Ariana sedang menunggu seseorang dibelakang sekolah. Ia sudah mengirimkan pesan kepada orang tersebut untuk menghampiri nya disini, tanpa membawa siapapun. Ariana akan mempertimbangkan ucapan Hadinata dan Narava padanya kemarin tentang seseorang yang akan ia temui. Hadinata bahkan berucap bahwa orang ini bisa diandalkan oleh Ariana dalam kasus.
"Ngapain lo ngajak ketemu gue?" Ujar orang itu tanpa berbasa basi. Jika saja Hadinata atau Narava tidak berucap hal yang meyakinkan Ariana bahwa orang yang saat ini dihadapannya adalah seseorang yang baik, Ariana tidak akan sudi berkerjasama.
"Gue mau ngomong sesuatu."
Flashback on*
"Tadi Mama denger, kamu curiga sama Yosina? Benar?" Ujar Narava dengan wajah yang tertuju kepada Ariana. Wanita itu ikut duduk pada salah satu sofa yang ada diruang kerja suaminya.
Ariana berjalan mendekati Narava, ikut duduk disebelahnya sambil mengambil secangkir teh yang dibawakan wanita tersebut.
"Iya ma, kenapa?" Ariana bertanya, kemudian menyesap teh dengan perlahan karena suhunya yang masih panas.
"Yosina memang terlihat seperti seseorang yang membenci Vinara. Namun, kamu perlu tau bahwa dialah orang yang pertama kali datang ketika Vinara dinyatakan meninggal dunia. Dia datang kesini sendirian tanpa orang tuanya dan mengucapkan bela sungkawa. Dia sangat mengenal Vinara dengan baik melebihi Mama dan Papa mengenal Vinara. Mereka sudah bersahabat sejak kecil, Mama tidak tahu apakah yang membuat keduanya berjarak. Tapi, percayalah bahwa keduanya masih layaknya sahabat dekat seperti dahulu."
Penjelasan Narava membuat Ariana terdiam. Ia menjadi bingung, dari wajah Narava tidak menampilkan ekspresi seseorang yang berbohong.
"Yosina orang yang meminta sang ayah untuk memanfaatkan kekuasaannya terhadap media massa untuk menghapus semua berita buruk atau miring tentang Vinara semasa ia hidup. Dia yang selalu bertindak cepat ketika ada gosip tidak benar atau menjelekkan nama Vinara. Semua dia lakukan secara diam-diam, tapi Papa tahu semuanya," tambah Hadinata yang masih berada di kursi kerja nya namun tatapan yang tertuju kepada dua perempuan diruangan nya.
Ariana berfikir ulang tentang Yosina. Setelah mendengar semua penjelasan dari Narava dan Hadinata, keyakinannya semakin jelas dan bertambah bahwa Yosina memang orang yang baik terhadap Vinara. Entah apa yang membuat gadis itu mem-bully Vinara, Ariana mungkin akan mencari tahu itu. Tapi, untuk saat ini ia akan mencoba memandang Yosina ke arah yang positif.
"Yosina bisa kamu andalkan dalam pencarian atau proses misi ini, Ariana. Dia pintar bermain di media massa atau sosial. Gerakannya cepat, bahkan bisa melampaui musuhnya. Dia bisa selangkah lebih dahulu dalam bertindak," Hadinata berusaha menyakinkan Ariana bahwa Yosina benar-benar baik.
Flashback end*
"Gue gak perlu denger basa basi, langsung inti."
Yosina menatap Ariana dengan tegas. Tadi ia mendapat pesan dari gadis itu untuk menemuinya dibelakang sekolah dan tanpa membawa siapapun. Yosina awalnya tidak ingin menemui Ariana, namun ia membuat kesepakatan beberapa hari yang lalu dengan Ariana untuk bekerja sama agar dirinya tidak mendapatkan masalah dengan pihak berwenang supaya latar belakang nya bersih agar bisa mendaftar ke perguruan tinggi di luar negeri.
"Gue mau lo ikut gue malam ini. Kita akan melakukan sebuah misi yang berhubungan dengan kematian Vinara," ujar Ariana kepada Yosina.
"Kemana?"
"Lo ikut aja nanti pulang sekolah ke tempat gue. Inget, ini rahasia kita. Lo jangan cerita ke siapapun bahkan cowok lo sekalipun." Ariana memberikan ketegasan kepada Yosina yang dibalas anggukan kecil.
Yosina menatap Ariana dengan lekat, ia benar-benar bingung siapa Ariana sebenarnya. Dan apa hubungan dia dengan Vinara serta Hadinata.
"Gue Ariana Kaia Senja, orang utusan Hadinata buat nyamar dan ungkap kasus Vinara. Gue dateng cuma untuk itu, kalau lo penasaran tentang siapa gue." Ariana membuka identitas nya.
Ariana entah kenapa merasa yakin bahwa Yosina nantinya akan bekerja sama dengan baik padanya, setelah mendengarkan lebih banyak fakta soal Yosina dari Hadinata dan Narava, Ariana merasa bahwa Yosina berada di pihak nya.
"Kenapa lo ungkap identitas asli lo? Yakin banget gue gak bakal sebar?" Tantang Yosina dengan seringainya.
Ariana tertawa, ia kemudian mendekati Yosina, "Gue akan dengan senang hati nembak lo dengan pistol yang selalu ada di balik jaket yang gue pake, seperti saat ini kalau lo berani main-main sama gue. Jangan mentang-mentang gue bersikap halus, berarti gue gak bisa sadis juga. Inget, gue banyak nanganin kasus yang berhubungan dengan mafia bahkan menjadi penjaga keluarga Hadinata. Gue udah biasa nyakitin orang," ujar Ariana dengan seringainya yang mampu membuat orang merinding melihatnya.
Ucapan Ariana itu memang ada benarnya, bahwa ia tidak akan segan-segan menyakiti orang lain pada kasus yang sedang ia jalanin. Namun, dikasus kematian Vinara saat ini dia tidak sekejam itu. Ariana juga bohong soal menyembunyikannya pistol dibalik jaketnya. Ia hanya menggertak Yosina agar tidak main-main dengan kepercayaan yang ia berikan.
Yosina hanya memandang Ariana dengan kesal, ia tidak menyangka bahwa Ariana tidak bisa di taklukkan untuk patuh padanya. Justru dia yang menjadi patuh pada Ariana.
"Udah berapa lama lo kerja dengan Hadinata?" Tanya Yosina penasaran, Ariana kemudian berfikir sejenak. Menghitung tepatnya usia ia bersama dengan keluarga Hadinata, "Cukup lama. Dari usia gue 3 tahun."
"Sekarang berapa usia lo?"
"27." Jawaban Ariana tentang usia membuat Yosina terdiam, tidak menyangka bahwa ia memiliki perbedaan usia yang cukup jauh.
"Kenapa? Mau manggil gue dengan sopan?" Goda Ariana yang membuat Yosina menatap nya jengkel, "Gak sudi." Jawaban singkat Yosina dihadiahi tawa oleh Ariana.
"Hubungan lo dengan Vinara?"
"Gue deket sama dia lama. Bahkan dari dia bayi kali ya. Layaknya adik dan kakak. Lo pasti bingung karena gak pernah ketemu sama gue padahal dulu sering main ke kediaman Hadinata. Umur gue dan kalian beda 10 tahun. Gue juga tinggal di apartemen yang dikasih sama Hadinata. Gue pulang ke kediaman Hadinata ketika liburan, itu yang buat kita gak pernah ketemu."
"Lo sering diceritain sama Vinara dulu. Dia cuma sebut bahwa dia punya 'kakak'. Gue awalnya gak percaya, karena yang gue tau dia anak tunggal. Gue pikir, 'kakak' yang dia maksud adalah temen khayalan dia. Lo gak pernah terungkap identitas nya sebagai bagian dari Hadinata. Gue tau semua orang yang terlibat atau bagian dari Hadinata, tapi gue gak pernah denger soal lo." Penjelasan Yosina dihadiahi anggukan kecil oleh Ariana.
Ia setuju perihal identitas nya yang tidak pernah terungkap sebagai bagian dari keluarga Hadinata. Pasalnya, itu memang keputusan orang tua Hadinata yang Ariana sebut dengan 'opa & oma'. Mereka berdua mengatakan bahwa identitas Ariana biarlah di simpan terlebih dahulu, yang mana nantinya akan berguna untuk berjaga-jaga dan dapat dimanfaatkan untuk hal seperti saat ini. Selama misi-misi Ariana sebelumnya yang membawa nama Hadinata pun dia selalu menggunakan nama samaran.
"Gue memang sengaja disembunyikan. Keberadaan gue cukup berharga dan spesial." Ariana menjawab dengan singkat.
"Tujuan lo ngajak gue kesini ada lagi selain itu? Gue udah cukup lama keluar jam pelajaran. Semua bisa curiga," jelas Yosina.
"Gak ada. Pulang sekolah temui gue dikelas gue," balas Ariana.
Keduanya lalu berpisah menuju kelas masing-masing. Ariana berharap bahwa keberadaan Yosina dapat membawa perkembangan kasus kematian Vinara lebih cepat dan besar.
To be continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE [COMPLETE]
Teen FictionKedatangan seorang murid baru pada Anturium High School membuat beberapa fakta dan kebenaran terkuak. Sekolah yang terkenal dengan segala hal elite nya menyimpan rahasia yang mengejutkan. Semua orang bertanya-tanya siapakah gadis bernama Ariana Kaia...