lo pantes di musuhin emang," sahut Mahatma.
"Gue serius! Lo ngerasa gak dia jauhin gue?" Ariana kembali bertanya pada Mahatma. Yang ditanya pun acuh, hanya menaikkan bahunya.
"Apa karena gue tinggalin dia dihari hukuman kita? Tapi gue kan emang abis tenggelem gak sadarkan diri." Ariana terus berucap. Sementara Mahatma yang sudah tau alasan kenapa Barraham seperti itu pun memutuskan untuk diam.
"Mahatma jawab gue!" Ariana berucap mendesak Mahatma.
"Apaansi? Berisik lo." Ariana yang diomeli pun menghampiri Mahatma dan duduk pada kursi kosong dekat cowok itu.
"Barraham marah sama gue?" Ariana melemparkan pertanyaan pada Mahatma, "gak tau! Gue bukan Barraham." Jawaban Mahatma membuat Ariana kesal, dia langsung memberikan cubitan pada lengan Mahatma, "Apaansi! Gue gak tau! Dia cemburu kali."
Mendengar ucapan Mahatma, Ariana terdiam. Cemburu? Untuk apa Barraham cemburu? Dan cemburu dalam hal apa?
"Tadi lo bilang apa? Barraham cemburu? Maksudnya? Cemburu dalam hal apa? Ke siapa?" Ariana memberikan pertanyaan dengan bertubi-tubi pada Mahatma, "Aduh lo tuh emang sebawel ini ya?" Keluh Mahatma.
"Oh, dia suka sama lo ya? Jadi, dia cemburu liat gue sama lo?" Jawaban Ariana dibalas sentilan oleh Mahatma di dahi gadis itu, "Kalau udah bego jangan diborong juga sintingnya."
"Gue kan nanya. Lagian lo gak jelasin ke gue," balas Ariana kesal, "Umur berapa sih lo? Beginian aja pake diajarin."
Pertanyaan Mahatma soal umur membuat Ariana tiba-tiba gugup. Ia takut Mahatma curiga padanya. Bagaimana jadinya jika Mahatma tau bahwa usia Ariana jauh diatas cowok itu, sudah 26 tahun!
"Ya sama kayak lo!" Balas Ariana dengan wajah yang berusaha ia netralkan.
"Tapi gue liat engga, lo lebih kayak...." Mahatma menggantung ucapannya sambil memicing, menatap Ariana curiga. Ariana yang ditatap seperti itu semakin gugup.
"Kayak bocil," sambung Mahatma. Ariana pun menghela nafas lega. Setidaknya Mahatma tidak berfikir umurnya jauh diatas.
"Gemes dong gue?" Ariana bergaya seperti seseorang anak kecil yang menggemaskan, membuat Mahatma memutar bola matanya malas.
"Suka kan lo sama gue!" Tuduhan Ariana semakin membuat Mahatma dibuat bingung dengan sikap gadis itu. Mahatma baru pertama kali mengenal seorang gadis yang memiliki karakter aneh seperti Ariana.
"Noh Barraham yang suka sama lo," balas Mahatma. Ariana terdiam, bingung.
"Barraham suka gue? Dia pernah bilang sih. Gue pikir bercanda aja." Mahatma menatap Ariana yang bingung dengan wajah polos.
"Kok lo bisa tau?" Ariana kembali melemparkan pertanyaan entah yang keberapa kepada Mahatma, "Keliatan jelas dari matanya. Dia suka cemburu ketika gue sama lo, gak sadar?"
"Enggak," balas Ariana santai.
"Mangkanya peka sama sekitar lo, jangan fokus aja sama urusan orang lain dan kepo masalah orang." Balasan Mahatma membuat Ariana mendengus kesal.
"Nih kamera nya udah gue pasang lensa, sana motret diluar," ujar Mahatma mengusir Ariana, "Iya bos Mahatma! Kok anggota ekskul photography betah sih berhadapan sama lo."
"Emang gue ngapain sampai mereka gak betah?" Tanya Mahatma penasaran, "Galak kayak bos mafia! Byeee!" Jawab Ariana sambil pergi berlalu.
Mahatma hanya menatap kepergian Ariana sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Semakin yakin bahwa Ariana memang jelas berbeda dari Vinara. Hanya bakat mereka aja yang sama. Sama-sama bisa memainkan piano dengan sangat hebat.
To be continue....
Terima kasih banyak kepada semua yang telah membaca!
Kritik dan saran boleh disampaikan ke aku via DM ya
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Teen FictionKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...