Ariana berjalan dengan santai menuju kelasnya, ia baru saja dari kamar kecil untuk membasuh muka karena rasa kantuk yang menyerang.
"Gara-gara nemenin Tana nonton bola, gue jadi ngantuk." Ariana berucap pada dirinya sendiri.
Ia lalu mendengar suara dari arah gudang yang gak jauh dari posisinya saat ini. Buru-buru Ariana mendekat, semakin ia dekat dengan gudang tersebut, semakin suaranya jelas terdengar. Ariana seperti mendengar dua orang yang saling berdebat.
"Gue udah peringatin ya sama lo buat stop tuduh gue sebagai pelaku dari kematian Vinara. Gue gak ada hubungannya," kalimat tersebut membuat Ariana semakin penasaran.
"Gak usah bohong! Gue tau, ya lo adalah orang yang paling benci dia selama ini! Gue tau seberapa jahat lo yang sering bully dia." Ariana benar-benar ingin tau siapa dua orang yang sedang adu argumen tersebut, bahkan sampai membawa-bawa nama Vinara didalamnya.
Ariana kemudian berhasil melihat dua orang tersebut yang ternyata Yosina dan Ralien. Bahkan Yosina sudah memojokkan Ralien pada tembok, saat Yosina mencengkeram leher Ralien, dengan buru-buru Ariana berlari untuk mencegahnya. Namun sayang, ada seseorang yang lebih dahulu melakukan itu.
"Gue tuh udah berapa kali ya bilang ke lo, buat stop bully orang lain."
Ariana menatap seseorang yang datang menolong Ralien. Seseorang yang jarang sekali ia lihat keberadaannya.
"Gue gak bully dia, gue cuma mau dia gak nuduh gue lagi!" Yosina membela dirinya sambil menunjuk ke arah Ralien.
Ariana yang melihat itu langsung menghampiri mereka semua, orang pertama yang ia cek adalah Ralien, "Lo gak apa-apa kan?" Ralien mengangguk dengan ucapan Ariana.
"Gak bully apaan? Lo hampir buat dia kehabisan nafas dengan cengkram leher dia," tegas orang yang menolong Ralien tersebut.
"Gue bilang kalo gue enggak bully, ya enggak! Bangsat lo!" Balas Yosina dan dengan cepat mendorong orang tersebut. Yang didorong pun tidak terima lalu membalas.
"Eh ini apaansi kenapa malah jadi kalian yang ribut," ujar Ariana menengahi. Ralien yang ada disana pun membantu. Namun, hasilnya nihil. Keduanya masih saling dorong.
"Gak usah ikut campur lo! Lo itu udah gak jadi osis, gak usah sok masih berkuasa." Yosina kembali berucap kesal.
Ariana hanya berdecak kesal melihat kejadian tersebut, benar-benar seperti anak kecil.
Yosina dengan tiba-tiba menjambak rambut milik orang yang sedari tadi beradu argumen dengannya itu. Saat orang tersebut mau membalas ada tangan yang menahannya, "Kaalana!" Ujar orang yang baru saja datang itu.
Ariana terkejut dengan kehadirannya. Ia tidak menyangka bahwa mereka saling mengenal, "Mahatma?" Ujar orang yang bernama Kaalana kepada seseorang yang menahannya agar tidak membalas perbuatan Yosina.
"Kayak anak kecil," ujar Mahatma pada Yosina dan Kaalana. Ariana hanya memperhatikan cowok itu yang benar-benar memasang wajah tegasnya.
"Yos lo lebih baik cabut, sebelum rame." Mahatma memerintahkan Yosina yang dibalas gadis itu dengan memutar bola matanya malas, "Gak usah perintah gue. Gue bukan anak buah lo!" Yosina membalas namun tetap juga pergi karena malas berlama-lama di antara semua yang ada disana.
"Aku cuma mau larang dia bully orang lagi," balas Kaalana membela diri, "Dan berakhir kamu berantem? Gak gitu caranya," ujar Mahatma memberitahu.
Ariana sempat bingung dengan kosakata yang keduanya gunakan. Terlihat seperti seseorang yang sudah mencapai level status melebihi pertemanan.
Jam istirahat berbunyi, membuat mereka mulai tersadar bahwa harus segera membubarkan diri sebelum menjadi bahan perbincangan banyak orang.
"Ariana," panggil Mahatma tiba-tiba. Ariana yang namanya disebut pun menoleh, "Ya?" Bertanya dengan singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Novela JuvenilKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...